Bab 14 (a) bagian 1

10.6K 194 4
                                    

“Ra, kamu sakit? Wajahmu pucat,” tutur Mas Bayu dengan penuh kecemasan. Dia menungguku di pintu toilet saat aku lari ke sana karena mulutku terasa mual. 

Dalam hati, aku bersorak. Baru kali ini, Mas Bayu demikian mencemaskanku. Mungkin karena biasanya aku terlalu mandiri dan tak pernah meminta perhatiannya.

Namun, mau bagaimana lagi, semua perlengkapan obat-obatan ada di apartemenku. 

Sementara di sini, namanya apartemen sewaan, pasti tidak kumplit. Lagi pula, kalaupun ada P3K, mana ada bule nyimpen minyak angin.
 
“Cuma butuh istirahat saja kayaknya.” Tanpa izin, aku merebah di kasur di apartemen Mas Bayu. Anggap saja milik sendiri. 

Jantungku berdebar saat aku merasakan Mas Bayu ikut merebah di sampingku. Bahkan dia bergeser mendekat hingga tercium aroma segar tubuhnya, yang sebenarnya aku rindukan juga. Sayangnya, mendadak perutku kembali merasa diaduk-aduk. 

Aku segera bangkit dan berlari ke toilet lagi, karena merasa ada respons dalam perutku yang minta untuk segera dikeluarkan.
 
“Hoek ... hoek ... hoek!" Tak ada sesuatu yang dapat kukeluarkan. Tapi, rasa mual tak kunjung hilang. 

“Santai, Mas. Nggak papa. Cuma kepalaku sedikit pusing saja.” Aku mencoba menenangkan Mas Bayu yang memperhatikanku dengan mimik cemas. Bahkan, Mas Bayu mengikutiku ke toilet, lalu kembali ke kasur lagi, mirip anak kecil yang takut ditinggal induknya. 
Selama dua tahun aku tinggal bersamanya, nyaris aku tak pernah sakit. Masuk angin saja jarang. Tentu saja, dia agak aneh melihatku seperti ini. 

----
Cerita ini tamat di
Karyakarsa (sudah tersedia fullpart)
GoodNovel (bisa baca dengan iklan sampai tamat),
Joylada dan
KBM app.
Yuk mampir....

Biarkan Aku Pergi / KETIKA DIRIMU MENDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang