Chapter 8 : Salah Koper

70 10 0
                                    

"Kejutan?" tanya Ais karena ragu dengan semua ucapan yang dilontarkan Niko.

"Iya sayang, dan aku harap, kamu mau maafin aku!" balas Niko dengan memasang wajah penuh harap.

Kejadian manis itu dilihat langsung oleh Aji dan istrinya.

"Ayah dan bunda lihat loh!" bisik Niko di dekat telinga Ais.

Mendengar kalimat itu, sontak, Ais langsung menanggapi pinta maaf Niko.

"Iya Mas, aku maafin kamu," jawab Ais.

Tak lama kemudian, Niko mengukir senyum indah khasnya dan memeluk raga Ais dengan erat.

'Bentar deh, jantung gue!' heran Niko ketika dirinya tengah memeluk Ais dan detak jantungnya berdegup amat kencang.

Akhirnya, Niko buru-buru melepas pelukannya dan mengucap terima kasih.

***

"Izin melapor Tuan Muda!" celetuk Iwan pada raga Niko yang tengah duduk di teras rumahnya.

"Iya, Wan, kenapa?" tanya Niko.

"Mobil telah siap, Tuan, dan saya pun sudah reservasi di hotel Kenanga Biru," jawab Iwan.

Kendaraan telah siap, begitupun dengan pemesanan kamar di hotel yang dekat dengan wisata Puncak yang akan Niko serta Ais kunjungi.

"Kamu jangan percaya diri dulu, yah! Aku cuma mau nyenengin hati ayah dan bunda, nggak lebih dari itu!" tegas Niko sebelum mempersilakan Ais masuk ke dalam mobilnya.

"Aku udah tahu kok! Dan aku nggak akan ke pd-an lagi!" balas Ais dengan ketus.

Niko sempat terkejut dengan balasan istrinya itu karena tak biasanya Ais membalasnya dengan ketus seperti itu.

'Ke pd-an lagi? Maksud nih cewek apaan?' heran Niko dalam batinnya.

***

"Reservasi atas nama Tuan Niko dan Nona Ais!" jelas Iwan kepada resepsionis Hotel Kenanga Biru, tempat istirahat untuk Niko dan Ais selama mereka ada di wilayah puncak.

"Ada di lantai 3, kamar VIP No. 10 yah, Pak! Dan ini kartunya, silakan!" Resepsionis itu mengulurkan tangannya dan memberikan satu kartu masuk untuk kamar Niko dan Ais.

Selepas mendapat kartu masuk, Iwan langsung mengantar Tuan dan Nonanya ke kamar.

***

"Saya akan berjaga di lantai bawah, Tuan, dan untuk penjagaan di area kamar, saya akan menugaskan dua ajudan," jelas Iwan kepada Niko.

Agak berlebihan memang, tetapi, hal itu perlu Niko lakukan guna menjaga keamanan di wilayah yang tengah disinggahi olehnya dan Ais.

"Ya sudah, Wan, kamu bisa kembali ke tempat, dan temui saya malam nanti!" balas Niko sekaligus memerintah asisten pribadinya.

"Baik Tuan, kalau begitu, saya pamit." Iwan meninggalkan Niko dan Ais yang sudah menginjakkan kakinya di kamar VIP No. 10.

Seusai Iwan pergi, Niko langsung menyuruh Ais untuk membereskan pakaiannya dan memasukkannya ke dalam lemari.

Perlu diketahui, Niko mengajak Ais ke puncak selama sehari lebih, dan mau tak mau, Ais harus membawa beberapa pakaian ganti miliknya dan juga milik Niko.

Namun, Ais mendapati kejanggalan di kopernya.

"Kok isi kopernya hanya ini?" heran Ais ketika mendapati isi koper yang dibawanya hanya memuat dua pakaian. Bahkan, pakaian yang tidak pernah ia duga.

"Kamu kenapa?" Tanya Niko yang mulai penasaran dan langsung mendekat ke arah Ais.

"Ini loh mas, isi koper kita, kok jadi begini yah?" jawab Ais sembari bertanya balik.

Niko pun mengecek isi koper yang dimaksud oleh Ais.

"Cuma dua pakaian?" kejut Niko.

"Iya mas, dan anehnya, dua-duanya adalah pakaian yang belum jadi, alias kekurangan bahan!" tambah Ais.

Niko tertawa lepas ketika mendengar Ais menyebut piyama transparan dan dress pendek dengan sebutan pakaian kekurangan bahan.

"Hahaha, pakaian kurang bahan!"

"Ih, Mas Niko, kok kamu ketawa sih! Orang benar kok, pakaian ini memang kurang bahan dan nggak banget!" bantah Ais.

Mendengar Ais membantah, Niko pun tak mau mengalah dan akhirnya menjelaskan apa jenis pakaian yang telah Ais lihat.

"Piyama transparan? Dress pendek? Ihhhh ..." Ais kembali memasukkan kedua pakaiannya ke dalam koper.

Namun, tak lama setelahnya, Niko mengambil pakaian itu lagi dan menyuruh Ais untuk meletakkannya ke dalam lemari.

"Kalau kamu mau pakai gamis atau pakaian yang lebih tertutup lagi, aku bisa belikan besok, dan untuk hari ini, mau nggak mau, kamu harus pakai dua pakaian itu!" tegas Niko.

'Apa! Aku pakai pakaian itu? Mas Niko serius kah?' Ais menolak dalam hatinya.

"Tapi mas ..."

"Nggak ada tapi-tapi an, dan ingat! Kamu harus nurut sama suami kamu," sela Niko.

Selaan dari Niko membuat Ais kecewa. Ia pun tak habis pikir dengan suaminya yang membiarkannya memakai pakaian seperti itu.

"Gimana aku mau keluar kamar kalau pakaiannya seperti ini?" keluh Ais.

Niko mendengar jelas keluhan itu dan langsung menyautinya, "Kamu di dalam kamar aja, dan jangan keluar ke manapun. Ada aku, dan hanya aku yang boleh kamu mintai bantuan,"

Penjelasan dari Niko, membuat rasa kecewa yang mulanya Ais rasa, seketika bertukar menjadi rasa bahagia/

'Aku nggak pernah nyangka kalau Mas Niko akan seperhatian ini!' gumamnya.

***

Gimana teman-teman, greget nggak sih sama couple kita ini? Hehe

Salam kasih, Nka Atun

Simpul Paksa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang