Chapter 1 : Sah!

334 20 4
                                    

"Ayah, tolonglah jangan begitu, Ais masih ingin menuntaskan kuliah, Ais!" rengek gadis berkulit putih dan bermata cokelat dengan bingkai kacamata yang menutupi sorot mata indahnya itu.

"Ayah tidak ada pilihan Ais, karena keluarga Niko meminta pernikahan dilangsungkan minggu depan, dan kamu harus menyetujuinya!" balas Ayah Basri pada anak gadisnya yag sudah tak bisa menahan air matanya untuk menetes.

Kini, suasana rumah Basri Al Husain menjadi memanas dan juga penuh haru karena istrinya, yakni Nirma Hendrawan masih kekeh membela putrinya yang menginginkan penundaan pernikahannya dengan Niko.

Kisah Raisya Al Basri, atau akrab disapa Ais ini diawali dengan perdebatan sengit antara dirinya dengan ayah kandungnya sendiri.

"Ais akan kabur saja!" bisik Ais di dekat telinga bundanya.

"Apa! kabur!" kejut bunda yang langsung mendapat perhatian dari sorot mata Basri Husain dan seketika, lelaki dewasa itu menghentikan langkahnya.

"Ayah nggak mau tahu, Ais, kamu harus mau, dan tidak ada penolakan ataupun kabur-kaburan, ingat itu!" tegas Ayah Basri pada anak gadisnya yang baru tiga hari lalu bertambah usia menjadi dua puluh tiga tahun.

Ais yang memiliki tekad bulat untuk menikah setelah mendapat gelar sarjana itu merasa semakin sedih dan juga kesal akan sikap keras kepala dari ayahnya.

"Seharusnya ayah nggak begitu, bunda! Ais kan perlu waktu untuk mempersiapkan semuanya! Apalagi, pendidikan ini penting bagi Ais, bagaimana mungkin Ais akan menjadi seorang dokter dan membantu orang-orang yang susah kalau kuliah Ais sendiri ditunda seperti ini!" tegas Ais pada bundanya.

"Bunda tahu sayang, tapi, kau pun lebih tahu sifat ayahmu yang tak mau mengubah keputusannya, jadi, saran bunda, turuti saja, dan berdoalah, semoga Niko memang jodoh terbaik untukmu!" jawab bunda sembari merangkul raga Ais yang kini sudah lemas dan berderai air mata.

***

Niko Aji Kusuma, dialah lelaki yang akan menjadi suami Ais kelak nanti. Lelaki dengan tinggi 170 cm dan mata abu-abu itu merupakan seorang anak tunggal dari Aji Nandirawata Kusuma, pemilik restoran bintang lima yang ada di Jakarta. Sementara Ais, ia hanya seorang gadis desa yang ada di salah satu kota sabang Indonesia, yakni Banda Aceh.

Ais dan Niko resmi dijodohkan sehari lalu, tepatnya, ketika Aji bertemu dengan ayah Ais, di Kota Jakarta lantaran Basri Husain tengah bertemu saudaranya yang tinggal di ibu kota.

"Ayah yakin akan menjodohkanku dengan gadis desa itu?" tanya Niko pada ayahnya yang tengah duduk di kursi kerjanya sembari menatap layar laptop.

"Tentu ayah yakin, dan jaga mulutmu itu! Ais bukan gadis desa biasa, dia gadis pintar dan sopan, keluarganya pun keluarga baik-baik. Satu lagi! Ais adalah wanita yang cocok dengan kamu, Niko!" Jawab Aji Nandirawata dengan beranjak dari duduknya dan menghampiri Niko.

'Gue nggak percaya sama ayah! Mana ada, gadis desa yang mau menikah dengan anak tunggal kaya raya kalau bukan karena harta yang dia punya!' Niko menyangkal kalimat ayahnya.

"Ayah sudah persiapkan semuanya, dan pernikahanmu akan dilangsungkan seminggu lagi!" Ucap ayah Aji dengan menepuk pelan bahu kanan anaknya.

"Apa! seminggu? Bagaimana mungkin, ayah! Bukankah ayah bilang baru rencana penjodohan, kok sekarang ..." Niko panik bukan main.

Namun, ayahnya masih santai dan langsung menjawab jika rencana perjodohan itu memang ada dan akan dilangsungkan segera. Tugas Niko hanya menyiapkan diri dan mentalnya saja, karena di luar itu, sudah menjadi tanggungan Aji serta istrinya.

"Sial! Ayah selalu begitu! Gue kan belum mengenal dia!" geram Niko setelah raga Aji sudah tak dilihatnya lantaran pergi meninggalkan Niko sendirian di ruang tengah rumah keluarga Kusuma.

***

"Saya terima nikah dan kawinnya, Raisya al Basri binti Basri Al Husain dengan mas kawin tersebut, dibayar, TUNAI!" tegas Niko yang tengah melakukan ijab Kabul dan menjabat tangan ayah Basri.

"Bagaimana para saksi?" tanya penghulu yang bertugas.

Sedetik kemudian, sorak sorai semua insan di dalam masjid Kota Jakarta itu melantangkan kata "Sah!" untuk menanggapi ijab Kabul yang dilontarkan Niko.

Akhirnya, resmi sudah Ais menjadi isti Niko dan gadis itu langsung diboyong oleh Niko ke rumah mewahnya yang berada di Jakarta Pusat.

"Ais akan selalu rindu dengan bunda," ucap Ais pada bundanya yang akan pergi ke kampungnya yang berada di Banda Aceh sana.

"Bunda pun sama, sayang! Tapi, Ais harus janji sama bunda, kalau Ais akan bahagia dan Ais akan selalu menyertakan Allah di setiap keputusan yang Ais buat!" nasehat dari bunda.

"Iya bunda, Ais pasti bahagia!" balas Ais dengan sedikit ragu.

'Entahlah, bunda, rasanya sulit jika Ais membayangkan kehidupan bahagia bersama Niko di dalam bahtera rumah tangga ini, karena jujur, Ais saja terpaksa, dan ais yakin, Niko pun sama,' Ais membatin dua detik setelah dirinya membalas nasehat bunda.  


***

Gimana nih kalau readers jadi Ais?

Bakal sedih, atau malah bahagiaaa


Semoga suka dengan ceritaku yang pertama ini yup,

See you di chapter selanjutnya... 

Simpul Paksa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang