Page eight

4K 284 1
                                    

Hani sedikit berjalan tertatih kala mengimbangi jalan cepat dosennya yaitu Jimin yang belakangan ini tiba-tiba mengabaikannya, dikelas tadi pun Jimin mengabaikannya, dan hal itu membuatnya kebingungan apa alasannya Jimin berubah seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hani sedikit berjalan tertatih kala mengimbangi jalan cepat dosennya yaitu Jimin yang belakangan ini tiba-tiba mengabaikannya, dikelas tadi pun Jimin mengabaikannya, dan hal itu membuatnya kebingungan apa alasannya Jimin berubah seperti itu. Setahunya ia sudah mengikuti konserling itu dengan baik, bahkan ia selalu mengikuti semua apa yang dikatakan Jimin. Dan juga ia mengumpulkan tugas dengan tepat waktu atau lebih benar adalah ia mengumpulkan lebih dahulu daripada waktu yang ditentukan. "Sir."

"Mengapa kau mengabaikanku, sir?" tanya Hani yang berhenti diposisinya, ia tidak berniat melangkah lagi atau menyamakan posisi mereka seperti sebelumnya, Hani masih merasakan sakit dibawah sana dan lebih memilih mengalah untuk tidak mengikuti langkah Jimin lagi. Jarak mereka mungkin berbeda lima langkah dan kini Jimin yang mendekati Hani, ia berbalik dan melangkah perlahan dengan raut wajah yang tidak ada semangatnya, atau lebih kepada menahan amarah dengan sorot mata yang menusuk.

"Kau yang mengabaikanku, jangan bersikap seolah aku yang mengabaikanmu." ujar Jimin dengan seringaian yang menyindir Hani. Pemuda itu menusukan sebuah fakta yang ia ketahui bahwa memang gadis itu lah yang mengabaikannya lebih dahulu, dan membuatnya mulai muak berada diposisi ini. Ia ingin secepatnya berada diposisi pertama.

Hani menggelengkan kepala, melakukan gelagat tidak setuju dengan ucapan Jimin. "Aku tidak mengabaikanmu."

"Kau melakukannya." Jimin menghela nafas, menyentuh dagu Hani . "Kau sedang sex dengan Jungkook kan? kau lebih memilih sex dengan Jungkook daripada nilaimu? sejak kapan kau berubah?" hina Jimin mempertanyakan tujuan Hani yang dari awal memang nilai sempurna lah yang selalu menjadi tujuannya, dan melakukan apapun adalah jalan yang Hani pilih.

"Sir...." Hani meraih lengan Jimin dan meremasnya. "Maafkan aku."

"Mengapa kau minta maaf?" Jimin melepaskan genggaman tangannya pada dagu Hani memberikannya tatapan muak lagi pada Hani, ah hari itu ia tiba-tiba muak bertemu dengan gadis yang berdiri dihadapannya ini. "Kembalilah ke dosen kesayanganmu, nanti akan ku kabarkan jika aku memiliki waktu lebih."

"Kau berjanji?"

Jimin mengangguk lalu meninggalkan Hani yang mematung melihat kepergian Jimin dengan perasaan yang ia sendiri tidak bisa jabarkan.

Entah sejak kapan nilai sempurna adalah tujuannya utamanya, berada dikampus ini bukanlah hal mudah bagi Hani, ada sebuah rasa sakit yang sudah membekas membuatnya tidak bisa berjalan kembali lagi kebelakang. Ia sengaja melakukan segala hal untuk mendapatkan nilai itu dan beruntungnya ada Jungkook yang memungutnya dan dengan sebuah perjanjian semua hidupnya tiba-tiba berubah menjadi lebih mudah.

Tapi Jimin tidak membuatnya lebih mudah, nilai pada mata kuliah Jimin juga sangat penting tapi ia harus bagaimana, ia tidak mungkin melakukan perjanjian yang sama dengan Jimin karena jika Jungkook tahu, mungkin ia tidak akan bisa berjalan lagi. Satu hal yang tidak pernah Jungkook tulis di perjanjian itu adalah ucapannya adalah mutlak.

[М] PLAY DIRTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang