Chapter 1

111 15 5
                                    

'kriing'


Bel istirahat berbunyi, aku segera menyimpan alat tulisku kedalam tas sambil sedikit-sedikit mendengarkan penjelasan guru tentang PR yang beliau baru saja berikan tadi.

Tiba-tiba orang yang duduk disebelahku menyiku bahuku. Aku menoleh kearahnya dengan tatapan heran.

Aku mengangkat kedua alisku seolah sedang mengatakan 'apa'.

"Ayo pergi ke kantin,"

"Tidak." Aku menolak ajakannya. Aku sedang benar-benar malas saat ini.

"Ahh ayolah Cass...,"

Aku mendapati wajah sahabatku yang begitu memelas, melihatnya aku menghela napas lalu mengangguk menerima ajakannya.

"Great!" Soraknya senang.

Tanpa babibu dia langsung menarikku keluar dari kelas. Menggenggam tanganku dengan tangannya yang besar dan hangat.


Dan nyaman...


-

Sekarang aku dan sahabatku sudah berada di kantin, kami sedang mengantri di stan makanan kesukaannya yang begitu penuh dengan antrian murid-murid yang ada disini.

Inilah yang membuatku malas untuk pergi ke kantin, dia selalu membawaku ke tempat yang begitu penuh.

Sedari awal aku memang tidak mau, tapi dia sangat menyebalkan ketika memaksa.

Sebenarnya antrian sangat panjang bukan karena makananya, melainkan karena fans-fans garis keras sahabatku Adrian. Oh astaga siapa yang tidak mengenal dia? Seseorang yang tampan, dengan garis wajahnya yang tegas, dan senyumanya yang selalu menghipnotis setiap gadis yang ada disini. Itu yang membuatku benar-benar kesal.

Sayangnya Adrian tidak suka tersenyum, sahabatku pria tampan dingin yang digilai oleh banyak orang. Aku tidak tahu harus senang atau kesal bisa berteman dekat denganya. Oh ayolah aku sering menjadi alat para gadis sekolah untuk mendekati Adrian. Dan itu membuatku muak.

Kini Adrian masih di kerumuni oleh gadis-gadis di sekolahku, aku hanya bisa berjalan dengan lambat di belakangnya. Aku sedikit risih karena harus melihat sahabatku di kerumuni oleh para jalang murahan ini.

Akibat desakan keras dari lautan manusia ini, tanpa sadar aku terpisah dari Adrian. Dengan sekuat tenaga aku menahan tubuhku agar tidak terseret terlalu jauh dari Adrian.

"Cassandra dimana kamu?" teriaknya sambil menoleh ke kiri dan ke kanan mencariku.

Tubuhku benar-benar terhimpit dengan banyaknya jalang yang mengerubuni Adrian.

"Get of my way bitches!"  Teriakku kepada mereka, akhirnya aku bisa bernapas lega setelah orang-orang ini satu persatu menjauhiku dengan tatapan aneh.

"Oh disana kamu rupanya," ucap Adrian lega setelah kedua matanya menemukanku.

"Sudah aku bilang untuk tetap berjalan di sampingku! Aku takut kamu hilang Cass, bahkan kalau perlu, terus gengga tanganku agar aku tidak perlu panik mencarimu." Kesalnya padaku. Aku tidak tahu harus bersikap apa pada perkataan sahabatku tadi, sikap Possesive dan Overprotectivenya itu selalu membuatku salah paham dan membuat hatiku begitu berdebar dengan cepat.

Ya aku menyukainya,

Aku menyukai sahabatku sendiri.


-

Setelah lama mengantri dan mendapatkan makanan yang Adrian inginkan kami pun duduk di meja outdoor kantin.

Orang-orang yang lewat disini tidak ada hentinya untuk menyapa Adrian.

Aku tidak terlalu peduli, hanya fokus untuk menghabiskan makananku. Aku hanya diam tidak membuka percakapan apapun karena masih merasa kesal dan gugup. Karena itupun sekarang aku dan sahabatku sedang saling tutup mulut. Biarkan saja, toh dia pun tidak memulai topik denganku, jadi sudahlah.

Entah kenapa aku harus menjadi gugup ketika dekat dengan Adrian, apa karena perasaanku yang semakin nyata kepadanya? Aku tidak yakin.

Setelah makananku dan makanannya habis bel masuk pun berbunyi, aku dan Adrian berjalan menuju kelas sekarang, koridor sudah sedikit sepi karena para murid yang ada di sini sudah masuk ke kelasnya masing-masing.

Hening menemani waktu berjalanku dengan Adrian, aku terkejut karena tiba-tiba Adrian berbicara padaku. "Oh ayolah, kenapa kamu cemberut seperti itu? Kamu semakin jelek." Ejek Adrian saat kita sudah tiba dikelas. Aku menghiraukan ejekkan darinya dan langsung duduk di mejaku.

Tak lama, Adrian pun langsung duduk disebelahku. Ya aku dan Adrian memang selalu duduk berdua, aku tidak tahu bagaimana awalnya tapi yang pasti aku selalu bersamanya sedari kecil.

"Jadi, bagaimana kabar ibumu?" tanya Adrian berbasa-basi.

"...."

Aku tidak menjawab pertanyaanya. Meski aku ingin. Aku begitu senang ketika dia menanyakan perihal ibuku.

"Dan sekarang kau mendiamiku, bagus,"

"Cassie ada apa hm? kenapa kau seperti ini kepadaku?" tanya Adrian dengan ekspresi sedih di wajahnya, oh aku benci saat Adrian sudah seperti ini. Aku selalu kalah dalam menghadapinya ketika dia sudah mengeluarkan nada dan ekspresi seperti itu.

"Cassie?" panggil Adrian.

"Cass?"

"CASSANDRA GREYSON"

"HEI AKU BUKAN GREYSON SIALAN!" ucapku dengan kesal sambil mencubit pinggang milik Adrian dengan keras.

"Aw aw hei itu sakit, maafkan aku ny.Greyson haha." gaduhnya menyebalkan. Huh dia memang selalu seperti itu,  Greyson sialan adalah nama mantan kekasihku. Adrian menganggap bahwa aku tidak bisa melupakan lelaki sialan itu, dia tidak tahu saja bahwa aku menyukai dirinya bukan pria bajingan seperti Greyson.

Guru pelajaran pun masuk membuat Adrian berhenti mengoceh padaku.

ahhh ketenangan dunia.


-

Saat jam pelajaran selesai tiba-tiba wali kelasku datang, seisi kelas seketika terdiam ketika ada seorang gadis yang berjalan mengikuti wali kelas kita. Memang situasi kelas tadi sangatlah berisik dan Adrian hanya diam sambil menggambar hal-hal yang tidak jelas, dia memang terlalu rajin.

Seisi kelas sepertinya sangat terpana dengan gadis itu, dengan mata coklat hazelnut miliknya, rambut hitam sebahu yang terlihat sangat halus, dan kulit putih yang sedikit diberi warna kuning membuat dirinya seperti anak yang patut diberi sebuah tiara, begitu cantik.

"Huh kurasa, dia akan segera diincar oleh para lelaki bajingan. benar bukan?" ucapku sambil menyiku bahu Adrian.

Tidak mendapatkan respon darinya, aku menoleh pada Adrian.

Aku terkejut, Adrian hanya diam tidak menanggapi ucapanku, dia sedang sibuk menatap anak baru itu. Aku sedikit merasa aneh, karena Adrian tidak pernah melihat seseorang seintens ini. Hingga aku semakin terkejut setelah mendengar apa yang mulutnya keluarkan dengan suara lembut itu.

"cantik..."

Suaranya sangat kecil seperti sebuh gumaman, hampir tidak terdengar. Namun aku masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Apakah mungkin? Adrian...

.

.

.

.

.

menyukainya?



TBC




We Can'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang