Rindu bertandang pada jendela Tua.
Tetesan peluh membasahi raga.
Sepertinya hari ini Surabaya sedang terlalu asik bercengkrama bersama matahari dan kehangatannya.Tak ada hujan yang berkesan, tak ada gerimis yang menenangkan.
Sisa pedih masih menghantui pikiran, terlalu banyak kecamuk amarah yang ingin di dengarkan.Raga ini lelah, jiwa ini patah.
Berhenti sejenak bahkan tak cukup untuk seseorang yang tengah kehilangan arah.Sebenarnya apa itu rumah? Tempat berpulang? Tempat berteduh dari panas dan hujan?
Sudah lama saya bertanya, namun tak kunjung mendapat jawaban.Sampai pada akhirnya, saya merenung di tengah kesendirian.
Berkelahi dengan isi pikiran.
Membiarkan diri menangis kelelahan.
Rumah tidak selamanya tentang material.
Rumah itu tempat berpulang dan menjemput kebahagiaan.
Berbagi kehangatan, melepas kepenatan.
Dan sebaik-baiknya rumah, adalah yang memberikan ketenangan serta menciptakan kasih sayang.-Nayanika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Catatan Luka.
PoetryBerisi celotehan seorang Puan yang mendeklarasikan emosinya lewat sebuah tatanan Aksara untuk memperindah Luka.