Chapter 10 : Hak Suami

125 8 1
                                    

'Ini beneran Ais? Lekuk tubuh dia ...' batin Niko seraya tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Tubuh Ais begitu menggodanya. Piyama transparan yang dikenakannya membuat kulit putih Ais nampak jelas di mata Niko.

Bahkan, saking jelasnya, Niko tak sadar akan sikapnya yang menatap Ais dengan penuh hasrat.

"Tuh kan, kamu diam gitu, pasti kamu mau marah yah sama aku?" gerutu Ais.

Niko langsung membantahnya, "Siapa yang mau marah? Cepat berdiri! Kita makan malam sekarang!"

"Tapi, mas ..." Ais masih ragu.

"Kamu malu sama suamimu sendiri? Bukannya kalau udah jadi istri, semua bagian tubuhnya milik suaminya yah?" sindir Niko.

"Ya udah, iya, iya, aku mau makan," balas Ais.

"Ya udah, ayo!" Niko mengulurkan tangannya ke depan wajah Ais. Akan tetapi, Ais menyuruhnya untuk jalan lebih dulu.

***

"Oh ya, apa aku boleh tanya sesuatu mas?" celetuk Ais yang membuyarkan keheningan malam.

"Tanya apa?"

"Kamu tahu hak-hak seorang suami kan?"

Niko menaikkan satu alisnya dan mencoba menantang Ais.

"Memangnya apa saja hak-hak seorang suami?"

"Ish, masa nggak tahu sih!"

Dalam hati, Niko sangat senang melihat Ais kesal kepadanya.

Namun, tak lama setelah itu, Niko mendiaminya, sampai-sampai, Ais tak nafsu untuk melanjutkan makan malamnya.

"Kok nggak habis?" tanya Niko dengan santai.

'Kamu bikin aku nggak mood mas!' gumam Ais.

"Aku tanya loh!" tegas Niko.

"Udah kenyang! Dan aku mau tidur sekarang!" Ais langsung pergi tanpa memberi aba-aba kepada suaminya.

'Dih! Nih anak kenapa lagi?' Niko keheran.

***

Flashback on.

"Ingat Niko! Kamu harus memiliki keturunan dari Ais, dan ayah nggak mau tahu bagaimana caranya, mau kamu cinta sama dia, mau nggak, sama saja!" ancam Aji Nandirawata pada anaknya, Niko.

Namun, Niko tak menjawabnya dengan kata iya atau tidak, melainkan langsung pergi ke meja makan dan menyusul Ais yang sudah lebih dulu berada di ruangan tersebut.

Flashback off.

***

Jam menunjukkan pukul sebelas malam dan Niko masih terjaga. Sementara Ais, entah sudah tidur atau belum, yang pasti, raganya tak menghadap ke arah Niko dan hal itu cukup menjanggalkan bagi Niko.

Namun, sudah berjam-jam Niko memendam kejanggalan yang dirasanya karena tak ingin dicap sebagai lelaki yang serba ingin tahu.

'Tapi, kalau gue nggak nanya, kesannya, kayak suami nggak peka! Ah, sial! Jadi, serba salah, kan?' gumam Niko.

Niko dilema dengan kedua pilihan yang menghadangnya. Akan tetapi, ketika benak Niko kembali mengingat ancaman dari ayahnya, maka, Niko bertekad untuk mengumpulkan keberaniannya dan menanyakan sikap Ais yang bertukar dingin kepadanya.

"Kamu udah tidur?" Niko mencobanya dengan basa basi terlebih dahulu.

Tak disangka, Ais menyahutinya.

"Belum!" balasnya dengan ketus.

'Ini mah Fix, dia ngambek! Eh, tapi, kok gue jadi takut sih, kan kepala keluarganya gue!' Niko membatin.

"Kalau kamu masih memunggungiku, mending aku nggak tidur di kamar ini, dan aku akan bilang ke orang tuamu kalau anak perempuannya mendinginkan suaminya sendiri!" Niko akhirnya melayangkan ancaman.

Ancaman yang menurut Ais tak main-main itu langsung membuatnya takut dan akhirnya membenarkan arah baringnya agar menghadap ke wajah Niko.

Walaupun raganya sudah tak membelakangi Niko, tapi, bibir Ais masih terkunci.

Sementara Niko, dirinya kembali berusaha untuk memancing perhatian Ais.

"Kenapa kamu mendiamiku? Aku ada salah?" tanyanya dengan lembut.

"Nggak ada mas, karena kayaknya, itu salah aku yang udah tanya hak suami ke kamu, dan kamu nggak mau jawab!" balas Ais.

"Jadi, kamu ngambek cuma gara-gara aku nggak tahu hak-hak suami?" Kejut Niko bukan main. Bahkan, lelaki itu sampai beranjak dari baringnya dan mendudukkan raganya.

"Ish Mas Niko, itu tuh penting tahu, dan kamu malah nggak tahu!" bantah Ais.

Niko menanggapinya dengan gelengan kepala.

Kemudian, Niko menanyakan suatu hal, "Kamu mau tahu apa hak pertama yang dimiliki oleh seorang suami atas istrinya?"

Mendengar pertanyaan itu, menjadikan Ais hendak beranjak dari tidurnya pula. Namun, Niko menahannya dan langsung mencengkeram kedua tangan Ais dan ia hentakkan ke kedua sisi.

"Kamu mau apa mas?" Tanya Ais dengan wajah penuh kepanikan.

***

Sukanya ngancam nih Mas Niko,

Mau apa yah dia sebenarnya?

Bye...

Simpul Paksa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang