Orang bilang, Hyunsuk memiliki sifat keibuan yang bisa saja membuat orang di sekitarnya merasa nyaman. Kata orang, Hyunsuk memiliki kepribadian yang dapat membuat orang-orang tertarik untuk berteman dengannya. Selain baik hati, Hyunsuk tidak pernah memandang bulu demi membantu orang yang sedang membutuhkan bala bantuan. Maka tak heran, terkadang sifatnya yang baik mudah sekali untuk dimanfaatkan sampai Hyunsuk mudah menutup diri dan tidak bersikap seperti dirinya sendiri.
Seperti sekarang, Hyunsuk berjalan mondar-mandir sambil memikirkan bagaimana caranya ia harus melunasi utang teman semasa sekolah menengahnya. Hyunsuk mendapatkan e-mail tagihan belanja yang bahkan tidak pernah ia merasa membelinya. Entah apa yang ada di dalam pikirannya ketika dengan mudahnya ia memberikan data pribadi miliknya kemarin malam. Mungkin jika tidak ada Yeonjun, Hyunsuk sudah menangis tanpa tahu harus melakukan apa.
Kini ia sedang berada di apartemen Yeonjun. Hyunsuk tidak tahu sudah berapa kali menangis hari ini, namun yang jelas, ia sangat menyesal karena sudah memberikan data pribadinya.
"Minum dulu, Suk." Yeonjun menaruh gelas di atas meja. Ia duduk di atas sofa yang kemudian fokus kembali pada laptopnya.
"Kata temen gue better di hapus aja akun belanja lo. Karena kemungkinan dia nggak simpen data kaya alamat dan no telepon, tapi cuma pegang alamat email dan password aja."
"Tapi Njun, poin gue banyak banget. Sayang kalau akunnya dihapus." Hyunsuk duduk di seberang Yeonjun sambil menarik bantal untuk dipeluk.
Yeonjun menghela napas panjang, kemudian ia melirik ke arah Hyunsuk yang sudah mengalihkan pandangan.
"Terus lo mau gimana? Mau nunggu dia terus-terusan transaksi pake akun lo dan lo jadinya miskin? Inget Suk, emak bapak lo aja belum tentu mau bantu. Bayar kuliah aja udah boncos apalagi harus bayar utang-utang lo?"
"Bukan utang gue!"
"Gimana? Lo mau pilih yang mana? Hapus akun setelah lo lunasin utang temen lo itu atau nggak hapus akun tapi bisa aja dia nambah belanjaan yang lebih dari ini?"
Hyunsuk menyembunyikan wajahnya, rasanya ia ingin menangis lagi karena harus merelakan akunnya yang ia sudah pertahankan semenjak sekolah menengah.
"Ya udah hapus!"
"Gitu kek dari tadi."
Yeonjun membantu banyak hari ini. Dimulai dari menghubungi temannya yang ahli sampai membayar utang karena Hyunsuk belum menerima uang bulanan. Terlebih memang utang yang tertera cukup besar sampai ia tak rela harus membayarnya-karena bukan ia yang mengutang tapi temannya yang tidak tahu diri itu.
"Tuh lo liat! Dia mau bikin transaksi lagi cuma kewalahan karena kita udah ganti password sama PIN."
Hyunsuk melihat layar laptop milik Yeonjun yang menunjukkan permintaan akses dalam mengganti password bahkan PIN.
"Gue hapus ya."
Dan ia menyaksikan bagaimana Yeonjun menghapus akun miliknya-membuat Hyunsuk kembali menangis menjerit sampai Yeonjun menggelengkan kepala.
"Udah nggak usah nangis lagi. Kita tinggal tunggu kabar dari temen gue keberadaan orang yang habis nipu lo. Makannya, jadi orang tuh jangan langsung percaya!"
"Gimana gue nggak percaya kalau dia mohon-mohon untuk beli obat buat bundanya?"
"Tolol ama kasian beda tipis atau gimana sih? Beli obat tinggal ke apotek lah Hyunsuk, nggak usah beli di akun belanja yang isinya fashion doang."
Baiklah, sepertinya memang Hyunsuk yang bodoh di sini karena tidak berpikir sampai sana. Tapi benar kok kemarin malam ia merasa panik dan kasihan.
"Lo jadi mau pergi sama Jihoon?" Tanya Yeonjun setelah menutup kembali laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
dilemma - hoonsuk
أدب الهواةJihoon berada disituasi yang sulit mengharuskan dirinya menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama ia butuhkan. Akankah Jihoon memilih Hyunsuk yang sudah jelas-jelas mencintainya? atau pemuda manis lain yang perasannya sama-sama tidak...