Chapter 9

570 54 18
                                    

"Aku Robin, nama mu ?"

"Luna ... " Mereka pun berjabat tangan sebagai tanda awal persahabatan.

"Bibi, bagaimana kalau kita bersembunyi di taman bermain lantai bawah ?"

"Baiklah ... " Robin tersenyum kecil, ia merasa bahwa anak kecil ini ingin berteman dengannya agar bisa masuk ke taman bermain. walaupun begitu, dia tetap mau menemani Luna pergi kesana.

                          ***

Nami berlari kesana kemari, ia mencari dari satu toko ke toko lain, berharap menemukan puteri kesayangannya itu.

"Astaga dimana anak itu ... Awas saja nanti kalau ketemu." Dia terlihat marah dan panik secara bersamaan. Begitu juga dengan Nojiko yang mencari Luna dibagian Swalayan.

"Permisi, apa kau melihat anak kecil dengan topi jerami ?" tanya Nojko pada ibu ibu yang sedang memilih sayuran.

"Tidak, aku tidak melihatnya."

                             *

Robin menemani Luna menaiki beberapa wahana permainan yang boleh dinaiki anak berusia tiga tahun. Seperti komidi putar, ataupun kereta mini.

"Siapa yang memberikan topi ini ?" tanya Robin, ia merasa bahwa topi tersebut mirip sekali dengan milik Luffy, teman kekasihnya. Semasa sekolah Luffy suka sekali memakai topi seperti ini.

"Kaa-chan ... Dia membuatkannya untukku, agar aku tak kepanasan saat memanen jeruk." Luna menikmati setiap ayunan yang Robin berikan.

"Ohh ... Luna memiliki kebun jeruk rupanya."

Sekilas ia teringat akan pesta ulang tahun Zoro beberapa tahun yang lalu, saat ia melihat Nami di Hotel Kuja dengan seorang wanita berambut hijau. Padahal ia ingin sekali menyapa Nami, tapi si bodoh Zoro sudah mabuk parah hingga tak menyadari situasi di sekelilingnya. Dia mencium Robin di koridor, setelah itu memaksanya memasuki kamar hingga tak memiliki kesempatan untuk menemui Nami.

"Siapa nama ibumu ?" tanya Robin.

Bukannya mendapat jawaban dari Luna, ia malah mendengar seseorang memanggil namanya.

"Robin !!!" suara familiar itu berhasil membuat Robin menoleh kebelakang.

"Kaa-chan ... Kau berhasil menemukanku." Luna turun dari ayunan dan segera pergi ke pelukan Nami.

"Sudah kuduga ... " Robin tersenyum kecil, ia berjalan menghampiri Nami.
"Seorang anak kecil yang sangat mirip dengan Luffy, tapi ternyata kau Ibunya."

"Kumohon, jangan sebut nama dia lagi." Nami terlihat enggan bertemu Robin.

"Kenapa kau jahat sekali ? sekalipun tak mau menemui ku, ataupun teman teman yang lain."

Luna yang merasakan keakraban mereka berdua sedikit bingung. "Kaa-chan mengenal Bibi Robin ? dia yang menemani ku bermain."

"Iya sayang ... Tapi lain kali, jika ada orang yang tak dikenal, mengajakmu pergi jangan mau ya !" Nami membelai pipi Luna, dan tersenyum kecil.

"Baiklah!"

"Maaf Robin, aku hanya tidak mau ada yang mengatakan keberadaanku pada 'dia' "

"Kupikir kau temanku, tapi ternyata kau tidak percaya sedikitpun padaku." Robin terlihat kecewa, ia membalikan badan dan ingin pergi dari sana. ternyata benar, waktu bisa merubah seseorang.

"Tidak, bukan begitu maksudku," Nami salah tingkah saat Robin mulai menjauh darinya, "Robin !!!" panggil Nami, berharap Robin tak pergi dengan cara seperti ini.
"Aku juga merindukan mu, Robin !!!"  lanjutnya.

Love is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang