Chapter Dua

978 66 4
                                        

Tanganku yang menggenggam pena gemetar. Aku menggigit bagian dalam bibirku, tak ku sangka akan bertemu mereka bertiga lagi, dihari pertama ku bekerja disini. Khususnya pria itu, pria dengan bekas luka dibawah matanya.
.
"Minna... " Lirihku.
.
"Nami! Sudah lama sekali, " Ussop kegirangan ia tak menyangka teman sekolahnya dulu, yang telah lama tak ada kabar kini berdiri di hadapannya.
.
"Oy Nami! Kemana saja kau selama ini? Dan kenapa kau tidak melanjutkan kuliah? Kau bilang akan kuliah di New World bersama kami??? " Zoro memberikan banyak sekali pertanyaan.
.
"A-aku... " Belum sempat aku menjawab, Ussop menarik ku untuk duduk disampingnya.
.
"Kau ini! Baru bertemu sudah banyak bertanya, " Cibir Ussop.
.
"Apa kabarmu? " Tanya Luffy yang tiba-tiba saja begitu tenang. Membuat ku tertegun dan malah memperhatikan wajahnya, benar-benar berbeda dari saat terakhir aku menemuinya. Dia terlihat sangat dewasa.
.
"Baik... Tapi maaf, aku sedang bekerja sekarang, " Aku bangkit berdiri, sangat tidak pantas pekerja sepertiku duduk bersama tamu VIP seperti mereka.

"Duduk lah, aku akan mengatakan pada Sanji bahwa kau temanku, " Luffy menahan lenganku. Sekilas aku melihat sebuah cincin dijari manisnya.

'Rupanya dia sudah menikah. ' batinku.

"Ya, duduklah! Sudah lama kita tidak bertemu, banyak yang ingin kami bicarakan denganmu, " Ussop terus saja memaksaku.

Bukannya aku tidak senang bertemu dengan mereka, tapi... Aku, aku merasa tidak pantas. Mereka sudah menjadi orang-orang sukses, dan aku...

Tiba-tiba saja suara deringan ponsel memutuskan percakapan kami, aku merogoh ponselku, dan ternyata itu adalah telpon dari rumah sakit.

"Maaf permisi.. " Aku berlari pelan menjauhi mereka, dan menjawab panggilan tersebut.

"Selamat malam Nami-san anda harus segera ke rumah sakit, kondisi Nojiko-san memburuk. "

***

Beruntung nya, dengan izin Sanji aku bisa pulang lebih awal. Dan kini, aku sudah bersama Dokter yang menangani Nojiko.

"Apa yang terjadi Dokter? "

"Begini nak, tiba-tiba saja terjadi pendarahan di otaknya, dan kita harus melakukan Operasi kedua agar kemungkinan buruk tidak terjadi. "

Ucapan Dokter, membuat kedua kakiku terasa lemas. Aku merasa tak sanggup untuk berdiri.

"Maaf Dok, kira-kira berapa biaya untuk Operasi tersebut? " Tanyaku.

"Aku tidak tahu pasti, mungkin sekitas 200 juta beli. Namun sebaiknya kau bertanya pada pihak administrasi agar tak terjadi kesalahan. "

"Baiklah."

"Aku permisi, " Tak lama, Dokter pun meninggalkan ku yang termenung di lorong Rumah Sakit.

'Kamii-sama ... apa yang harus kulakukan? '

Tak hentinya aku menangis, semenjak Bellmere-san meninggal, hal buruk selalu saja terjadi pada kami. Kebun jeruk kami disita karena Bellmere tak bisa melunasi hutangnya. Kami berdua pun hanya bisa bekerja paruh waktu, tidak bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik lagi. Karena perusahaan besar lebih memilih orang-orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi.

Dan lagi, sekarang Nojiko harus terbaring lemah karena kecelakaan yang terjadi dua bulan yang lalu. Dia adalah korban tabrak lari.
Sampai sekarang pelakunya masih belum ditemukan. Ku pikir seandainya aku bisa menyewa pengacara, aku harap bisa memberikan keadilan untuk kakak ku satu-satunya.

***

Setelah bekerja di Restoran Baratie aku memutuskan mengambil pekerjaan tambahan di sebuah Bar tak jauh dari tempat tinggal ku saat ini.

