dan....
Tembakanku meleset.
Sial!
Menyedihkan memang.
Bahkan sampai-sampai Adrian menutup mulutnya untuk menahan tawa yang akan keluar. Aku menatapnya sebal lalu memukul bahunya pelan. Dia masih menahan tawanya dan berjalan ke arah lain.
Melihat-lihat sekilas, mataku tertuju pada tempat pedagang permen kapas. Seketika aku membayangkan rasa manis dari lelehan permen kapas dimulutku. Tidak kuat untuk menahannya, aku segera menarik tangan Adrian untuk membelinya. Aku terus menunjuk-nunjuk permen kapas yang berbentuk seperti anak ayam dengan mata yang berbinar.
"Adrian, aku mau itu."
Aku menatap Adrian dengan tatapan memelas dan merengek sambil menunjuk-nunjuk permen kapas dengan bentuk yang sangat lucu itu, Adrian yang melihatku bertingkah seperti anak kecil hanya menghela nafas lalu membuka dompetnya untuk membeli permen yang aku inginkan.
Aku merasa begitu senang, aku langsung mengambil permen kapas itu dan langsung memakannya.
Berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan, aku berjalan dengan riang sambil terus memandangi permen kapas milikku yang sudah sedikit tidak berbentuk. Tiba-tiba saja Adrian menarikku ke sebuah stan yang menyajikan banyak sekali boneka dan topi-topi berbentuk hewan yang lucu.
Aku sangat menyukai hewan, kecuali kucing. Kucing sangat menjijikan kalian tahu? kehidupan mereka hanya menjilati tubuhnya, tidur, dan mencakar orang-orang. Mereka mengerikan.
Adrian memilih salah satu topi dan mengambilnya. Dia menghadap kearahku lalu memakaikan topi itu padaku. Aku kebingungan melihat Adrian yang tertawa dan tersenyum jahil, akupun mencoba untuk melihat topi yang Adrian kenakan padaku.
"Anjing Pitbull? kau serius?" Aku menatapnya nyalang tidak percaya. Kenapa Adrian memilih topi ini untukku?
Tunggu- jangan-jangan...
"Kau dengan anjing itu sangat mirip ketika marah. Benar-benar menakutkan." Ucapannya sesuai dengan dugaanku, ditambah dengan ekspresi yang Adrian tunjukkan benar-benar membuatku sangat kesal.
Aku mencubitnya hingga ia mengaduh kesakitan namun aku tetap tidak melepaskannya. "Aw aw aww ... itu sakit Cass."
"Aku tidak peduli." Ucapku menatapnya datar dan mencubitnya semakin keras.
"Ck ... sudahku bilang, kau mirip dengan anjing itu jika kau marah." Ucapnya dengan pelan setelah aku melepaskan cubitanku.
Aku memelototinya dan Adrian hanya cemberut sambil mengelus-elus pinggangnya masih merasakan sakit akibat cubitanku.
Tiba-tiba saja mataku tertuju pada sebuah topi dengan bentuk serigala, lengkap dengan taring dan telinga diatasnya. Akupun mengambil topi itu lalu menyuruh Adrian untuk menunduk, "Menunduklah."
Adrian mengangkat sebelah alisnya, karena aku tidak mengatakan sepatah katapun lagi dan menatapnya dengan datar, Adrian pun langsung menunduk.
Melihat dia yang sudah agak sejajar denganku, akupun langusung memakaikan topi yang tadi sudah kupilih.
Setelah memasangkan topi itu pada Adrian, dia langsung berdiri tegak dan memincingkan matanya curiga padaku. "Apa yang kau pakaikan?"
Aku hanya mengangkat bahuku acuh. Adrian segera melepas topi itu dan melihatnya. Adrian nampak lega setelah melihat topi yang aku pilih.
"Kau kenapa?" Tanyaku melihat dia merasa se-lega itu setelah melihat topi pilihanku.
"Tidak, kukira kau akan memilih seekor monyet atau gorila ketimbang serigala ini" Jawabnya tersenyum lalu memakai topi itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Can't
Romantizm"A- Aku... Aku menyukaimu." "Apa? kau bercanda kan. Kita ini-" "Aku tahu... Aku tahu, maafkan aku." Akupun pergi meninggalkannya. Dengan kesedihan yang terus meluapkan air mataku, aku terus berlari. Menghindari sebuah kenyataan yang sangat menyakit...