Mas Bayu sesekali menatapku. Tapi, dia tak mengomentari saat aku mengusap air mata. Mungkin dia pikir aku terharu dengan perlakuan romantisnya. Padahal, jauh di sisi lain hatiku terasa tersayat. Aku hanya mendapat sisa dari perilaku romantisnya. Ini sangat menyakitkan, bukan?
"Nggak enak burgernya?" Mas Bayu melirik burger yang kugenggam baru berkurang sedikit.
"Sini, kalau tidak habis. Ibu hamil memang suka begitu. Pengen saja, tapi tidak dihabiskan." Dia meraih burger di tanganku.
Aku hanya menanggapinya dengan senyum pias.
Usai menghabiskan seluruh makanan di meja, dia membereskan semua kemasannya. Hal yang hampir tak pernah dilakukannya saat bersamaku dahulu.
Aku sungguh takjub. Dua bulan aku meninggalkannya, dia memang sangat berbeda.
Apakah artinya aku dulu istri yang gagal? Sehingga setelah kepergianku justru dia berubah menjadi baik?
"Mas, aku belajar dulu ya," aku meminta izin sambil meraih tas punggungku. Tanganku dengan sigap mengeluarkan laptop dari dalam tas.
Sekolah di luar negeri itu tidak enak. Berbeda dengan sekolah di Indonesia yang modal badan sehat. Sebenarnya bisa saja modal badan sehat, tetapi kalau bagiku yang otaknya pas-pasan gini, dijamin puyeng kalau tidak persiapan sama sekali.
Aku memilih menyiapkan materi karena biasanya dosen sudah memberikan silabus yang akan di berikan. Jadi kita bisa sekedar membuka-buka atau baca-baca dari internet, kira-kira apa yang akan disampaikan dosen esok hari.
"Ra, sudah malam. Kamu mau tidur jam berapa?" tanya Mas Bayu. Dia masih duduk di sofa saat aku belajar. Padahal, harusnya dia beristirahat. Perjalanan dari Indonesia tentu sangat melelahkan. Belum lagi jetlag.
Pria itu terlihat mengkawatirkanku. Padahal sejak di Belanda aku memang hanya tidur maksimal 5 jam saja. Biasanya malam begini aku manfaatkan untuk mengulang materi yang sudah aku dapatkan, dan besok pagi-pagi aku harus belajar untuk materi esok hari. Belum lagi kalau ada tugas-tugas.
"Bentar lagi, Mas." Masih ada beberapa materi yang belum selesai kubaca.
"Istirahatlah. Kamu kan sedang tak enak badan. Jaga kesehatanmu." Mas Bayu berpindah dari sofa ke sisi ranjang, tepat di sebelah aku duduk.
"Kalau kamu keras kepala, aku tak akan pulang ke Indonesia."
Kata-kata bernada ancaman itu, kini membuatku menoleh. Pria itu menggeleng, memberi kode kalau ucapannya serius.
Malam itu, akhirnya kami harus tidur saling menjaga jarak. Padahal aku ingin di dekatnya dipeluknya, sebagaimana saat aku berada di sampingnya.
Ah, mengapa hatiku menjadi ngilu lagi mengingat saat-saat bersamanya.
Dulu, memang aku menikmati masa itu, sebelum aku tahu hatinya tidak utuh untukku.
Setelahnya, aku hanya merasa dia menipuku.
Lalu, mengapa aku mengharapkan dia melakukannya lagi padaku? Bahkan, bisa jadi kedatangannya sekarang saat ini juga hanya mengambil hatiku. Biar aku tidak marah dan melaporkan semuanya kepada Ayah dan Ibu.
Apakah aku terlalu berprasangka buruk? Apakah ini dosa?
Tapi, bukankah itu lebih baik dibanding aku harus menahan rasa sakit hati seandainya apa yang telah aku harapkan selama ini hanya palsu.
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYAKARSA UNTUK BAB LENGKAPNYA. ADA PAKET FULLPART DAN BUNDEL PAKET DENGAN BUKU LAINNYA.
https://karyakarsa.com/etwidyastuti/series/biarkan-aku-pergi
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Aku Pergi / KETIKA DIRIMU MENDUA
RomanceBayu dan Fahira menikah karena perjodohan. Saat rasa itu mulai ada, hadirlah mantan kekasih Bayu sebagai orang ketiga. Diam-diam, Fahira mendaftar kuliah ke LN demi mengobati lukanya. Di sana, dia bertemu dengan kakak angkatannya saat kuliah S1 di...