Chapter 6

4.1K 476 96
                                    

Hai guys... Kalau ada typo bisa ditandain yaa... Biar nanti aku revisi pas lagi senggang

Happy Reading...

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kau masih kesal?" tanya Sasuke memulai pembicaraan. Diliriknya Sakura yang tengah cemberut kearahnya. Tatapan gadis itu tak pernah berhenti menyalurkan aura pembunuh kearahnya.

"Ayolah, mana ada yang percaya kalau aku cuma mengecup bibirmu. Yang seperti tadi sudah paling betul. Namanya ciuman kan memang harus ada lumatannya sedikit" jelasnya lagi, perihal ciumannya yang dirasa Sakura kelewat batas saat pernikahan mereka tadi.

"Kedepannya, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi. Aku janji..." bujuk Sasuke lagi.

Sakura menyipitkan matanya lalu menunjuk wajah Sasuke, seolah mengancamnya. "Awas kalau kau melakukannya lagi! Akan kucakar muka-mu yang menyebalkan itu" sungutnya.

"Iyaa iyaa... Kau bisa memegang omonganku" ucap Sasuke lalu segera mengambil posisi berbaring disebelah Sakura. Berniat tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya pasca melewati serangkaian panjang acara pernikahan.

"Kau mau langsung tidur?" tanya Sakura, sembari melirik Sasuke dengan tatapan aneh.

"Jangan memancingku! Bukankah kau keberatan dengan kontak fisik? Jangan bilang kau berubah pikiran dan ingin melewati malam pertama yang panas denganku" respon Sasuke dengan posisi lengan yang menutupi wajahnya, guna menghalau cahaya lampu yang mengganggu penglihatannya.

Tak butuh waktu lama, sebuah bantal sukses mendarat diwajahnya. "Apa masalahmu, Sakura? Kau benar-benar horny? Mau ena-ena sekarang?" tanya Sasuke, kesal pada tingkah Sakura. Bukankah beberapa menit lalu ia sudah meminta maaf soal insiden ciuman itu?

"Bukan itu maksudku, Sasuke! Kau ini kenapa hanya berpikir kearah situ terus sih? Dasar ngeres!" Kata Sakura yg bertambah kesal pada Sasuke. "Apa kau tidak mengerti? Aku tadi berdiri nyaris sepanjang acara. Belum lagi, high heels yang kukenakan sangat tinggi" Sambungnya.

"Lalu?" gumam Sasuke tak mengerti.

"Betisku pegal, aku tidak bisa memijatnya sendiri..." keluh Sakura, yang secara tidak langsung menjelaskan kepada Sasuke alasannya menghalangi niatan tidur pria itu. Ia ingin dipijat...

"Bukankah kau fisioterapis? Kau harusnya punya teknik untuk melakukannya secara mandiri kan... Sejenis self streching mungkin?" tanya Sasuke.

"Benar sih... Ahh, tapi rasanya kurang mantap! Aku mau dipijat olehmu saja. Mau yaa? Please... Anggap saja sebagai bentuk permintaan maafmu untuk yang tadi, bagaimana?" ucap Sakura yang kini melancarkan serangan puppy eyes-nya. Seperti kata Sasuke, sebetulnya ia bisa saja melakukan rileksasi ringan sendiri. Hanya saja ia terlalu malas untuk melakukannya. Saking lelahnya, ia hanya ingin berbaring dan menerima pijatan hingga tertidur lelap.

Namun sepertinya, ia memang tidak bisa bereskspektasi tinggi pada Sasuke. Bukannya memberi persetujuan, jidat Sakura justru dotoel dengan tidak elitnya. "Lalu apa upah untukku?" tanya Sasuke yang meminta imbalan.

Sakura mengelus dahinya sambil men-death glare Sasuke. 'Cehh, tidak punya jiwa bisnis apanya? Kakek pasti terlalu banyak membual soal cucunya ini. Jelas-jelas ia sangat berbakat dalam tawar menawar' batin Sakura mengingat ucapan Kakek Madara dulu. Terkait Sasuke yang sebetulnya berjiwa seni, namun terpaksa menekuni bisnis untuk menggantikan peran mendiang sang kakak. 'pengorbanan, my ass" sindirnya dalam hati.

Give Me A Little TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang