Page three

6.4K 386 10
                                    

Malam semakin terlihat, suhu dingin pun mulai menusuk kedalam pakaian Hani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam semakin terlihat, suhu dingin pun mulai menusuk kedalam pakaian Hani. Keputusan gadis itu untuk lebih lama berdiam ditaman agaknya perlu disesali. Malam itu suhu diseoul sampai kedalam minus, entah untuk minus yang keberapa Hani tidak peduli yang pasti dirinya sudah kedinginan.

Hani tidak ingin pulang ke mansion Jungkook, pun ia tidak ingin pulang ke apartemennya. Jika Jungkook tidak menemukannya dimansion pasti Jungkook akan menyeretnya dari apartemen itu menuju mansionnya. Tentu Hani benci keributan dan berita buruk yang merusak citranya.

Sebenarnya Jungkook sudah memberikan alamat apartemen barunya, hanya saja orang tuanya akan mampir akhir bulan ini guna melihat keadaannya. Ia tidak mau orang tuanya berpikir buruk tentang asal usul uang dan apartemen mewah miliknya. Setidaknya saat ini ia ingin keadaan normal seperti sebelumnya.

"Kau tidak kedinginan nona?"

Hani menatap asal suara dan menatap sosok disamping bangku taman itu. Ia menggeleng pelan sambil mempererat genggaman ditangannya.

"Bibirmu pucar pasi, apa kau baik-baik saja?" anggukan kepala diberikan Hani, lalu gadis itu kembali menatap nanar kearah depan.

"Ini." ucap pemuda itu meraih tangan Hani sembari memberikan dua buah hot pack, menangkup kedua tangan gadis itu. "Gunakan ini untuk mengurangi rasa dingin ditanganmu."

Netranya menatap wajah pemuda itu sekejap sebelum sosok yang memberikan hot pack itu sudah berbalik badan dan meninggalkan Hani sendirian.

"Terima kasih." teriaknya agar didengar pemuda itu.

Yang diucapkan terima kasih hanya melambaikan tangan keatas sembari terus berjalan. Hani mulai berpikir lagi, haruskah ia membatalkan perjanjian itu dengan Jungkook? Atau menjalankan segala hal layaknya normal sampai ia lulus dengan nilai sempurna. Jika harus jujur, Hani adalah gadis penggila nilai sempurna.

ㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dipagi harinya Jungkook dan Hani makan bersama. Tidak ada hal lain yang terjadi, Hani yang sampai dimansion pukul 12 malam, dan bersamaan Jungkook yang baru sampai dimansion pukul 2 dini hari.

Hani yang sudah tertidur pulas, begitu juga Jungkook yang kelelahan karena berurusan dengan kertas kantor membuat keduanya tidak melakukan apapun.

"Kau terlihat seperti demam, perlu aku panggilkan dokter?" tanya Jungkook disaat mereka berdua tengah sarapan pagi.

Suara serak itu membuyarkan lamunan kecil Hani yang mana membuat gadis itu gagap dalam menjawab pertanyaan Jungkook. "I-itu aku b-baik-baik saja."

Jungkook menaikan satu alisnya, merasa ada yang aneh dengan sikap Hani, perasaannya jelas mengatakan jika gadis yang berbeda 6 tahun dengannya itu tengah menyembunyikan sesuatu.

Jungkook menyelesaikan sarapannya dan berjalan menuju samping kursi sarapan Hani, ia membungkukkan badan hingga Hani ikut terdorong kebelakang. "Jungkook-ssi."

Ia tidak membalas panggilan Hani, dirinya hanya menempelkan punggung telapak tangannya dan membandingkan suhu tubuhnya dengan suhu tubuh Hani. Dan ternyata suhu tubuh gadis itu sangat panas, yang mana Hani memang terserang penyakit demam.

"Kau demamㅡ"

Ucapan Jungkook terpotong oleh ucapan Hani. "Aku baik-baik saja."

"Berhenti berbicara dan lakukan saja perintahku." ucap Jungkook seperti biasa. Memerintah dan harus dilaksanakan. Dan yang bisa dilakukan oleh Hani adalah menerimanya, toh dirinya sudah terlanjur mentanda tangan perjanjian itu. Seharusnya dirinya tidak boleh menyesal mengambil keputusan menjadi teman seks Jungkook, dosennya sendiri.

ㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum Jungkook pergi ia menelfon dokter untuk mengecek keadaan Hani atau setidaknya agar demam gadis itu bisa turun. Setelah dokter itu selesai mengecek keadaan Hani, Jungkook ikut mengantar kepergian dokter itu sekaligus dirinya pergi untuk mengontrol jalannya perusahaan.

Tapi bagi Hani kegiatannya benar-benar dibatasi, Jungkook melarang dirinya untuk keluar dari mansion. Bertepatan kemarin malam ia berpamitan pada bos pemilik cafe untuk berhenti dengan alasan ingin fokus pada kuliah dan bisa mengerjakan tugas akhir dengan baik. Tentu bos cafe itu mengerti karena Hani sudah lama bekerja disana.

Hani tidak memiliki kegiatan selain menatap layar ponsel, laptop ataupun layar televisi. Dirinya benar-benar merasa tidak kuat jika harus berdiam diri saja. Sampai ia pun ingat ucapan Jungkook tadi sebelum berangkat bekerja. Ia ingat Jungkook mengatakan jika drafting machine keluaran terbaru sudah datang, ia ingin Hani melihat apakah itu cocok dengan keinginannya.

Karena hal itu Hani bergegas berjalan menuju ruang kerja Jungkook, tidak sabar melihat betapa indahnya barang yang ia impikan itu. "Padahal perjanjian itu dibuat beberapa hari yang lalu, tapi sudah sampai saja." monolog Hani saat menuju ruang kerja Jungkook.

Sampai ia membuka pintu ruang itu, aroma yang biasa tercium dari tubuh Jungkook sudah mendominasi penciumannya. Hani baru pertama kalinya masuk kedalam ruang kerja Jungkook, ia melirik drafting machine itu dengan senyuman.

"Sayangku." ucap Hani memeluk barang mahal itu, tentu saja ia senang karena ini keluaran baru. "Aku akan mendapatkan nilai sempurna dengan ini."

Tetapi perlu disayangkan jika senyuman itu luntur disaat rak diujung ruangan Jungkook mengambil atensinya. Dimana rak itu seperti dipisah nama-nama gadis, beserta namanya dibarisan paling akhir.
















[]

[М] PLAY DIRTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang