Chapter 22 : Penasaran

61 5 7
                                    

"Aku lagi bahagia, Is!" tegas Laras yang entah kenapa kedengaran senang sekali.

"Iya tahu, kedengaran kok dari suara kamu yang melengking, hehe." Ais tertawa lepas, wanita ini memang suka meledek sahabatnya.

"Ah kamu, Is, nggak asik, deh," sahut Laras.

Akhirnya, Ais meminta maaf atas tawa renyahnya itu dan kembali menanyakan keadaan Laras.

"Jadi, aku sesenang ini karena aku baru dapat chat dari lelaki spesial!" seru Laras.

"Lelaki spesial? Siapa emangnya? Kasih tahu dong ..." Ais mulai mendesak.

"Siapa lagi kalau bukan dosen baru yang tampan nan rupawan itu, hehe." Kali ini Laras yang tertawa, tetapi bukan sebagai reaksi atas ledekan Ais, melainkan tawa bahagia.

Ais cukup terkejut mendengar berita dari sahabatnya itu.

'Aku jarang dengar curhatan dari kamu Ras, apalagi tentang cowok! Dan mungkin, Pak Adit memang lelaki yang benar-benar spesial buat kamu,' gumam Ais.

"Halo, Is! Kamu masih bisa dengar suara aku kan?" Laras mengecek panggilannya, apakah masih tersambung dengan Ais atau malah terputus.

"Masihlah, buruan lanjut, Ras!" balas Ais dengan semangat.

"Oke. Jadi, Pak Adit nih chat aku, dia tanya kalau besok, habis kelas, apa aku ada waktu luang atau nggak? Dan kamu tahu nggak maksud dia tanya gitu buat apa?"

"Buat apa emangnya?"

Detik selanjutnya, Laras menjawab dengan lantang jika dirinya diajak makan siang bersama Adit.

"Bau-baunya ada yang mau menyusul nikah muda nih," ledek Ais. Laras langsung salah tingkah, namun, layaknya sahabat karib, Ais masih bisa membaca kebahagiaan yang dirasa oleh Laras.

"Kamu bisa aja Is! Oh ya, maaf kalau aku udah ganggu waktu malam kamu, dan see you di kampus besok pagi!" Laras menanggapi ujaran Ais dan hendak menutup panggilannya.

Ais pun menyetujui panggilan itu untuk berakhir.

Seusai mengobrol sebentar dengan Laras, Ais pun kembali ke meja makan dan menyambung makan malam bersama keluarganya.

***

"Siapa tadi yang telfon kamu?" tanya Niko ketika dirinya sudah berada di kamar bersama Ais.

"Laras,"

"Mau apa dia?"

'Dih, ketus banget sih jawabnya,' gumam Ais yang sedikit tak terima dengan nada bicara Niko.

"Nggak mau apa-apa, cuma curhat bentar, dan kamu nggak perlu tahu itu!" Ais membalas keketusan Niko.

"Kok gitu?"

"Kan masalah cewek!"

"Jadi, aku harus jadi cewek dulu biar bisa tahu?" Tegas Niko sembari mengambil paksa kerudung pashmina Ais yang tergeletak di atas nakas.

Sontak, raut wajah Ais yang mulanya terlihat kesal, berubah menjadi riang karena tak kuat melihat tingkah lucu suaminya.

"Apaan sih mas! Nggak lucu!" Bohong Ais, padahal jelas-jelas ia tersenyum lebar.

"Makanya jangan suka buat suami kamu penasaran!" balas Niko.

"Iya, iya, maaf,"

"Jadi, apa yang kamu obrolin sama Laras?" tanya Niko lagi yang ternyata masih saja penasaran dengan topik pembahasan Ais bersama Laras beberapa jam lalu.

"Kalau kamu mau tau, ada syaratnya!" Jawab Ais dengan mengacungkan telunjuknya.

***

Si Mas Niko kepo juga yup, wkwk

Semoga suka dengan chapter ini ...

See you di next chapter,

Bye!

Simpul Paksa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang