Tangisan

394 29 1
                                    

Gw diberitahu oleh tante Bila kalau kak Bagas udah dipindahkan ke ruang perawatan saat gw izin ke WC.  Lapar, haus, ngantung hilang seketika saat mendengarnya.

Tunggu aku kak. Batin gw saat melewati lorong menuju ruangan ka Bagas.

"Ruang anggrek 17" gw membaca tulisan diatas ruangan itu. "Ohh ini kayanya" lanjut monolog gw.

Dengan perlahan gw buka pintu rangan itu, menampakkan seorang lelaki tengah terbaring tenang.  Matanya terpejam sempurna, wajahnya masih sama dengan sebelummnya.

Air mata kembali menetes saat melihat ka Bagas dengan keadaan seperti itu. Ini memang salah gw kenapa gw ga ngelarang aja dia pergi meeting tapi malah memberikan izin.

Dengan air mata berjatuhan gw hampirin ranjang ka Bagas.

"Kak maafin aku" isakan gw semakin jelas.

Tak ada jawaban hanya wajah tenang yang terlihat, seakan menjadi pendengar yang amat sangat baik.

Tante Bila belum juga hentinya menangis sambil memegang tangan anak tunggalnya itu.

****

"Auuu" ringisan kecil membangunkan gw dari tidur.

Dengan kepala berat gw berusaha mendongak. Terlihat mata orang yang paling gw sayang udah terbuka dan kini melihat kearah gw. Tangan kirinya masih lekat dengan genggam gw.

"Ka-ka udah sadar " ujar gw dengan air mata kembali menetes.

"Kakak dimana yang? " tanyanya sendu.

"Kakak kecelakaan dan sekarang ada dirumah sakit"

Dia terlihat mengingat semuanya, seakan mengambil ingatan terdalam dia.

"Ohh kakak inget " ujarnya setelah beberapa saat.

Gw hanya tersenyum kecil mendengarnya. Ka Bagas menimpali senyuman itu.

"Kakak mau apa? Makan? Minum?" gw memastikan.

"Mau kamu cium" ucapnya santai.

Tanpa basa basi gw cium pipi kanan dan kirinya dengan penuh cinta. Gaada nafsu yang ada cuma cinta yang tulus.

Ka Bagas terlihat kaget dengan perlakuan gw, mungkin dia terkejut dengan tanpa menolakan gw langsung memberinya ciuman.

"Mau lagi?" tanya gw dengan tatapan tulus.

"Iya lagi satu, disini " ka Bagas menunjuk bibirnya dengan tangan kiri.

Dengan cepat gw kecup bibirnya yang lembut itu. Tapi ka Bagas menolak secepat itu, dia malah melumat bibir gw dan beberapa saat kemudian melepaskannya.

"Makasih yang" awal ka Bagas setelah ciuman itu.

"Iya kak" senyum kembali terukir dibibir gw.

Diam beberapa saat, mata kami saling bertautan seakan tak mau untuk berpaling sedetik pun.

"Oh ya mama sama papa mana? " ka Bagas tampak bingung tak melihat orang tuanya.

"Om sama tante katanya mau melunasi tagihan rumah sakit dulu habis itu pulang ngambilin kakak baju ganti" jawab gw pajang.

"Ohhh" ka Bagas paham. "Emm mau makan boleh? " lanjutnya seperti anak kecil.

"Boleh dong" . Gw mengambil bubur yang sudah dibawa oleh suster 10 menit lalu.

"Yuk buka mulutnya!" suruh gw ke ka Bagas.

Dia langsung membuka mulutnya lebar, senyum kembali terukir dibibir gw saat melihat tingkahnya yang lucu itu.

Aku Milik Bagas [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang