Chapter 20 : Satu Lawan Satu

46 7 8
                                    

"Indah kan senjanya?" tanya Niko yang masih setia memeluk erat raga Ais dari belakang.

"Iya,"

"Kalau udah indah begini, apa nggak sayang buat kita lewatin?" ucap Niko lagi.

"Maksudnya?"

"Kamu nggak mau satu lawan satu kah sama aku?"

"Hah?"

Entah apa yang ada di pikiran Niko, yang pasti, Ais menjadi sangat gugup dan tak tahu akan menjawab apa lagi.

"Kita satu lawan satu di kasur!" tegas Niko.

Ais langsung mengerutkan dahinya dan tak lama setelah itu, Ais memukul pelan punggung tangan Niko yang masih melingkar di pinggangnya.

"Apa-apaan sih mas! Masih sore loh," gerutu Ais.

"Ya nggak papa lah, emangnya kamu nggak mau nurutin permintaan suami sendiri?" Niko menantang.

'Aku harus jawab apa coba!' batin Ais mengeluh.

"Kenapa nggak dijawab?" celetuk Niko.

Namun, belum sempat Ais menanggapinya, tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu dari Iwan.

"Iya Wan, masuk!" jawab Niko.

Sementara Ais, dirinya langsung meminta Niko untuk melepas pelukannya.

"Lepas, mas!" rengek Ais.

"Nggak,"

"Permisi Tuan," sapa Iwan.

"Iya, kenapa?" tanya Niko dengan posisi membelakangi Iwan.

Iwan yang heran akan sikap Tuan Mudanya itu pun seketika terdiam.

'Nggak salah lagi, Tuan Muda pasti punya rencana besar,' gumam Iwan yang tahu akan kepura-puraan Niko dan rencana yang sedang Niko susun.

"Mohon maaf Tuan, saya hanya ingin memberitahukan jika mobil telah siap dan kita bisa pulang ke Jakarta detik ini juga," jawab Iwan.

"Baguslah kalau sudah siap. Saya dan Ais akan menyusul sebentar lagi," balas Niko dan Iwan langsung mengiyakannya.

Selepas itu, Iwan pamit untuk kembali ke lantai bawah sembari membawa koper Tuan dan Nona Mudanya.

"Kita turun sekarang?" tanya Ais.

"Sebentar lagi,"

"Kok sebentar lagi, mas. Kasihan loh Iwan sama ajudan-ajudan kamu yang udah nunggu di bawah,"

Ais masih mencoba untuk membujuk Niko.

Hingga akhirnya, Ais merajuk dan merengek untuk turun ke bawah.

"Oke, oke, kita turun ke bawah sekarang!" Tegas Niko sembari menggandeng tangan Ais.

Namun, Ais langsung menolak ajakan Niko dan mendahului langkahnya.

"Aku mau turun duluan!" jelas Ais.

Niko hanya menggeleng sebentar dan menyusulnya dari belakang.

***

Di perjalanan pulang, baik Niko ataupun Ais, keduanya sama-sama terdiam dan tidak berbincang hal apapun.

Sampai akhirnya, Ais terlelap dan kepalanya bersandar di bahu kanan Niko.

"Kamu pasti kecapean," ujar Niko seusai menyelimuti tubuh Ais dengan jas hitamnya.

Beberapa jam kemudian.

Mobil yang dinaiki Ais dan Niko akhirnya sampai di tempat tujuan.

"Ais, bangun." Ucap Niko sembari mengelus pipi kanan Ais dengan lembut.

Ais pun menggeliat dan dengan perlahan, ia mulai membuka kedua bola matanya.

"Udah sampai yah mas?" tanya Ais seusai membuka matanya lebar-lebar.

"Iya, udah sampai,"

Setelahnya, Ais langsung membenarkan posisi duduknya dan keluar dari mobil.

"Selamat datang kembali Tuan dan Nona Muda," sapa salah seorang art di rumah Niko.

"Kamu langsung ke kamar aja, masih ngantuk kan?" tanya Niko.

"Iya masih. Tapi ..." gantung Ais ketika mendapati ayah dan bundanya yang tengah berkumpul dengan orang tua Niko.

"Ayah, bunda!" kejut Ais.

"Kalian udah pulang?" ucap Ayah Basri. Namun, tidak ditanggapi oleh Ais dan Niko karena keduanya sibuk menyalami Basri serta istrinya.

"Oh ya, gimana honey moonnya? Udah membuahkan hasil belum?" celetuk Bunda Kirana yang langsung membuat pipi Ais merah merona.

"Bunda bisa aja, nggak mungkinlah dua hari percobaan dan langsung jadi," Ayah Aji menyela.

***

Mas Niko mulai nggak mau lepas nih sama Ais ...

Kayak author yang nggak mau lepas sama readers, hehe

Happy reading, dan

See you di chapter selanjutnyaaaa

Simpul Paksa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang