Chapter 1

10.7K 713 93
                                    

Hai hai hai... Kalau ada typo bisa ditandain yaa guys... Biar nanti aku revisi pas lagi senggang

Happy Reading...

.

.

.

.

.

.

Normal... Mungkin itu kata yang paling tepat untuk menggambarkan kehidupan Sakura saat ini. Ia punya pekerjaan tetap dengan penghasilan yang lumayan bagus. Cukup untuk menghidupi dirinya yang sebatang kara dikota sebesar Tokyo. Gajinya bahkan masih cukup untuk ia sisihkan kedalam tabungan tiap bulannya. Meski tidak banyak, namun cukup untuk dijadikan sebagai dana darurat. Sekedar berjaga-jaga terhadap kehidupan yang tak pernah bisa ditebak alurnya.

Kalau diingat kembali, sebetulnya hidup Sakura tidak sesederhana itu. Baru dua tahun kebelakang ia bisa menikmati hidupnya dengan penuh kelegaan. Tepatnya setelah ia berhasil lepas dari jerat sang bibi, Terumi. Orang yang ia pikir akan jadi penopang hidupnya, nyatanya hanya parasit yang tak pernah berhenti menggerogotinya.

Sakura bahkan tak ingin mengingat semua ingatan itu lagi. Ia sudah benar-benar melepaskan dirinya dari beban berat itu. Walau kebebasan itu harus dilakukan dengan mengalah dan membiarkan mereka menguasai semua peninggalan orang tuanya. Termasuk rumah yang penuh kenangan tentang kedua orang tuanya.

Berat memang... tapi ia percaya bahwa kedua orang tuanya akan selalu mendukung keputusannya. Mereka pasti akan selalu mengutamakan kebahagiaannya. Ya, Sakura selalu yakin dengan hal itu. Lagipula kenangan tentang kedua orang tuanya akan selalu tersimpan didalam hati dan ingatannya. Selamanya...

***

"Sakura, ada telepon untukmu" Ucap Ino, salah satu rekan kerjanya.

"Dari tuan Kakashi, sepertinya ia sekretaris dari kakek-kakek yang beberapa bulan lalu kau terapi" Ucap Ino sambil mengetuk-ngetuk dagunya, berusaha mengingat wajah dari pasien yang ia maksud.

Sakura sedikit kebingungan dan ikut mengingat-ingat wajah pasien itu. Meski ingatannya terasa samar, namun ia tetap mengambil alih telepon itu dari Ino.

"Halo, selamat siang... Saya Haruno Sakura, apa ada yang bisa saya bantu?" sapanya lembut.

Disampingnya ada Ino yang mengamati Sakura dengan penasaran. Sesekali ia mendengar Sakura mengatakan 'iya' lalu membahas tentang jadwal kerjanya. Hingga akhirnya mereka terdengar seperti sedang menyepakati sesuatu. 

"Ada apa?" tanya Ino ketika Sakura selesai dengan pembicaraannya ditelepon. "Jangan-jangan kakek tua waktu itu benar-benar naksir padamu yaa?" tanyanya dengan mata menyelidik.

"Berhenti berpikir yang tidak-tidak Pig! Kakek itu hanya minta diterapi. Hanya saja kali ini ia mau home visit. Katanya tidak punya waktu untuk kerumah sakit" jelasnya.

"Tuh kan... Jangan-jangan itu hanya akal-akalannya biar bisa berduaan denganmu, lalu melakukan hal yang tidak— akhh, kepalaku" keluh Ino yang kesakitan setelah Sakura menjitak kepalanya.

"Berhentilah menonton video dewasa itu Ino. Otakmu sepertinya sudah teracuni dengan hal-hal mesum itu. Lagipula, kakek yang kemarin hanya sedikit baik padaku. Mungkin dia menganggapku sebagai cucu perempuannya. Jangan menyamakannya dengan kakek legend yang ada di video-video sialanmu itu"

Ino cemberut, namun masih punya cukup nyali untuk menyuarakan opininya. "Justru karena itu jidat. Kau tidak tahu apa? banyak kakek-kakek yang nafsu dengan cucunya sendiri. Ihhh... bukankah itu menyeramkan?" tanya Ino.

Belum sempat Sakura menjawab, Ino kembali melanjutkan suaranya. "Lagipula tidak ada salahnya untuk waspasa jidat... Kita tidak boleh percaya seratus persen, apalagi dengan orang asing. Lihat saja keluarga bibimu yang tidak tahu malu itu..."

Give Me A Little TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang