Page twenty four

2.3K 180 16
                                    

Dua bulan kini sudah berlalu dengan banyak tragedi yang terjadi, bahkan keadaan Hani yang semakin mengenaskan sudah benar-benar merubah gadis itu. Berat badan yang semakin mengurang, kantung mata yang semakin menghitam, bahkan Hani kuat untuk tidak tidur selama berhari-hari dan hanya menatap kosong kearah balkon.

Semua hal sudah Jungkook lakukan, memberikan seluruh perhatiannya, bahkan memanggil beberapa psikolog, dan berjanji akan memberikan apapun keinginan Hani tapi bagai sosok itu benar-benar sudah tiada, Hani tidak pernah membalas ucapan Jungkook.

"Hari ini kau tetap cantik, tapi lebih cantik lagi jika kau menghabiskan makananmu." Jungkook menyodorkan suapan sendok berisi bubur hangat itu kebibir Hani, tapi untuk yang kesekian kalinya ia tetap tidak berhasil. Bibir Hani bagai sudah dilapisi lem kuat hingga tidak bisa terbuka lagi.

Jungkook menyerah. Bila seterusnya seperti ini maka sama saja ia akan hancur bersama Hani yang sudah lama menyerah melawan semua hal diluar akal sehatnya. "Baiklah, bagaimana jika mati bersama? kau ingin itu kan? aku akan mengambil pistolku dan kita bisa mati bersama."

Hani menoleh saat kalimat meninggal bersama terus melintas dikepalanya. Sepenggal kalimat pelan lantas keluar dari bibir kering Hani. "Aku saja sendiri."

Sialan. Dia benar-benar merasa emosi, ia ingin sekali rasanya meluapkan emosi dengan menghancurkan seluruh barang diruangan itu. Tapi ia tidak ingin menambah skala stress Hani lebih banyak lagi. Ia sudah lama tidak mendengar suara gadis itu, tapi sekalinya ia mendengar suara Hani ia malah mendengar bahwa gadis itu ingin mati sendirian meninggalkan dirinya.

"Jangan memancing emosiku."

Hani mengalihkan pandangannya menatap keluar balkon kembali. Memberikan waktu keheningan untuk menyelimuti suasana diruangan itu. "Lantas ceritakan kisah gadis yang kau cintai tapi ia meninggal bunuh diri." kalimat panjang yang tiba-tiba keluar dari binir Hani membuat Jungkook berpikir keras apa yang akan ia lakukan.

Jungkook hanya diam, dengan tangan masih memengang mangkuk bubur ia mendengarkan suara serak Hani yang mengisi kamar itu. Ia meletakan mangkuk bubur itu, menatap wajah Hani seperti mencari kejelasan mengapa tiba-tiba Hani penasaran dengan kisah kelamnya.

"Apa yang akan kau berikan?" tanya Jungkook yang sudah duduk disebelah Hani.

"Makan..." hanya satu kata yang dikeluarkan oleh Hani karena ia tidak tahu bisa memberikan apa lagi kepada Jungkook. "Lakukan semua sesuai perintahku, bagaimana?" tawar Jungkook, karena ia yakin bahwa makan saja tidak akan cukup untuk Hani.

Hani mengganggukan kepalanya setuju.

ㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan menawarkan sebuah perjanjian bahwa kau submissive dan aku dominan, kau harus tunduk sesuai semua yang tertulis didalam perjanjian." Jungkook menjelaskan apa maksud dari dirinya yang memanggil gadis itu keruangannya.

Gadis itu memberi balasan dengan hanya diam sambil melipat tangannya di depan dada, mendengarkan dengan teliti mengenai apapun yang dikatakan oleh Jungkook. "Kau akan mendapatkan uang yanㅡ"

"Tapi aku tidak butuh uangmu Sir, klasik sekali jika kau selalu menjanjikan uang yang banyak kepada gadis yang memang butuh biaya hidup. Jatuhnya mau tidak mau mereka akan menerimanya, tapi sayang aku tidak berminat karena jumlah uangku sudah lebih dari cukup."

Selena memang tidak minat akan penawaran itu, ia sudah tahu rumor tentang dosen yang berkencan dengan mahasiswanya, tapi ia tidak tahu siapa dosen itu karena mereka tidak pernah menyebutkan dengan lantang namanya. Dan ternyata pertanyaan itu sudah terjawab saat ini.

"Ah, begitu." Jungkook membalas jawaban Selena dengan ikut melipat tangannya didepan dada, menunjukan smirknya sembari mengatakan hal yang tidak akan bisa Selena tolak. "Lantas apa yang akan kau perbuat untuk memperbaiki nilaimu yang hancur itu? uangmu cukup membelinya?"

Selena hanya diam, bagaimana bisa tiba tiba Jungkook memutarkan keadaan dengan membawa nilainya, kenyataan jika ia memang tidak terlalu pandai di mata kuliah manapun apalagi ditambah ia yang sering bolos membuat nilainya menjadi bertambah buruk. Tapi jika seperti ini seakan tidak ada jalan lain, selain mengikuti kemauan Jungkook.

"Ingat, jika kau ingin lulus, setidaknya nilai setiap mata kuliahmu bagus, dan jika tidak maka semangatlah untuk selalu tertinggal jauh dari temanmu yang lain." tegur Jungkook yang sadar jika keberanian Selena sudah mulai turun kebawah tanah.

Gila. Satu kata yang bisa Selena katakan jika melihat kelakuan Jungkook kali ini. Ia tidak pernah tahu jika ia akan diancam sejauh ini benar benar iblis pikir Selena.

Sebanarnya Selena cukup gila, ia pun tidak sepolos itu untuk tidak tahu dunia sekotor ini, hanya saja pengalamannya untuk menangani seorang iblis benar benar tidak ada. Jadi hal baru ini membuat gairahnya tiba tiba muncul, seakan semakin intim Jungkook mengancamnya, ia akan semakin menikmatinya.

"Sir," Selena memanggil pemuda itu, berjalan perlahan dengan cara berjalan yang sangat sexy. "I'm oreo please fill me with cream." ucapnya tepat disamping telinga Jungkook dan mengecupnya setelahnya. Seketika senyuman merekah tumbuh di wajah Jungkook, seakan ia memenangkan sebuah perjanjian saat ini.

Hanya saja Selena tidak tahu, bahwa gadis yang sudah dirumorkan berkencan bersama Jungkook selalu pergi seperti angin membawa mereka, hanya menghilang dan tidak ada yang tahu. Mereka tidak pernah terlihat, dan hanya didampingi berita bahwa mereka melakukan bunuh diri dan tidak pernah ada yang mencurigai siapapun mengenai hal itu.

[]

[М] PLAY DIRTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang