Aku punya teman, pikir Mono. Tapi apa dia masih temanku kalau dia berkhianat?
Mono duduk meringkuk di atas kursi, sendirian dengan hanya ditemani pikiran-pikirannya yang mulai meruntuhkan pendiriannya.
Mono tidak suka sendirian.
Six tidak sengaja. Dia tidak mungkin melepaskan Mono begitu saja. Dia pasti lelah.
Tapi kalau dia tidak sengaja, aku tidak melihat ada penyesalan dalam matanya.
Mono mencengkeram rambutnya erat-erat sampai kepalanya sakit. "Tidak," rintihnya. "Diam."
Pada kenyataannya Mono tidak bisa berhenti. Dia terjebak, baik dalam menara maupun dalam pikirannya sendiri.
Dia ingin keluar. Dia ingin keluar. Dia ingin keluar. Dia ingin keluar.
... Dia harap Six datang untuk mengeluarkannya dari sini.
Mereka teman, bukan begitu? Six dan Mono? Kalau mereka teman, Mono hanya harus percaya kalau Six akan kembali untuk menjemputnya, untuk menyelamatkan Mono sama seperti yang ia lakukan untuk Six di kabin si pemburu. Six pasti akan datang. Dia pasti datang. Dia tidak mungkin pergi begitu saja meninggalkan Mono.
Teruslah berharap.
Ya. Mono akan terus berharap.
....
Di mana temanmu?
Dia akan datang sebentar lagi, Mono yakin.
Dia tidak akan datang.
Six punya banyak hal yang harus dilakukan. Dia pasti sibuk, tapi dia akan datang
Kau yakin?
Ya.
Baiklah.
....
Di mana temanmu?
Dia–dia sedang sibuk merencanakan bagaimana caranya agar dia bisa masuk ke menara tanpa harus membuat dirinya celaka lagi.
Dia tidak akan datang.
"Dia pasti datang!" Mono berteriak.
Siapa yang ingin kau yakinkan? Kami atau dirimu sendiri?
"Itu ...."
Dia tidak akan datang.
"Tidak! Dia akan–Six tidak mungkin–"
Tidak mungkin?
Mono mencengkeram kepalanya. "Diam," bisiknya.
Teruslah berharap, Mono. Teruslah berharap.
....
Di mana temanmu?
"Dia pasti sedang dalam perjalanan ke sini. Tunggu saja. Dia pasti datang."
Kami akan menunggu bersamamu, kalau begitu.
....
Di mana temanmu?
"Six akan tiba di sini sebentar lagi."
....
Di mana temanmu?
"Dia hampir ... dia ...."
Ya?
....
Di mana temanmu?
"... Aku tidak tahu."
....
Di mana temanmu? Di mana Six?
"Dia masih belum datang."
....
Mono—
"Dia tidak akan pernah datang. Berhenti menanyaiku."
....
Apa dia masih teman—
"Pengkhianat.
... Anak pintar.
....
Mono masih sendirian dalam ruangan berbentuk persegi tanpa jendela. Pintu dengan ukiran mata di depannya tidak pernah sekalipun terbuka.
Dan Six tidak pernah datang.
***
The end
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
FanfictionMono hanya punya dua penyesalan dalam hidupnya: Satu, seharusnya dia tidak pernah menghiraukan bisikan anak-anak itu agar pergi ke Menara Sinyal. Dua, seharusnya dia tidak pernah berteman dengan Six. Atau lebih tepatnya, dia seharusnya tidak pernah...