Aku menatap kedua manik matanya, di dalam sana benar-benar terpancar keseriusan dan rasa bersalah yang sangat besar. Adrian merematkan kedua tanngannya di atas meja dengan gelisah, tidak menyentuh es krimnya yang sudah sedikit mencair, lalu kedua bola matanya menatapku.
Dengan cepat aku menunduk, memutus kontak sesaat tadi. Aku menghela napas, sedikit berpikir. Apakah aku harus? Aku sudah berpura-pura baik-baik saja seakan aku tidak melihat mereka berciuman.
Akupun mengangguk anggukkan kepalaku, lalu mengulum bibir bagian bawah. Inikah saatnya aku mengetahui rahasia Adrian?
"Yeah, tell me,"
"Tell me everything." Lanjutku menatap kedua matanya mantap. Aku sedikit takut. Takut dengan kebenaran yang akan Adrian ucapkan. Truth Hurts.
"Oke, ya of course..." Ucap Adrian denga sedikit gagap. Adrian sedikit menurunkan bahunya yang tegang lalu mengatur nafasya perlahan. Kenapa dia sangat gugup seperti ini? apa hal ini memang begitu besar?
"Jadi..., kami, aku dan Evelyn kita adalah....,"
Kekasih
"...Kekasih."
"Dulu."
-
.
.
.
.
.
Aku mengangguk mengerti setelah Adrian selesai berbicara. Sialan hatiku benar-benar sakit, mataku sudah mulai terasa panas.
"So its her?" Tanyaku sedikit bergetar menahan tanngis, Adrian menatapku bingung. "The one you've been crazy with, a few years ago?"
Adrian hanya mengangguk, tidak mengatakan apa-apa lagi. Aku menatap Adrian dengan ekspresi palsu, aku tersenyum. It's hard to believe, tapi ternyata memang seperti itu.
Sial sial sial sial
"Kau seharusnya mengatakannya dari awal Adrian, kenapa kau tidak pernah mau membicarakannya dengan ku?" Tanyaku dengan lirih, aku menatap gelas es krim ku yang sudah mencair tidak berminat.
Dalam diamnya Adrian aku dapat mendengar napasnya yang coba dia atur untuk setenang mungkin, mata nya kembali melihat kepadaku, "Entahlah Cass, dulu aku rasa aku bisa menanganinya sendiri."
"Kenapa kau berpikir seperti itu Ad?" Pandanganku membalas kedua manik sayu milik Adrian.
"Cass..., aku-"
"Kau menganggapku apa Adrian?" Potongku dengan cepat, "Apa yang kau lihat, sehingga kau tidak mau membicarakannya padaku?" Hening terasa setelah aku mengucapkan hal itu
"We're. Fucking. Best friend. Adrian." Ucapku dengan menekan kata demi kata yang aku ucapkan padanya. Adrian menatapku dengan sorot mata yang sangat menyesal dan berbicara lirih, "Seharusnya kau tahu."
Aku menggeleng-gelengkan kepala ku sambil terkekeh kecil merasa tidak percaya, "Bagaiamana aku bisa tahu?"
"Sepertinya kau memang tidak pernah percaya padaku Adrian."
Adrian menegakkan tubuhnya dan menggelengkan kepala, "Tidak seperti itu Cass..."
Aku menatapnya dengann sedih, kata-katanya yang tak terucap seperti tergantung diudara, "Aku mengetahuinya sekarang. Tidak apa Ad, everyboody has their own secrets,"
"Kukira aku cukup dipercaya untuk mengetahui rahasiamu."
-
KAMU SEDANG MEMBACA
We Can't
Romance"A- Aku... Aku menyukaimu." "Apa? kau bercanda kan. Kita ini-" "Aku tahu... Aku tahu, maafkan aku." Akupun pergi meninggalkannya. Dengan kesedihan yang terus meluapkan air mataku, aku terus berlari. Menghindari sebuah kenyataan yang sangat menyakit...