prolog

1K 73 4
                                    


Welcome
warn 1336 words






























Hari ini entah mengapa ia merasa dirinya sangat sial. Ia sudah berkali-kali mengusak belakang kepala padahal tidak gatal. Tidak hanya dirinya, namun teman-teman satu kelas pasti merasakan hal yang sama.

Kedua kakinya bergerak tak sabaran dan kedua tangan bergerak gusar. Hyunsuk ingin segera mengakhiri kelas.

Hatinya gundah tak beraturan dan jengkel melihat pria sekitar berumur 38 tahun sedang berbicara di depan. Itu semua karena,

"Proyek ini diselesaikan selama sembilan minggu dengan anggota sebanyak empat orang. Satu orang itu adalah kalian, dua orang satu tingkat di bawah kalian, dan satu orang outsider..."

Sebuah proyek yang membuatnya pesimis lebih dulu. Namun, sedikit menguntungkan karena tidak ada Ujian Tengah Semester. Dengan kata lain, proyek besar inilah yang menjadi penentu nilainya nanti.

"Proyek menggunakan metode Scrum. Karena proyek ini merupakan gabungan tiga mata kuliah saya di semester ini, maka ada tiga pencapaian..."

Hyunsuk merutuki dalam hati. Menyesal tidak menggunakan waktu PKRS untuk mengganti mata kuliah pilihan. Ya, walaupun ada satu mata kuliah wajib yang tetap bersinggungan dengan proyek ini.

Kalau kalian jadi Hyunsuk sama kesalnya gak sih?

"Progres disampaikan kepada saya satu minggu sekali melalui platform apapun. Perlu diingat bahwa kita berfokus pada user dan social enterprise. Ada yang ingin ditanyakan sebelum saya kembali melanjutkan?"

Seorang gadis bersurai panjang mengangkat tangannya, "Pak saya ingin bertanya sekaligus memastikan. Apakah setelah sembilan minggu nanti produk dan program tersebut harus dilanjutkan? Karena berdasarkan pengalaman semester lalu, produk bisnis yang kami hasilkan tidak berlanjut."

"Itu tergantung kalian. Ingin melanjutkan semakin bagus dan mungkin kalian akan seperti kakak tingkat kalian yang dibiayai oleh bisnis social enterprise untuk dikembangkan."

Seorang lelaki yang duduk di belakang mengangkat tangannya tinggi-tinggi, "Apakah kita harus menjadi Scrum Master pak?"

"Iya, karena kalian yang lebih lama belajar hal ini bersama saya selain ketiga anggota kalian nantinya."

Hyunsuk meringis. Menjadi seorang Scrum Master sama dengan menjadi ketua dalam kelompok. Sialnya, ia masih tidak terlalu paham mengenai Scrum. Bagaimana nasib kelompoknya nanti?

Daripada kesal, Hyunsuk tidak mendengarkan lagi. Fokus mencoret-coret tablet dan merusak catatan di note.

 Fokus mencoret-coret tablet dan merusak catatan di note

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gue kesel banget. Bisa-bisanya kasih tugas besar kaya gitu padahal gue gak sibuk untuk mata kuliah dia doang. Masih ada yang harus gue urus selain itu. Proyek besar? Gila. Waktunya aja sempit banget. Inget gak lo? semester kemarin aja kita butuh waktu tiga bulan. Mana itu pun kita semua masih ada salah-salahnya dan gak sesuai sama yang dia mau! Dan lagi, kita harus jadi Scrum Master, ketua kelompok. Enak kalo orangnya pinter, lah gue? Nanti harus apa gue di depan adik tingkat dan orang luar yang bahkan gak tau siapa nantinya!"

dilemma - hoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang