Bab 9. PoV Bayu

13.4K 385 11
                                    

BAB 9.

POV BAYU


Namaku Bayu. Dalam hal percintaan aku tipenya setia. Bahkan aku pacaran dengan Nabila selama 8 tahun meski akhirnya putus karena Nabila menerima perjodohan dari orang tuanya.

Aku mengerti mengapa Nabila memilih calon dari orang tuanya dibandingkan aku. Karena calon dari orang tuanya usianya lima tahun di atasku dan secara ekonomi sudah mapan. Beda denganku yang saat orang tua Nabila menghendaki Nabila segera menikah, aku masih tertatih dengan masa depanku.

Ditinggalkan Nabila bukanlah hal yang mudah bagiku. Delapan tahun bersamanya, tentu saja tiba-tiba aku mengalami kekosongan jiwa. Meskipun kami pacarannya tidak melakukan hubungan terlarang, tetap saja aku merasa kehilangan.

Rasa kehilanganku sering kuluapkan dengan emosi pada orang terdekatku, yaitu mama dan papa. Di rumah aku sering marah-marah tanpa alasan. Hingga akhirnya mama dan papa memutuskan menikahkanku dengan anak teman baiknya dengan harapan aku segera move on dari bayang-bayang Nabila.

Nama calon yang di sodorkan mama bernama Fahira. Sekilas kulihat orangnya biasa saja. Tak ada yang istimewa.

Mungkin karena penampilannya yang memang sederhana dan tidak mencolok. Tapi, jika dipandang lama-lama dia menjadi menarik.

Aku tak menolak perjodohan ini. Toh, aku tak akan bisa kembali ke Nabila. Dia sudah memiliki suami pilihannya.

Yang bisa kulakukan adalah membuka hati untuk orang lain. Mungkin Fahiralah orangnya.

Fahira memiliki sifat yang bertolak belakang dengan Nabila. Jika Nabila orangnya suka mencari perhatian, pencemburu, cerewet dan suka menuntut, sedangkan Fahira orangnya kalem dan penurut.

Aku dan Fahira memang menikah tanpa cinta. Menurut orang tuaku, cinta nanti bisa tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Dan kami menjalani kehidupan pernikahan kami biasa saja.

Meskipun kami sudah menikah, aku pun tak berniat mengenalkan dia kepada teman-temanku.

Pernikahanku pun aku tak mengundang temanku. Masih ada rasa gengsi dan nyeri karena putus dengan Nabila. Apa kata teman-temanku yang melihat aku pacaran bertahun-tahun, akhirnya kandas begitu saja. Tapi Fahira tak pernah protes.

Sejak aku hidup dengan Fahira, memang emosiku menjadi lebih stabil. Aku tidak pernah marah-marah lagi. Fahira selalu berusaha menyenangkanku. Dia selalu berusaha mengambil hatiku. Tak dapat kupungkiri, lama-lama aku jatuh hati padanya.

Apakah Fahira cantik? Tentu saja. Dia juga menarik. Dia sangat pintar menjaga dirinya. Aku selalu mencium aroma wangi dari tubuhnya, tapi bukan dari parfum yang menyengat.

Dia bahkan tidak pernah memakai parfum jika keluar rumah, tapi tak pernah aku menciumnya bau keringat meskipun dia sedang berkeringat.

Fahira pun rajin merapikan rumah. Sejak kami menikah, tak pernah kulihat rumahku berantakan. Usai subuh dia sudah beres-beres, sehingga sebelum berangkat kerja, rumah sudah rapi. Termasuk baju kerja dan baju rumahku selalu licin dan wangi.

Tiap weekend dia tak pernah menuntutku pergi keluar, meskipun sesekali aku mengajaknya makan diluar. Dia hanya minta diantarkan belanja kebutuhan dapur dan kebutuhan rumah seminggu sekali. Dia lebih suka menyibukkan diri memasak, membersihkan rumah dan menyetrika. Bahkan, dia jarang sekali shopping. Sepertinya dua tahun menikah dengannya, dia hanya minat diantar shopping saat menjelang lebaran. Itupun untuk membelikan baju orang tuanya dan orang tuaku.

Fahira memang sosok yang sempurna. Tapi, sayang aku tak dapat melupakan cinta pertamaku, Nabila.

Suatu hari Nabila tiba-tiba datang kepadaku. Dia mengatakan sudah menggugat cerai suaminya karena KDRT. Aku menjadi sangat iba padanya.

Biarkan Aku Pergi / KETIKA DIRIMU MENDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang