4

1.7K 271 22
                                    

Sudah 2 hari Pratama di Bandung. Sudah saat nya untuk ia pulang ke Jakarta. Tentunya dengan perasaan yang sangat berat karena ia harus meninggalkan Aksa di Bandung.

Tangan kokoh Pratama yang kulitnya sudah mulai mengkerut karna usia menepuk-nepuk pelan pundak sebelah kiri Aksa. "Adek tau kan apa yang harus Adek lakuin disini?."

Aksa mengangguk.

"Nurut sama Tante Ara dan kak key ya. Jangan nakal, jangan nyusahin Tante sama kakak kamu."

Aksa kembali mengangguk.

"Rajin belajar ya Adek. Kalau ada apa-apa dan butuh apa-apa langsung telpon oppa ya sayang." Dengan jawaban yang masih sama kali ini Aksa sudah mulai jengah.

"Iya oppa Tama, aku ngerti kok. Udah 3 kali oppa bilang begitu." Jawab Aksa kesal. pasalnya dari tadi oppa nya tidak kunjung pulang dan terus saja mengatakan hal yang sama berulang-ulang.

Key dan Ara hanya bisa tertawa saja melihat interaksi kakek dan cucu nya itu. Sangat di wajarkan, ini untuk pertama kalinya mereka akan berpisah jauh selama Aksa hidup. Ya walaupun hanya berbeda kota.

"Iyaa iyaaa,, oppa tau. Tapi kamu harus....."

"Papah, udah sore pah. Kalau begini terus takut kemaleman nanti sampe jakarta nya."
Potong Ara yang mencoba menghentikan Pratama yang ingin mengeluarkan wejangannya lagi. Membuat Aksa akhirnya menghela nafas lega.

Pratama menatap sendu ketiga wanita kesayangannya di depannya. Sungguh berat meninggalkan Aksa, cucu yang ia rawat dari kecil. Tapi mau bagaimana lagi. Tinggal dengan Ara disini adalah pilihan terbaik dibanding Aksa harus tinggal bersama papa nya yang jarang memperhatikan Aksa dan hanya bisa mengekang Aksa.

"Papa titip Aksa dan key ya Ra. Terimakasih sudah mau menjaga dan mengurus anak-anak kakak kamu."

"Iya pah. anak chika kan anak aku jug.....ekhem maksud aku, anak bang bian juga kan anak aku juga. mereka udah kaya anak aku sendiri pah. Jadi papa gak usah khawatir." Pratama hanya tersenyum dan kemudian memeluk Ara dan mencium pucuk kepalanya.

"Terimakasih nak." Ara mengangguk samar dalam pelukan Pratama.

"Key, oppa titip adek kamu ya. Ajarin adek nya yang bener ya kak. Kamu juga jangan nyusahin mama kamu terus ya. Nurut sama mama oke kak?."

Key tersenyum kemudian memeluk oppanya.

"Oppa tenang aja, aku bakalan jagain adek kok oppa. Liat aja kalau dia gak nurut bakalan aku buang ke danau di belakang rumah." Aksa langsung meringis mendengar ucapan key. Sedangkan Ara dan Pratama malah terkekeh.

"Yaudah oppa pulang ya, kalian hati-hati kesayangan-kesayangan oppa. Nanti oppa bakalan sering-sering jengukin kalian."

"Iya udah oppa sana, hati-hati. Dahh." 
Ucap key melambaikan tangannya pada sang oppa di ikuti oleh Ara dan juga Aksa.

"Huhhh,,, akhirnya pulang juga. Makin tua malah makin bawel. Pusing aku." Ucap key sedikit memijat atas hidungnya.

"Eh lambemu, kualat nanti kamu kak. Tapi emang bener sih haha." Key dan Ara tertawa kecuali Aksa yang hanya menanggapi datar. Pasalnya ia sudah biasa mendapat perhatian seperti tadi dari kakeknya yang satu itu. Apalagi jika di tambah dengan adanya Pradipta. Pasti mereka akan lebih pusing lagi.

"Ya itu kan bawelnya oppa, turun ke papa kamu terus ke kamu kak." Ucap Ara di sela-sela tawanya. Key tidak marah dia malah ikut tertawa kali ini seolah mengiyakan ucapan Ara.

"Gak kebayang gimana Pusing nya Aksa tiap hari berhadapan sama oppa,, iya kan sa?...aksa,,,eh?? Kemana itu anak." Ara menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan Aksa di sekitarnya tapi tidak ada.

DEARA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang