11

3 1 0
                                    

Viona

Bukannya aku nggak menyadari, tapi belakangan ini memang makin jelas terasa. Imel dan Ela yang mendengar masalahku bilang ini wajar saja, soal kebiasaan. Tapi kalau memang soal kebiasaan, kenapa aku baru merasakannya sekarang? Ini kan yang namanya selingkuh?

"Yee! Selingkuh kan kalo kalian pacaran, jadian nggak kalian?," seloroh Imel sambil makan kue sakura oleh-oleh dari Jepang.

"Nggak sih, aku sama Mas Hari udah nyaman berteman aja. Biar lebih bebas juga dan nggak khawatir bakalan putus," sahutku yang memakan cokelat dari Singapura.

"Nah, udah bagus banget tuh, Vi," kini Ela menimpali. "Nggak masalah kamu mau suka berapa cowok sekaligus selama kalian nggak jadian. Kan kalo urusan perasaan, itu hak kita."

Memang sih. "Tapi akunya yang nggak enak sama Mas Hari. Masa aku yang ngejar dia, eh sekarang malah suka cowok lain?"

"Siapa sih yang kita omongin ini, by the way?," kali ini Imel makan kacang goreng yang kubeli di kantin tadi.

"Gimana sih kalian? Kita lagi ngomongin Ririn nih, susku. Masa kalian nggak merasa?"

Spontan wajah kedua temanku kaget luar biasa, Imel bahkan sampai batuk-batuk karena tersedak kacang. Kenapa sih mereka?

"Viona my babe, kamu suka sama Ririn? Seriously?" Ela menyuapiku dengan kue sakura namun kutolak. Bisa ikutan tersedak juga nanti kayak Imel.

"I know this is sounds weird but, like I said. I think I like him," kataku.

"No! Not at all! Nggak ada yang aneh kalo kamu suka sama Ririn. Bukan selingkuh juga, jadi nggak masalah kan harusnya?"

"Cuman gini ya, El. Dia tuh profesional banget, I never know what he think about even we're together. He's... Gosh! Ririn has so much secrets that nobody knows!"

Kubilang saja 'rahasia' biar lebih dramatis. Memang kenyataannya aku nggak banyak tahu soal dia, meski dia sebaliknya tentangku. Curang banget. Aku juga pengen tahu lebih banyak, tapi gimana caranya? Kalo aku tanya langsung pasti nggak mau jawab. Ririn kan gitu orangnya.

"Vi, aku ada saran. Langsung dari Johnny Depp," Imel berujar setelah batuknya mereda. Lagian kenapa juga harus Johnny Depp?

"Apaan?," tanyaku.

"If you love two people at the same time, choose the second one."

Kok gitu? "Why?"

"Because if you really loved the first one you wouldn't have fallen for the second."

Seolah ada pemahaman baru di otakku, perasaan bersalah pada Mas Hari semakin kuat. Setelah apa yang selama ini kulakukan demi bisa bersamanya, sekarang aku harus meninggalkannya demi seseorang yang bahkan nggak pernah menganggapku sebagai lawan jenisnya? Kenapa jadi serumit ini sih?

*

Sejak diberi pencerahan oleh Imel, aku justru semakin menghindari Ririn, minimal memalingkan wajah waktu kami bicara. Aku tahu itu nggak sopan, tapi aku lebih nggak mau dia menyadari perubahan sekecil apa pun yang tampak di wajahku. Beda dengan kasus Mas Hari, aku nggak bisa lagi mengelak kalo suka padanya sekarang. Tapi aku juga nggak bisa bergerak, memandangnya saat ini nggak sama kayak sebelumnya. Sejak kapan aku jadi cewek yang bisa menyukai dua cowok sekaligus begini sih? Kesannya aku murahan banget.

Dan sulit juga buatku untuk tetap bertemu dengan Mas Hari. Padahal tiap sore adalah waktu yang kutunggu-tunggu, meski singkat setidaknya pertemuan kami rutin dan terjadwal setiap harinya. Aku masih menyukainya, itu nggak berubah. Tapi, soal Ririn... aaargh! Aku pusing! Masa aku harus check in kayak Mas Hari biar nggak pusing? Sama siapa? Dua cowok yang aku suka semuanya nggak kompatibel diajak check in. Ck! Menyebalkan! Aku harus gimana ini?!

Secretary's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang