BONUS 15(a)

7.8K 156 1
                                    


"Selamat, ya. Kamu sudah jadi calon ibu."

Entah sejak kapan Mas Bayu sudah berdiri di belakangku yang berdiri membelakangi pintu toilet. Dia memeluk pinggangku dengan dagu yang diletakkan diatas bahuku.

Dua benda ini masih di tangan. Dia bisa melihat hasilnya dengan jelas meski aku tak menunjukkan padanya.

Serta merta kurenggangkan pelukannya. Hatiku masih bimbang. Normalnya, aku bahagia. Mungkin begitu juga Mas Bayu melihat hasil ini. Siapapun, yang sudah menikah, pasti menantikan buah hati.

Tapi, posisiku kini berbeda. Aku yang berlari ingin melepaskan diri, seolah terperangkap kembali. Ini sama sekali tak terduga.

Ingatanku kembali pada pembahasan dengan Mayang tentang pembalut. Saat itu aku anggap normal saja belum datang tamu bulanan selama dua bulan. Bahkan, semalam saat Mas Bayu membeli testpack, aku masih menganggapnya sebagai guyonan.

Tapi, kini? Dengan benda ni menunjukkan tanda postif dan dua merek yang berbeda menunjukkan hasil yang sama, apakah aku harus meragukan akurasinya?

"Kamu tidak yakin?" Mas Bayu mengulurkan satu test pack lagi yang tersisa di meja.

Aku tidak mengerti mengapa Mas Bayu malah jadi semangat dengan membeli tes kehamilan berbagai merek. Sepertinya, dia teramat yakin dengan tanda-tanda yang terlihat padaku.

"Ra, aku cinta sama kamu. Selama kamu pergi, aku baru menyadarinya, kalau aku tidak bisa hidup tanpamu." Mas Bayu kembali mengeratkan pelukannya. Bahkan tangan yang masih memegang testpack ini digenggamnya pula.

"Jangan pergi lagi dariku. Jangan tinggalkan aku." Suaranya terdengar parau.

Aku membalikkan badan setelah berhasil meregangkan kembali pelukannya.

Kutatap kaca-kaca di matanya. Aku tak tahu seberapa tulus ucapannya. Namun, tindakannya menduakan cintaku, bukannya sudah menjadi buktinya nyata kalau selama ini aku hanyalah pelampiasannya saat ia ditinggal kekasihnya?

Setelah yang dicintainya kembali padanya, lalu apa? Mas Bayu pun meninggalkanku. Apa aku harus mempercayai ucapannya?

Aku menggeleng. "Mas, sudah cukup dustamu. Aku akan jaga benih dalam rahimku. Tapi setelah ini, kuharap kamu bisa membiarkanku pergi."

Saat ini aku memilih untuk bersikap tegas meski hatiku rapuh. Aku sudah berbuat sejauh ini. Aku sudah pergi belasan ribu kilometer untuk melupakan Mas Bayu. Meskipun cintaku padanya tertinggal dalam rahim ini. Bagiku itu bukan alasan untuk kembali. Aku tak ingin dikhianati lagi.

Aku segera meraih tas punggung yang ada di kursi. Beruntung, buku dan laptop sudah kumasukkan ke dalam tas sejak semalam. Dalam hitungan menit aku sudah melangkah keluar dari apartemen Mas Bayu tanpa menghiraukan panggilannya.

"Fahira!" teriak Mas Bayu tertahan. Ini masih terlalu dini hari untuk menimbulkan kegaduhan di gedung yang masih sepi.

Segera kututup pintu lift begitu aku berhasil masuk. Meski dia tahu dimana aku tinggal, mungkin sepagi ini dia belum bisa mengejarku. Biarlah dia berfikir dan aku juga memikirkan hal yang sama untuk ke depannya.

Aku mengayuh sepeda menembus sunyinya pagi.

BERSAMBUNG...

Tersedia Fullpart di KARYAKARSA...

https://karyakarsa.com/etwidyastuti/series/biarkan-aku-pergi

Biarkan Aku Pergi / KETIKA DIRIMU MENDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang