_
Adrian masih dengan kepalan tangannnya, menahan amarah yang kapan saja akan membuncak. Aku hanya menunduk, merutuki apa yang aku lakukan. Seharusnya aku tidak memberi tahu Adrian. Akhh...sial.
"Ayo kita pergi." Adrian berdiri dan menarik tanganku untuk pergi. Aku hanya diam mengikutinya. Tarikan dan genggaman tangannya begitu kuat membuat tanganku sakit.
Aku merasa ada yang aneh dengan diriku, dan tiba-tiba saja aku menyadari betapa bodohnya aku, yang tadinya aku merasa bingung kini aku merasa sangat marah pada Adrian.
Ini salah, kenapa malah Adrian yang marah? Seharusnya itu aku.
Aku menghempaskan tanganku dari Adrian lalu menatapnya. Adrian yang merasakan hempasan di genggaman tangannya hanya diam menatapku balik. "What's wrong with you?" Tanyaku dengan nada rendah sedikit menggeram mencoba untuk tidak berteriak. Adrian hanya memandangku dengan diam membisu. "Adrian?!" panggilku sedikit keras.
"Aku tidak tahu." Jawabnya datar.
Aku melongo tidak percaya dengan jawaban yang diberikan oleh nya. "Kau serius?? kenapa kau begitu marah saat melihat gadis itu? bahkan kita belum satu minggu mengenalnya Adrian!" Aku diam beberapa saat untuk menetralkan nafasku yang menggebu karena marah.
"Kau menyukainya kan?" lanjutku. Adrian nampak sedikit terkejut namun dengan cepat dia menggeleng dan mengembalikan mimik wajahnya seperti biasa. Adrian hanya diam tidak membalas pertanyaanku.
"Kau menyukainya kan?" Ulangku. Namun dia tetap tidak menjawab. Aku menunduk dan tertawa kecil. Menertawai betapa bodohnya hal ini.
Aku kembali menatap wajah Adrian tepat kearah kedua bola matanya. "I'm done with this shit Adrian. DO YOU FUCKING LIKE HER??!"
"I DON'T KNOW CASSANDRA!!"
Aku diam terkejut. Ini pertama kalinya Adrian berteriak padaku seperti ini. Aku menoleh dan melihat sekelilingku, pengunjung yang ada disini sedang menatap kami begitu intens sambil berbisik. Aku kembali menatap Adrian, dia menutup wajahnya frustrasi. Aku yang merasa semua ini adalah salahku hanya dapat menggigit bibir bagian bawahku untuk menahan tangis. Akupun berbalik dab bersiap untuk pergi namun tangan Adrian menahanku. Aku menoleh padanya sekilas lalu memaksa melepaskan genggaman tangannya dariku.
"Cass... wait." teriak Adrian mencoba menahanku, dengan sekuat tenaga akhirnya tanganku terlepas dan akupun seger berlari.
"Cassie tunggu aku!" Panggilnya sekali lagi namun tetap aku hiraukan. Aku terus berlari takut-takut kalau Adrian benar akan mengejarku.
-
Ditengah pelarianku dari Adrian, tanpa sengaja aku menabrak seseorang di depanku.
"Shit maafkan aku." Aku meminta maaf dan memandang wajahnya sekilas lalu sadar bahwa orang yang aku tabrak ini adalah Greyson, mantan kekasihku.
Greyson hanya diam terpaku menatapku. Akupun bersiap untuk pergi namun Greyson menahanku. "Wait, Cassie?"
Aku mencoba untuk melepaskan genggamannya namun dia bersikeras menahanku, "Let me go!"
"No, can we just talk please? don't avoiding me like this Cass." Aku yang tidak menghiraukan apa yang dia maksud hanya terus mencoba untuk lepas dari genggakam psikopat gila ini. "Aku harus pergi Grey! lepaskan aku!"
"Just some moment Cass, plea-"
Bugh!
Aku menutup mulutku dengan kedua tangan terkejut dengan apa yang terjadi saat ini. Adrian yang tiba-tiba datang langung menghantam Greyson dengan pukulannya, dia pun terjatuh karena serangan tiba-tiba yang didapatinya dari Adrian.
Adrian berjalan kearah Greyson yang jatuh lalu mengangkatnya dengan kerah baju miliknya dan meninjunya lagi.
Bugh! Bugh!
"JANGAN BERANI KAU MENYENTUHNYA LAGI SIALAN!" Maki Adrian menunjuk Greyson yang terbaring di tanah. Greyson mengusap darah yang keluar dari ujung bibirnya lalu bangkit menghadap Adrian. "Hahaha .... lalu? kau seharusnya sadar bahwa kaulah penyebab dari semua kekacauan ini!"
Aku dan Adrian diam terkejut dengan ucapan Greyson. Terutama aku. Kita bertiga sudah dikerumuni oleh banyak orang sekarang. Semua orang melihat pada drama menyedihkan ini.
"Bahkan hubunganku dengan Cassandra harus berakhir gara-gara kau bajingan!!" lanjut Greyson langsung menghajar Adrian. Adrian yang tidak sempat menghindari tinjuan dari Greyson harus mendapat bogeman di pipinya, tanpa mempedulikan rasa sakit itu Adrian langsung memberikan sebuah pukulan balasannya pada Greyson.
Semua orang ricuh berusaha untuk memisahkan Adrian dan Greyson. Akupun berusaha untuk memisahkan Adrian dari belakang namun yang aku dapat hanyalah sebuah sikut-an di daerah mataku.
Mereka tidak menyadari bahwa aku terluka oleh mereka. Saat ini kesabaranku sudah habis akupun berteriak pada mereka, "KALIAN BERHENTILAH BAJINGAN!"
Merekapun berhenti dan tanpa berpikir panjang akupun langsung menarik Adrian menjauh dari Greyson yang tanpa aku sadari ada sepasang mata yang memperhatikanku dan Adrian sedari tadi.
Seorang gadis yang sedang menggenggam tangan seorang anak kecil. Dia adalah Evelyn, yang aku asumsikan pria yang tadi ada disebelah Evelyn tadi adalah Greyson.
Bagaimana dia bisa datang kemari bersama Greyson?
Tidak, tidak. Bagaimana bisa mereka bisa saling mengenal?
.
.
.
.
-
Aku membawa Adrian keluar dari Pasar malam dan berjalan menuju motor Adrian. Setelah sampai di motor milik Adrian, akupun meminta kunci motornya.
Adrian bingung melihatku yang memberikan tanganku padanya, "What?? No, Aku yang-" Tolaknya sesudah mengerti dengan apa yang aku maksud.
"Just shut the fuck up and give me the fucking key."
Adrian hanya menuruti perkataanku yang sedang marah ini. Setelah mendapatkan kunci aku langsung memakai helm-ku dan memberi Adrian helm yang lain. Adrian hanya diam tidak berkutik, aku lalu menatapnya dengan tajam dengan segera Adrian langsung memakai helm miliknya.
"Apa kau serius Cass? biar aku saja yang menyetir." sahutnya padaku.
"Berhenti mengoceh dan naiklah!"
Adrian menghela nafas lalu menurut. Setelah Adrian naik akupun menyalakan motornya lalu pergi meninggalkan tempat ini. Karena sungguh aku sudah sangat lelah dan...
Mataku sangat sakit.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
We Can't
Romance"A- Aku... Aku menyukaimu." "Apa? kau bercanda kan. Kita ini-" "Aku tahu... Aku tahu, maafkan aku." Akupun pergi meninggalkannya. Dengan kesedihan yang terus meluapkan air mataku, aku terus berlari. Menghindari sebuah kenyataan yang sangat menyakit...