2

1.8K 251 15
                                    

Aksara Bungantara pratama, gadis cantik sedikit boyish. Aksara atau lebih sering di panggil Aksa, memiliki bibir tipis dengan alis yang sedikit tebal. Hidung mancungnya mirip seperti papa nya. Matanya yang sedikit sayu dan meneduhkan bagi siapapun yang menatapnya. Alis yang rapi, rambut hitam sedikit tipis. Cantik dan Imut. Mungkin itu yang bisa semua orang gambarkan ketika pertama kali melihat Aksa.

Aksara, nama pemberian bundanya sebelum meninggal. Kelahirannya diiringi sebuah senyuman bahagia bundanya karena sudah berhasil melahirkan anak keduanya. Dia berdoa dan berharap kelak anaknya mendapat kebahagiaan dan kasih sayang yang melimpah dari semua orang. Tapi sayang, doa sang bunda belum terkabul untuk saat ini. Bahkan hanya 5 menit mereka bertemu sampai akhirnya di pisahkan oleh kematian. Entah kapan doa itu akan terkabul yang jelas untuk saat ini aksara bahkan merasa tidak di sayangi oleh siapapun kecuali kedua kakeknya.

Aksa tumbuh menjadi gadis yang pendiam, keras kepala, dan jarang berbicara kecuali kepada orang yang dia anggap nyaman. Dia hanya akan banyak bicara kepada kedua kakeknya saja sejauh ini. tentu saja karena sejak kecil Aksa kehilangan kasih sayang dan figur orangtuanya. dia hidup bersama papah yang sibuk bekerja dan ibu tiri nya. Aksa juga memiliki adik tiri dari pernikahan papa nya. Adik laki-laki 3 tahun lebih muda dari Aksa.

Ibu tirinya yang ia panggil mami cukup baik memperlakukannya selama ini. Hanya saja, namanya ibu tiri ya tetap menjadi ibu tiri. perlakuan yang di berikan pasti  berbeda antara anak kandung dan anak tirinya. adik laki-laki nya pun baik. Bahkan Aksa pun menyayangi adiknya. Tapi tidak terlihat karena sikap cuek dan bodo amatnya.

tapi jangan lupakan kepintarannya yang selalu saja menjadi poin penting keunggulannya, karena tentunya turun dari orang tuanya yang juga pintar.

Aksa berumur 15 tahun saat ini. 4 tahun lebih muda dari kakak nya, keyra.  Dia sedang menjalani ujian akhir masa SMP nya saat ini dan beberapa bulan lagi dia akan memasuki masa SMA.

Aksa sedang duduk di meja belajarnya, menatap pemandangan luar jendela yang memperlihatkan jalanan komplek yang basah dan terdapat beberapa genangan air yang tersisa akibat hujan tadi sore. Malam ini masih cukup terasa dingin walaupun Aksa sudah mematikan pendingin ruangannya dan memakai Hoodie tebal.

Lamunan Aksa buyar ketika  mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya tidak santai. siapa lagi kalau bukan adik laki-laki nya, Richo.

"Kak Aksa, lagi apa?. Aku masuk ya kak. Boleh nggak?." Ucapnya sedikit berteriak di balik pintu.

"Masuk." Tidak lama pintu kamar terbuka dan menampilkan muka tengil adik nya itu.

"Kakak lagi apa?." Ucapnya menghampiri dan berdiri di samping Aksa.

"Gambar." Richo mengangguk memperhatikan tangan Aksa yang lihai menggambar ilustrasi sebuah gedung. Matanya berbinar. Gambar Aksa memang sangat bagus. Selalu terlihat seperti nyata.

"Loh ini kan gambar sekolahnya ka Aksa ya?"

"Iya".

"Keren banget kak, ajarin aku dong." Ucapnya sambil merengek pada Aksa. Aksa hanya menggelengkan kepala tanda menolak permintaan adik tirinya itu.

"Jahat banget, padahal aku pengen belajar." Ucapnya lagi sambil menggoyang-goyangkan lengan Aksa. Membuat sang empunya geram dan menghentikan kegiatan menggambarnya. Aksa memiringkan badannya sehingga menatap penuh pada Sang adik. Di tatapnya lekat kedua bola mata adik tirinya itu.

"Enggak." Ucapnya lagi kali ini dengan penuh penekanan, berharap adik tirinya itu mengerti. Bukan Aksa tidak mau mengajarkan. Hanya saja selama ini dia sudah frustasi mengajari Richo menggambar. Passion anak itu bukan di gambar. Jadi mau sesabar apapun Aksa mengajarkan anak itu masih saja menghasilkan gambar yang tidak manusiawi.

DEARA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang