5

1.7K 241 32
                                    

"adek sama kakak udah beresinnya?." Tanya Ara yang baru saja datang membawa minuman dingin dan beberapa kue kering untuk mereka.

"Udah ma. Huh,, belanjaan adek kenapa banyak banget sih. Segala itu pensil gambar pake harus di tata satu-satu sesuai warna nya lagi." Keluh key.

"Emang harus begitu, biar aku gampang kalau mau ambil warna." Aksa menjawabnya dengan ekspresi datar seperti biasa.

"Kok mata kalian pada merah sih?."
Tanya Ara sedikit khawatir membuat Key dan Aksa hanya berpandangan dengan saling diam.

"Ini mah, apatuh... emm Apa dek?." Gugup key membuat Ara semakin bingung.

"kenapa?." Tanya Ara lagi.

"Debu mah, karena debu." Jawab Aksa santai.

"Iya mah, debu nya masih banyak jadi kita kelilipan." Jawab key menimpali.

"Ini si Karjo gimana sih bersihinnya gak bener. Yaudah, tar besok mama suruh dia bersihin lagi. Abis ini Kalian pake obat mata biar gak infeksi."

"Eh gausah mah, di pake cuci muka juga udah mendingan kok. Iya kan sa?." Jawab key sedikit menyenggol lengan Aksa.

"Ah iya mah, lagian cuma kelilipan doang kok mah."

"Oh yaudah kalau gitu. Kalian sini pada minum dulu. Mama buatin es jeruk buat kalian biar seger." Aksa dan key ikut duduk di sofa dan meminum minuman buatan Ara.

"Adek suka nggak tempatnya?."

"Swuka bwangeth Than." Jawab Aksa dengan mulut yang penuh dengan kue yang Ara bawa.

"Telen dulu dek kuenya. Keselek tau rasa kamu." Ucap key jengah menatap adik satu-satunya itu. Eh ralat, adik kandung satu-satunya maksudnya.

"Hehe suka Tan, Aksa suka banget."

"Masih ada yang kurang gak de?."

"Aksa belum tahu Tan. Sejauh ini sih udah cukup."

"Yaudah kalau ada perlu tambahan dan kalau kamu butuh sesuatu kasih tahu Tante ya." Aksa mengangguk. Ia tersenyum. Hatinya terasa bahagia, dia bisa melakukan apapun yang dia mau di sini tanpa harus ada larangan dan kekangan.

"Dek kayanya perlu di taro kulkas kecil di pojok sana deh dek. Biar kamu gampang kalau mau minum." Tunjuk Ara ke arah space kosong di pojokan.

"Kamu perlu tv juga nggak?. Oh iya AC nih. Tar besok si Karjo biar sekalian pasang AC disini." Ucap nya lagi sambil melihat ke sekeliling.

"kenapa gak di pindahin sekalian aja kamar Aksa kesini ma." Ucap key kesal. Mamanya terlalu lebay menurutnya.

Aksa tertawa membuat Ara dan key melongo di buatnya. pasalnya baru kali ini mereka melihat aksa tertawa lepas. Biasanya Aksa hanya tersenyum jika menanggapi hal-hal lucu.

Menyadari Ara dan key memperhatikannya, Aksa berdehem kembali menormalkan mimik wajahnya.

"Gausah tante, tapi kalau mau naro pendingin minuman gpp tan." Ucapnya kembali datar.

"Dek, kamu cantik banget kalau ketawa." Ucap key masih melongo menatap Aksa di depannya.

"Iya kak bener banget, mama jadi insecure. Kamu kenapa gak ketawa terus sih dek. Kamu cantik loh." Key memukul pelan lengan Ara.

"Kalau ketawa terus ya gila mah."

"Lah iya yak hahahah." Mereka kembali tertawa. Aksa rupanya sudah mencair. Ia seperti menemukan separuh hidupnya yang hilang dan sudah mati. Ketakutan karena harus hidup bersama kakak dan tantenya yang asing baginya ternyata jauh dari fikirannya. Justru kakak dan tantenya menghidupkan sesuatu yang sudah mati di dalam hati Aksa.

DEARA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang