10 - nchill

228 19 11
                                    

Hyunsuk tengah merapikan berbagai macam alat tulis yang dibawanya seperti pulpen bewarna hingga sticky notes. Dengan dibantu oleh Jaehyuk yang sedang menggulung karton sebagai media dalam menyatukan pikiran dalam sesi rapat hari ini. Ada Mashiho yang sedang menghapus papan tulis dan juga menyapu tempat yang mereka sewa. Hadir bayangan Jihoon yang kini bergabung setelah membayar makanan yang mereka pesan tadi.

"Ini sampah bukan?" Jihoon bertanya dengan sorot mata menuju arah Hyunsuk, menghiraukan Jaehyuk yang berada dekat di sampingnya.

"Oh itu sampah. Tadi udah aku pindahin ke kertas yang terbaru." Hyunsuk menjawab sekenanya ia. Tidak sadar kalau Jihoon sedang mencuri perhatiannya.

Dengan apik Hyunsuk menyusun pulen-pulpen dan sticky notes di dalam tempat pensil besarnya. Kemudian merapikan kertas-kertas yang mereka jadikan referensi pada rapat hari ini.

Cukup banyak yang dibahas mengingat mereka sudah mendekati tahap akhir, begitu pula dengan pekan uas. Hyunsuk hanya bisa berharap walau projeknya bersama anggota kelompoknya bisa mendapatkan nilai yang baik walau produk yang dihasilkan bukan yang terbaik. Setidaknya ia harus lulus dan mendapat nilai di atas rata-rata untuk mata kuliah tersebut. Hyunsuk menghela napas.

"Kenapa?"

Ia melirik ke arah Jihoon yang berjalan menghampirinya. Bisa-bisanya lelaki ini menotis hal kecil yang Hyunsuk lakukan.

"Nggak kenapa-napa kok."

Dugaannya terhadap Jihoon bahwa lelaki itu merupakan seorang dukun tidak hanya sekali melintas di pikirannya. Karena entah mengapa Jihoon selalu mencari celah agar Hyunsuk dapat mengatakan apapun. Seolah tak ada rahasia diantara mereka walau Hyunsuk sadari ia tidak merasakan Jihoon seterbuka itu padanya.

"Masa?"

Hyunsuk melirik sinis ke arah Jihoon yang hanya dibalas senyum cengengesan. Ia tidak menanggapi, sibuk merapikan tempat pensil dan barang miliknya ke dalam tas. Menghiraukan Jihoon yang sedang menatapnya intens dengan senyuman miring khasnya.

Selama beberapa waktu, ruang rapat yang mereka sewa sudah rapi seperti mereka datang. Mereka beriringan berjalan menuju parkiran. Diantaranya harus ada yang kembali ke kampus karena masih ada kelas yang harus dihadiri, termasuk Hyunsuk.

"Kak mau ikut makan siang bareng kita nggak?" Tanya Jaehyuk dengan Mashiho yang berdiri di samping motornya.

"Lain kali ya. Aku ada mata kuliah 20 menit lagi." Jawab Hyunsuk sambil melihat secara bergantian ke arah adik kelasnya itu.

"Ya udah kalau gitu. Bang, lo ikut makan bareng kan?" Kini Jaehyuk bertanya ke arah Jihoon yang tadi sih bilangnya sudah tidak ada kelas.

"Gue nyusul deh. Anterin Kak Hyunsuk dulu ke kampus."

Kedua mata Hyunsuk membelalak terkejut. Anak muda ini selalu tiba-tiba dan ahli sekali membuatnya jantungan.

"Oh gitu, ya udah. Mau pesen apa nanti? Biar gue pesenin duluan."

"Nggak deh. Nanti aja gue pesennya biar pas dateng masih anget."

"Oke."

Jihoon beralih melirik Hyunsuk yang berdiri tidak jauh darinya. Ia menarik ujung pakaian Hyunsuk, memberi kode untuk mengikutinya ke tempat motor Jihoon terparkir.

Hyunsuk sendiri paham bahwa Jihoon memang baik hati, tetapi Hyunsuk belum pernah diperlakukan seperti ini. Yeonjun saja mungkin bodo amat Hyunsuk memiliki kelas dan harus sampai di kampus dalam waktu singkat, tetapi Jihoon selalu mampu.

"Kamu nggak apa-apa harus anterin aku ke kampus? Bolak-balik loh." Hyunsuk merasa tidak enak. Ia merasa sering kali merepotkan Jihoon.

"Santai aja kak. Ayo naik nanti lo telat masuk kelas."

dilemma - hoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang