Hancock duduk di kursi taman belakang sambil minum teh, seusai perannya... Perutnya pun menggunakan bantalan agar terlihat seperti hamil sungguhan.
Sonia yang baru saja datang memberikan foto foto lama Luffy dan Nami. Ia merasa sangat bodoh karena tak menyelidiki soal Nami sebelumnya, jika saja ia tahu bahwa Nami adalah mantan kekasih kakak iparnya tak mungkin dia mengajaknya untuk bertemu Hancock malam itu.
"Maaf Onee-sama... Aku baru tahu ini sekarang. "
"Bakar ini semua! Aku tak mau melihatnya. " Perintah Hancock, padahal dia belum melihat semua foto foto itu. Dia hanya melihatnya sekilas.
"A-apa kau sudah mengetahui ini Onee-sama ? " Sonia sempat terkejut, meskipun tahu... Selama ini Hancock terlihat sangat tenang seolah tak terjadi apa apa.
"Beberapa bulan belakangan ini, suamiku sering mengigau memanggil nama wanita itu. Aku pikir dia menyadari bahwa gadis yang bersama nya malam itu bukan aku... Tapi aku meminta Margaret untuk menyelidiki semuanya, karena takut terjadi kesalah-pahaman. Tapi ternyata memang benar, mereka saling mengenal sebelumnya. "
"Kalau Onee-sama tahu, apa kau yakin akan tetap menerima anak yang di kandung mantan suamimu itu? "
"Jangan bertanya hal yang sudah kau ketahui jawaban nya. Bagaimana pun itu akan menjadi anak ku, aku tak perduli dengan wanita itu. "
"Jika saja Nami bukan mantan kekasih Luffy mungkin aku bisa mengerti, tapi... Kau tahu, itu tidak akan mudah. Membesarkan anak dari wanita masa lalunya. "
Peringatan Sonia membuat Hancock berpikir lebih keras. Apakah ia akan siap jika ternyata Luffy akan lebih dekat dengan anaknya sendiri, di bandingkan dengan nya? Kalau nyatanya, kehadiran anak itu tak bisa membuatnya lebih dekat Luffy bagaimana? Selama Luffy tidak tahu... Mungkinkah semua akan baik baik saja ?
Hancock kalut dengan pemikirannya sendiri.
'Luffy-kun kau sudah pulang? ' terdengar suara Hina dari dalam rumah.
"Cepat singkirkan semua ini! " Titah Hancock, ia merasakan hal buruk akan terjadi. Tak biasanya Luffy pulang ke rumah di jam segini.
Ia mengikuti Luffy ke lantai atas, belum sempat untuk menemuinya, pria itu sudah mengunci diri dikamar. Terdengar suara teriakan penuh kemarahan.
"A-apa yang terjadi? " Gumamnya.
Hancock mengetuk pintu itu, dan berharap Luffy mau membuka dan mau membicarakan masalah yang sedang dihadapinya. Namun yang terdengar hanya suara barang barang yang hancur.
Kehidupan seseorang hancur karena mu, dan kamu tak bisa melakukan apa apa... Itulah yang dirasakan Luffy. Ingin sekali ia marah dan memberontak pada kakeknya. Tapi pria tua itu, mana mungkin dia mengerti perasaan nya. Yang dia tahu bahwa Luffy ini hanyalah anak pembawa onar yang harus selalu mengikuti perintahnya.
Garp yang mendengar keributan itu meminta Hancock untuk turun dan membiarkan Luffy sendiri.
"Biarkan dia sendiri dulu. Sebaiknya kau kembali ke keluarganya selama beberapa hari, aku takut Luffy yang seperti ini mempengaruhi kondisi mu. " Ucap Garp.
"Baik Ojii-san. " Layaknya menantu ideal, ia menuruti perintah kakek tanpa membantah sedikitpun. Hancock segera pergi dari rumah itu bersama Sonia.
"Kami permisi... "
Garp pun mulai dibuat pusing saat kebisingan Luffy menganggu Cherry yang sedang tidur siang. Cicitnya itu terlihat ketakutan dan tak hentinya menangis. Ia menghubungi Ace untuk segera pulang dan menenangkan Luffy.