"Kau hanya perlu membuat minuman dimeja ini saja., " Ucap Manager Bar dan menjelaskan tentang cara pembuatan Coctail dan minuman semacamnya. Aku pun segera memahami hal tersebut.

*

"Hai manis... Ayo menari bersamaku, " Seorang pria mabuk berusaha menggodaku. Wajahnya terlihat tua dan sangat merah layaknya kepiting rebus, matanya pun teler seperti orang mengantuk.

"Gomen ne Ossan.. Aku kemari untuk bekerja, bukan untuk bersenang senang, " Jawabku tak ingin membuatnya tersinggung.

"Halah! Ayo.. Aku akan memberimu uang! "

Aku pun melambaikan tangan pada gadis-gadis penari untuk membawa pria itu. Aku takut dia akan melakukan hal yang tidak tidak nantinya.

"Ossan.. Ayo kita menari, " Ajak salah satu gadis.

"Tidak mau! Aku mau dengannya!!" Tegas pria itu sambil menunjuk kearah ku.

"Sudahlah Ossan... Dia tidak pandai menari, ayo kita pergi," Bujuk gadis itu, seolah mengerti keadaan gadis sepertiku.
Tak ku sangka, pria itu malah memberontak... Dia menghancurkan gelas gelas yang tertata rapi di atas meja, dia juga menghancurkan botol-botol Wine yang mahal.

"Jangan! Kumohon hentikan! " Aku berusaha menyelamatkan barang yang belum dihancurkan olehnya.

Syukurnya tim keamanan segera datang dan membawa orang itu pergi. Manager Bar datang menghampiri ku dengan wajah menyeramkan.

"Kau ini bodoh sekali!! Dia hanya memintamu untuk menari bersamanya!! Sekarang lihat? Kekacauan yang sudah kau buat, " Teriaknya.

Aku hanya bisa terdiam dan menundukan wajahku, aku yakin semua orang pasti memperhatikanku saat ini.

"Bagaimana kau mengganti kerusakan semua ini? " Pria itu menarik nafas bersiap untuk meneriaki ku lagi. "Dengan gajimu selama satu tahun pun belum tentu bisa mengganti kerusakan semua ini. "

"Maafkan aku pak! Tapi seharusnya pria tadi yang mengganti kerusakan, bukan aku! " Aku berusaha membela diri.

"Cih.. Beraninya kau membentak ku, kalau begitu pergilah! Kau tak perlu datang untuk bekerja lagi! "

"Tidak pak! Kumohon, maafkan aku, aku sangat membutuhkan pekerjaan ini. Bagaimana aku bisa mengobati kakakku, jika aku tidak bekerja? " Dengan segera aku berlutut memohon.

"Seharusnya kau pikirkan itu sendiri, sebelum membuatku bangkrut! "

"Maafkan aku.. Maafkan aku.. Aku tak akan mengulanginya lagi. "

"Sudahlah.. Aku akan mengganti semua kerusakan yang ada, " Suara tegas seorang perempuan membuatku mendongkak seketika.

"Sonia-sama ... " Manager itu terlihat sangat segan dengan wanita berambut hijau itu, sepertinya dia bukanlah orang sembarangan. Terlihat dari bagaimana cara dia memperlakukan Manager ku.

"Tidak perlu Sonia-sama ... Karena ini kesalahnya-" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, wanita bernama Sonia itu menatapnya tajam. Ia mengeluarkan cek dan memberikannya secara cuma cuma.

"Nyonya.. " Gumamku, aku sedikit tak percaya. Bagaimana mungkin orang seperti dia mau membantu ku.

*
Singkatnya, kini kami berada di ruang VIP yang telah wanita muda itu pesan. Dia menatapku lekat lekat.

"Siapa namamu? " Tanyanya.

"N-nami.. " Jawabku pelan.

"Aku mendengar semuanya, memang apa yang terjadi dengan kakakmu? "

"Dia korban tabrak lari, dan sudah dua bulan berada di Rumah Sakit. "

"Dengar... Aku ada pekerjaan yang bisa menguntungkan mu. "


Bersambung...




Terima kasih minna sudah baca karya aku. Setelah sekian lama akhirnya aku nulis lagi. Aku lebih memilih alur yang ringan dan gak terlalu berat. Maaf kalau membosankan. Semoga kalian suka ^^

Love is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang