Chapter 12

2.7K 285 38
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Beberapa hari berlalu, Sasuke dan Sakura sudah berada di Tokyo sesuai jadwal mereka. Ketika mereka pertama kembali, Sasuke langsung disemprot oleh keluarganya. Kakek Madara bahkan mengancam akan memukulnya dengan tongkatnya, saking geramnya. Penyebabnya apa lagi kalau bukan soal insiden Sakura yang menelepon sambil menangis waktu itu. Rupanya itu benar-benar membuat keluarga besar mereka heboh. Terlebih Sakura sampai tidak mau menemani pria itu datang ke pesta, walau akhirnya ia tetap menyusul.

Sasuke sendiri memilih diam dan nenunduk menerima semua wejangan dan nasihat keluarganya. Persis seperti kucing kehujanan yang terlihat lemah. Tidak sedikit pun ia berusaha mencari pembenaran, karena memang tidak ada yang bisa dibenarkan dari tindakannya.

Terlebih dengan Sakura yang dibela oleh semua keluarga, rupanya cukup membantu untuk mengembalikan keceriaannya. Mungkin senang dengan dukungan mama dan papa, serta terhibur dengan tingkah kakek yang lucu. Ia sudah bisa tertawa lepas sejak tiba di rumah. Meskipun akan langsung cemberut tiap melihatnya.

***

Sasuke menoleh ke sisi kirinya, mencoba mengintip kearah Sakura yang sudah tertidur. Diantara mereka terdapat tumpukan bantal yang Sakura susun sedemikian rupa sebagai pembatas. Sakura bilang tidur disebelahnya membuatnya risih.

Ini masih mending sebetulnya... hari pertama dan kedua mereka tiba di rumah, Sakura bahkan menyuruhnya tidur di bawah. Katanya kalau ia tidak menurut, maka Sakura sendiri yang akan tidur dibawah sebagai gantinya. Sebegitu terganggunya perempuan itu dengan keberadaannya.

Sasuke tentu masih cucup gentle untuk tidak membiarkan hal itu terjadi. Ia tidak separah itu hingga membiarkan perempuan yang baru ia perawani beberapa hari lalu tidur di lantai. Pengecut namanya, jika ia sampai melakukannya.

"Bagaimana caranya agar kau bisa benar-benar memaafkanku?" Tanya Sasuke kearah Sakura yang tertidur. Rasanya aneh saat mereka satu ruangan, namun tidak saling bicara. Jujur... Ia lebih suka Sakura yang cerewet dibandingkan Sakura yang terus mendiamkannya seperti ini. Atau setidaknya, lebih baik Sakura meminta ini itu seperti saat mereka di hokaido, karena ia akan sangat ikhlas menuruti semua permintaannya.

***

"Jidat, kau kenapa sebetulnya? Sepulang dari Hokaido, kau terlihat lebih pendiam" Ucap Ino khawatir. Saat ini keduanya tengah berjalan menuju parkiran untuk pulang, karena jam kerja mereka telah usai.

Sakura pun menatap Ino sekilas, lalu menggeleng dan menjawab singkat "Kau salah lihat paling. Aku fine-fine saja, kok. Jangan khawatir."

Ia sebetulnya ingin menceritakan apa masalahnya, namun urung mengingat ini hal yang sangat privacy. Terlebih Ino tidak tahu kalau ia dan Sasuke hanya menjalani pernikahan kontrak. Mana mungkin ia bilang, kalau suami kontraknya sudah menyentuh-nya saat ia mabuk. Entah bagaimana reaksi Ino, mungkin Sasuke akan mati dilempar batu olehnya.

Dan bicara soal kontrak, ia jadi ingat soal 'tanggung jawab' yang Sasuke katakan waktu itu. Apa ini berarti pernikahan kontrak mereka akan berlaku selamanya? Lagipula keduanya juga tidak pernah menuliskan soal batas waktunya kan... Entahnya, otaknya terasa mumet dengan semua kejadian tak terduga yang terjadi belakangan ini. Mulai dari bibi Terumi yang mengganggunya dirumah Sakit, hingga insiden di Hokaido. Semunya terasa berat untuk sekedar dibayangkan.

Give Me A Little TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang