Chapter 19 : Balkon Senja

40 7 1
                                    

"Oh, minta disuapin, kirain mau bagi makanannya," jawab Ais seusai Niko menjelaskan maksud dari sikapnya tadi.

"Makanannya masih banyak kok, kamu tinggal pilih aja," sahut Niko.

'Iya sih, tapi kan kalau makanan sebanyak ini, aku jadi bingung sendiri!' gumam Ais.

Tak lama kemudian, Ais tak kunjung menyendok makanannya. Hingga akhirnya, Niko mengambil paksa piring keramik Ais dan mengisinya dengan nasi putih serta beberapa lauk sebagai pelengkapnya.

"Udah aku ambilin. Sekarang, kamu suapin aku, soalnya aku mau sekalian garap laporan perusahaan!" tegas Niko kepada Ais.

"Iya mas, iya, sebentar." Balas Ais dengan membenarkan kursinya agar lebih dekat dengan Niko.

Seusai Ais merasa jangkauannya sudah dekat dengan Niko, maka, tanpa menunggu lama lagi, Ais langsung menyuapi Niko dan tak lupa untuk membaca doa sebelum makan.

"Oh ya mas, besok, kamu berangkat yah ke kantor?" tanya Ais di sela kegiatan makan siangnya bersama Niko.

"Iya,"

"Oh ya udah."

Mendengar jawaban lesu dari Ais, seketika Niko menghentikan pandangannya ke arah laptop dan beralih menuju wajah Ais.

"Emangnya kenapa?" tanya Niko.

"Nggak papa, aku cuma tanya aja," jawab Ais.

Kemudian, Ais kembali menyuapi Niko. Namun, Niko merasa ada hal yang ingin Ais sampaikan kepadanya, hanya saja, Ais menunda penyampaian itu.

"Aku tanya sekali lagi, besok ada apa? apa ada masalah di kampus kamu?" tanyanya sekali lagi.

"Eum... nggak juga sih mas. Aku cuma ngerasa bosan aja kalau pulang dari kampus nggak ngapa-ngapain, apalagi kamu di kantor, jadi nggak ada teman ngobrol," balas Ais yang akhirnya jujur dengan perasaannya.

"Ya, kamu ke kantor aku aja lah," jawab Niko dengan santai.

"Hah? Ke kantor kamu? Ngapain?" cecar Ais.

Niko menggelengkan kepalanya sebentar. "Katanya pengin ada teman ngobrol! Ya udah, susulin aja ke kantor!" tegas Niko.

'Masa aku nyusulin Mas Niko ke kantor sih!' Ais membatin.

***

Siang hari yang cukup terik, tak dirasa, sudah bertukar menjadi sore hari yang indah dengan sinar jingga yang memancar di ufuk timur.

"Semuanya udah kamu masukkin ke koper, kan?" tanya Niko pada Ais yang baru saja selesai merapikan barang bawaannya.

"Iya mas, udah kok," jawab Ais.

"Ya udah, kalau gitu, kita istirahat bentar sekalian nunggu kabar dari Iwan, soalnya, ada banyak mobil yang nggak bisa dipakai. Jadi, mau nggak mau, kita berangkat sekitar pukul lima sore nanti," jelas Niko di saat jam menunjukkan pukul setengah empat.

"Iya mas, aku paham," balas Ais.

Setelah mendengar jawaban Ais, tiba-tiba Niko menggandeng tangan istrinya itu dan mengajaknya untuk bersantai di balkon.

"Indah yah mas," ungkap Ais.

"Apanya?" tanya Niko yang tak paham dengan ucapan Ais.

"Langitnya lah, masa kamu!" balas Ais dengan kesal.

"Gitu aja marah." Tanggap Niko dan seusai itu, dirinya mengubah posisi yang mulanya berdampingan dengan Ais, kini menjadi di belakang tubuh Ais.

"Kamu mau ke mana mas?" tanya Ais yang mengira Niko akan pergi dari hadapannya.

"Nggak ke mana-mana kok!" jawab Niko di dekat telinga Ais lantaran dirinya bertukar tempat untuk bisa mendekap raga Ais dari belakang.

'Ya ampun, ternyata Mas Niko mau meluk aku dari belakang!' gumam Ais yang cukup terkejut dengan sikap Niko yang tiba-tiba melingkarkan tangan kekarnya di pinggang Ais.


***

Siapa yang mau dipeluk juga sama Mas Niko? hehe


Makasih udah mau mampir ke ceritaku yah,

See you di chapter selanjutnya ...

Simpul Paksa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang