1. Anak-Anak yang Hilang

460 42 3
                                    

Untuk seseorang yang punya rasa takut terhadap kesendirian, Mono malah selalu menyendiri.

Ironis, bukan begitu?

Dia ... bagaimana mengatakannya, ya? Mono sebenarnya adalah cerminan dari tipe anak yang diinginkan setiap orang tua. Dia pintar, dia pandai membaca situasi, dia tak pernah ragu untuk menolong orang lain, siapa pun itu dia tidak peduli. Lalu, setiap kali ada kesempatan dia bisa berguna bagi orang lain, Mono akan langsung mengambilnya. Hatinya yang begitu baik seharusnya cukup untuk memikat anak-anak lain agar mau berteman dengannya.

Sayangnya, kalau dia ingin hal itu tercapai, dia hidup di lingkungan yang salah.

Di Pale City di mana semuanya tampak muram, membosankan dan mati, tidak seorang pun mau berteman dengan bocah laki-laki kurus bernama Mono, tak peduli seberapa baik hatinya atau seberapa pintar otaknya.

Alasannya? Cukup simpel.

Mereka membencinya.

Kenapa, katamu? Itu pertanyaan yang selalu ditanyakan semua orang, ya, kan?

Alasannya bisa dibilang lebih tidak masuk akal daripada jawaban dari pertanyaan sebelumnya. Tapi, pertanyaan tetaplah pertanyaan. Dan setiap pertanyaan harus ada jawabannya.

Alasan kenapa orang-orang di Pale City membenci Mono adalah alasan yang sama kenapa dia jadi begitu pemalu.

Mereka membenci wajahnya.

Tidak ada yang salah dengan wajahnya. Dia tidak punya bekas luka yang mengerikan atau luka bekas cacar atau apa pun. Dia terlihat seperti semua anak usia sembilan tahun yang sehat, kecuali dia tampak sedikit terlalu kurus dibandingkan anak-anak lain. Selain itu tidak ada apa-apa lagi.

Kalau kau bertanya pada Mono kenapa mereka membenci wajahnya, dia tidak akan pernah menjawab. Dia sendiri tidak tahu, tidak pernah ada yang berbicara padanya mengenai kenapa mereka begitu membencinya. Mono juga sudah mencoba bertanya pada anak-anak di tempat ia bersekolah, tapi itu adalah kesalahan terbesar yang pernah Mono lakukan. Karena, yah, pada akhirnya mereka malah merundungi Mono.

Jadi, daripada dia harus terus-terusan menghadapi tatapan keras penuh kebencian yang selalu diarahkan orang-orang padanya, Mono pun memilih untuk menyendiri, bersembunyi di tempat-tempat di mana dia bisa duduk tenang tanpa perlu khawatir akan diganggu atau dibicarakan di balik punggungnya.

Saat sedang sendirian seperti sekarang ini, Mono akan melamunkan banyak hal. Seperti kenapa orang tuanya pikir bahwa memberi anak mereka nama 'Mono' adalah ide yang bagus. Karena rasa penasarannya yang tinggi, Mono pun mencari tahu apa arti dari namanya, dan karena di panti asuhan tidak tersedia terlalu banyak buku untuk dibaca, maka Mono melakukan pencariannya di perpustakaan di sekolah.

Dia bisa saja mencari di perpustakaan kota dengan koleksi bukunya yang jauh lebih banyak, tapi penjaga perpustakaan di sekolah bersikap jauh lebih ramah padanya daripada si penjaga di perpustakaan kota. Sikapnya yang hangat membuat Mono merasa jauh lebih nyaman untuk membaca di sana dalam waktu yang lama daripada di kota, bahkan jika perpustakaan itu berpenerangan redup, udaranya berbau debu, dan hampir selalu dalam keadaan berantakan.

Sayangnya, si penjaga perpustakaan sudah berusia cukup lanjut, dan tak lama lagi ia akan pensiun dari pekerjaannya.

"Datanglah ke rumahku kalau kau butuh apa-apa," kata si penjaga perpustakaan pada Mono di suatu siang saat dia memutuskan untuk tidak ikut pelajaran karena, er, perundungan. Si penjaga perpustakaan bahkan tidak memarahi atau mengusirnya. Alasan lain yang membuat Mono sangat menyukainya. "Aku tinggal sendiri sekarang. Anak-anakku sudah pergi sejak mereka menikah."

Sesuatu yang rasanya seperti gelembung sabun yang besar muncul dalam dadanya begitu mengetahui bahwa ada seseorang yang menginginkan kehadirannya. Mono ingin berkata kalau dia akan menerima undangannya, tapi karena ajakan ini terlalu mendadak dan dia tidak terbiasa berkunjung ke rumah orang lain sendirian, dia pun harus mempertimbangkannya baik-baik selama beberapa hari ke depan. Jadi, sebagai tanggapan, Mono hanya memberinya senyum tipis yang nyaris tidak terlihat, tapi dia tahu itu sudah cukup bagi si penjaga perpustakaan. Dia tahu Mono bukan anak yang banyak bicara.

Fall ApartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang