Chapter 2

45 12 2
                                    

Tidak.

Tidak mungkin.

Tidak mungkin Adrian langsung menyukai gadis baru itu.

Tidak. Hanya aku yang boleh memilikinya. Hanya aku.


Tuhan apa yang sebenarnya terjadi? apakah ini cobaan pertamaku untuk mendekati Adrian?

"Baiklah anak-anak, seperti yang kalian lihat kita kedatangan teman baru disini. Ayo nak, perkenalkan dirimu." ucap wali kelasku.

Anak baru itu maju beberapa langkah kedepan dan mulai mengenalkan dirinya sendiri dengan senyumnya indah.

"Halo semuanya, aku Evelyn, Evelyn Carter. Aku pindahan dari kota sebelah, alasanku pindah kesini karena ayahku dipindah tugaskan ke kota ini,  jadi ya... aku tidak ada pilihan lain selain ikut.  Dan tidak ada hal yang spesial dariku"

"aku hanyalah seorang gadis biasa yang memiliki hidup sederhana, itu saja. Oh and i hope we can be a good friends." Ucapnya memperkenalkan diri dengan senyum yang bisa membuat semua orang terpana. Aku memutar bola mataku malas, tapi betapa terkejutnya aku ketika melihat sekeliling bahwa,

semua orang termasuk Adrian benar-benar lekat memandangi gadis baru itu. Dia memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan. Adrian seperti terhipnotis, dia hanya diam memandangnya dengan bibirnya yang tersenyum kecil.

Aku jelas tahu apa yang aku dengar dan rasakan ketika Adrian menyebut kata "cantik" sambil terus melihat gadis itu. Sepertinya dia tidak menganggap semua orang di kelas ada saat ini, termasuk aku. 

Yang dia rasakan hanya ada dia dan gadis baru itu yang ada dalam ruangan ini.

Sial!

Sepertinya ini akan sulit...

-

Selesai memperkenalkan diri, Evelyn gadis itu  diarahkan oleh wali kelasku untuk duduk di kursi kosong dekat jendela di sebelah kanan bersama Rachel.

Rachel dan aku saling kenal, kita pernah dekat sebelumnya. Namun itu sebelum aku ditarik oleh Adrian dan memaksaku untuk tidak berteman lagi dengannya.

Dia mengira bahwa Rachel adalah pengaruh buruk untukku. Itu sebenarnya tidak benar, dia hanya tidak sadar bahwa dirinya lah pengaruh buruk untukku, lebih tepatnya untuk hatiku.

Setelah gadis itu duduk kita langsung diberi tugas oleh wali kelasku yang merupakan guru bahasa untuk mengerjakan sebuah esai. Namun beliau menyuruh kita semua untuk berpasangan mengerjakan esai tersebut.

Semua orang didalam kelasku ricuh mengajak Evelyn untuk menjadi pasangan mereka. Yang seperti kalian ketahui, aku pasti akan bersama dengan Adrian. Namun, sedari tadi dia terus saja memandangi gadis baru itu tanpa henti.

Aku yang merasa tidak nyaman dengan tatapan yang diberikan Adrian pada gadis itu, akupun mencoba untuk mengajaknya berbicara.

"Jadi, tema apa yang akan kita pilih kali ini?" tanyaku padanya. 

"..."

Dia tidak menjawab pertanyaanku. Hebat. Dia malah tetap asyik memandang gadis itu.

"Adrian?" panggilku.

"Adrian..."

"HEY ADRIAN!" Teriakku memanggilnya lagi.

"Shit Cass ada apa? kenapa kau harus teriak?" Ucapnya dengan kesal. Aku sudah benar-benar kehilangan moodku hari ini.  Adrian menghiraukanku hanya karena gadis baru itu. Dan sialnya bahkan gadis sialan itu belum berada 24 jam disini.

"No, nothing important i guess? Setidaknya tidak sepenting dengan apa yang sedang kau perhatikan saat ini." sindirku padanya.

Adrian mengkerutkan dahinya, "Maksudmu?"

Aku hanya menggelengkan kepalaku sebagai jawaban. Adrian semakin mengkerutkan dahinya hampir membuat kedua alisnya bertaut tanda keheranan. Dia kembali diam tidak membalas respon yang aku berikan sebelumnya.

Ya, kembali diam. Maksudku kembali memperhatikan gadis baru itu. Dengan kesal aku mengikuti arah pandang Adrian, lalu aku melihat Evelyn yang sedang tertawa bersama dengan teman-teman barunya, termasuk Rachel.

Aku kembali memandang Adrian kemudian menunduk. Aku hanya diam tidak bisa berbuat apa-apa. 

Apakah aku harus memberitahu Adrian secepatnya tentang perasaanku? atau aku harus tetap menyimpannya untuk diriku sendiri? karena aku tahu ini akan sangatlah sulit.

Masalah ini bukan dari anak baru itu, namun sudah lama sejak Adrian mengatakan sesuatu padaku.

Aku ingat dimana saat aku dan Adrian sedang mengendarai mobil miliknya dengan sangat cepat menuju suatu tempat.

Sebuah bukit.

Tempat yang dimana hanya aku dan dia yang boleh berada disana. Tempat kita.

Milik kita.

Hanya ada aku dan Adrian.


TBC





We Can'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang