Chapter 7 : Memelukmu

87 11 0
                                    

"Nah, gitu dong, mau tatap mata suaminya! Jangan nunduk terus, nggak ada uang koin tau di bawah!" tegas Niko seraya meledek Ais.

Tak diduga, wajah wanita itu memerah dan akhirnya tak sanggup untuk terus menatap mata Niko.

Kini, Ais langsung melangkah menuju ranjangnya dan membaringkan tubuhnya dengan perlahan. Kemudian, Ais mulai memejamkan kedua bola matanya.

Akan tetapi, baru beberapa saat Ais terlelap, tiba-tiba saja, ranjangnya berbunyi, dan sepertinya, benda itu tengah menampung orang baru.

'Kayaknya ada yang naik ke kasur ini lagi deh!' Duga Ais sambil membuka matanya secara perlahan.

"Mas Niko!" kejutnya dengan suara pelan.

Ais tak pernah menyangka jika suaminya akan tidur di atas ranjang yang sama.

"Jangan pandangi aku terus, cepat tidur!" perintah Niko tiba-tiba dan langsung membuat Ais tersentak.

'Ih, Mas Niko, tau aja sih kalau sedang aku pandangi! Kan jadi malu!' gerutu Ais dalam batin.

Akhirnya, di menit selanjutnya, Ais memutuskan untuk menyudahi mata terjaganya dan memejamkannya. Walaupun sebenarnya, Ais masih ingin memandang wajah suaminya yang rupawan. Bukan apa-apa, Ais hanya ingin mencoba membuka hatinya untuk Niko. 

'Paras yang kamu miliki memang tampan mas, dan aku patut bersyukur karena bisa sedekat ini dengan kamu!' gumam Ais sembari memandang wajah Niko lekat-lakat.

Namun, tak berselang lama, Ais menarik ucapannya.

'Ish Ais! Ingat, dia nggak mencintai kamu, dan selama ini, sikapnya cuek banget sama kamu. Jelas sudah, kalau sikapnya begitu, pasti, bukan cinta yang ada, tapi kebencian yang hadir di dalamnya!' Ais sadar diri.

Selepas itu, Ais memutuskan untuk tidur dan melupakan hal manis yang digambarkannya.

***

"Uhmmm ..." Ais menggeliat.

Tak lama setelahnya, ia mencoba untuk membuka matanya secara perlahan.

Ketika matanya sudah terbuka, Ais mendapati sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya. Tangan kekar itu, tak lain adalah tangan suaminya sendiri.

'Duh! Gimana ini? Masa aku harus bangunin Mas Niko dulu sih?' gumam Ais yang tengah diselimuti kegelisahan di hatinya.

Kesibukan Niko di kantornya membuat ia cukup lelah dan memerlukan dekapan hangat dan satu-satunya pelampiasan Niko adalah tubuh Ais. Lelaki berpangkat direktur muda itu memang tak sadar ketika melingkarkan tangannya ke pinggang Ais. Namun, tidak dengan Ais. Dirinya sudah sadar dan langsung salah tingkah, bahkan, menjadikan Ais tak bisa bergerak sama sekali.

"Aku harus menunggunya berapa lama lagi?" Ais nampaknya sudah ingin melepas rangkulan Niko. Akan tetapi, dirinya tak berani dan juga ciut nyali.

Hingga akhirnya, Niko menggeliat dan sadar akan hal yang telah dilakukannya.

'Bodoh! Kenapa lo malah meluk Ais dari belakang, Niko!' umpat Niko pada dirinya sendiri.

Namun, bak nasi sudah menjadi bubur, Niko tak punya pilihan selain meminta maaf dan langsung melepas pelukannya.

"Iya mas, nggak papa kok, dan kamu nggak salah juga!" balas Ais.

Setelah berhasil lepas dari pelukan Niko, Ais langsung pamit untuk ke kamar mandi.

***

"Oh ya, hari ini kan weekend, kalian berdua memangnya tidak ada rencana untuk jalan-jalan?" celetuk ayah Niko di tengah suasana hanta di meja makan.

Mendengar pertanyaan tersebut, Niko dan Ais sama-sama terdiam.

Hingga akhirnya, Niko mengarang jawaban.

"Ayah benar, dan ayah tenang aja, karena kita udah punya rencana!" jawabnya sembari melirik ke arah Ais.

Ais yang belum paham dengan konsep yang dimaksud Niko pun hanya bisa mengiyakannya.

"Baguslah kalau kalian ada kegiatan hari ini!" tanggap Bunda Kirana.

"Memangnya rencana kalian mau ke mana? Pergi nonton? Jalan-jalan ke mall? Atau pergi yang jauh, ke puncak mungkin!" cecar Aji.

Niko dan Ais semakin terdesak. Untungnya, Niko mau menjawab cecaran pertanyaan dari ayahnya itu.

"Kita akan ke puncak Yah!" jawabnya dengan tegas.

Sontak, Ais langsung meliriknya dan memberikan kode seraya menanyakan kejelasan jawaban yang disampaikan oleh Niko.

'Ini semua karena ancaman ayah yang sebenarnya cukup berat bagiku!' gumam Niko.

Pastinya, ancaman itu bukan lagi mengharuskan Niko untuk tidur seranjang, melainkan lebih dari itu.

Satu-satunya cara yang bisa Niko lakukan untuk merealisasikan hajat ayahnya adalah dengan mengajak Ais ke tempat jauh, puncak misalnya.

"Kamu pasti sedikit terkejut yah sayang?" tanya Niko basa basi. Padahal, dalam realitanya, Ais benar-benar terkejut bukan main.

"Loh, memangnya kalian belum mendiskusikannya bersama?" heran Kirana.

"Kalau masalah ke puncak, memang belum, bun. Aku cuma bilang ke Ais kalau hari ini kita akan pergi jalan-jalan ke mall berdua," balas Niko.

'Ih, Mas Niko bohong!' gumam Ais seraya tak terima.

Kenyataan memang menyatakan jika Niko telah berbohong karena ia sama sekali tidak membicarakan rencana weekendnya dengan Ais.

Kekecewaan Ais menjadikannya murung dan hal itu dilihat banyak orang.

"Tuh kan, istrimu jadi sedih! Kamu sih Niko, nggak bilang-bilang dulu!" Kirana malah menyalahkan anaknya.

Akhirnya, Niko memutar otaknya guna menemukan cara agar Ais tak terlihat sedih lagi.

"Kamu kenapa?" bisiknya sebelum meminta maaf.

"Kamu bohong!" tegas Ais.

Tak lama setelahnya, Niko langsung menggenggam tangan Ais dan memintanya untuk memalingkan wajah.

Kini, sorot mata Niko telah bertemu dengan bola mata cokelat Ais.

"Aku minta maaf yah, sayang, karena sebenarnya, rencana pergi ke puncak itu masih menjadi kejutan buat kamu. Tapi, karena sudah dibocorkan sama ayah, jadi, rasanya, hal itu bukan kejutan lagi," ucap Niko dengan lembut.

Simpul Paksa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang