Bab 16 Queenara First Dance

18 0 0
                                    

#POV Queenara

Gaun biru muda tampak begitu anggun kukenakan pagi ini, dengan mahkota Queenara berjalan dengan anggun. Menunggu sang pangeran datang menjemput dan aku pun ikut berdansa bersama. Beberapa sorot mata tampak takjub memandang kecantikan sang ratu.

Tangan Queenara tampak begitu putih, juga lentik jarinya, serta sorot matanya seolah menyihir siapapun yang melihatnya. Penobatan mahkota dari kakak menjadikan hal terindah bagi Queenara. Iya, Queenara merupakan adik perempuan dari Queensay.

Queensay merupakan kekuatan bagi para kurcaci di hutan Morin. Menjaga kebaikan di sini, dan membuat tumbuhan menjadi kembali tenang dan subur. Tak ubahnya sebuah padi yang semakin tua semakin merunduk. Queenara menerima penobatan mahkota dari sang kakak.

"Adikku, terimakasih sudah menjadi bagian terpenting di kerajaan ini. Maka, di hari yang penuh bahagia ini aku akan menobatkanmu menjadi ratu" kata Queensay

Rasa haru mulai menyentuh sanubariku, menyelusup ke dalam relung hati. Gaun ini yang kukenakan menjadi lengkap karena mahkota yang disematkan oleh Queensay. Kelak, aku akan memerintah para kurcaci dan tumbuhan yang ada di sekitar untuk tetap tumbuh subur.

Aku bahagia banget hari ini. Menunggu pangeran Eseter tiba di kerajaan. Kami pun dipertemukan di sebuah tempat yang sangat megah. Gaun biru itu melenggak-lenggok seiring dengan derap langkah kakiku untuk ikut berdansa pagi ini.

Bahkan, terdengar kalau pangeran Ester pandai berdansa. Keinginanku untuk berdansa dengan putra mahkota semakin membuatku penasaran. Bagaimana pun aku sebagai ratu tidak boleh gugup dan salah tingkah.

Alunan musik para kurcaci mulai bergenderang, juga terompet dari kurcaci pun mulai terdengar kalau pengeran Ester sudah tiba di kerajaan.

Tretetet..tetet...

Suara terompet itu terdengar kencang, "Pangeran Ester Putra Mahkota sudah datang!!" Kata kurcaci.

Aku, Queenara bagai ratu dalam sehari merasa bahagia. Pengeran idaman yang pandai berdansa itu tiba mengenakan sepatu dan gaun kerajaan. Mata ini mulai berkelinang air mata, seolah tak kuasa memandang ketampanan sang pangeran, dan menahan rasa penasaran itu hingga sang pangeran mulai mendekati Queenara.

"Pangeran, apakah kamu benar pangeran Ester?" gumam Queenara menggigit bibir bawahnya

Degub jantung ini makin tak karuan menahan rasa bahagia ini.

Deg!

Aku mulai maju melangkah, mendekat dengan mengenakan mahkota. Queenara pun menjadi sorot pandangan para kurcaci yang datang, sembari menghembuskan nafas pelan, "Kemarilah putra mahkota, berdansalah denganku" gumam Queenara

"Putri Queenara? Mau kah kamu berdansa denganku...?"

Aku pun menjawab, "Iya, pangeran. Aku mau berdansa denganmu" Jawab Queenara

Deg!

Ketakutan itu mulai datang. Sepatu ini terlalu tinggi, aku takut kalau nanti saat berdansa dengan pangeran bagaimana kalau terpeleset dan jatuh. Tidak, aku tidak mau moment indah ini menjadi berantakan. Bagaiamanapun ini adalah hari bahagiaku bersama putra mahkota.

Alunan musik begitu menyentuh, terdangar syahdu, aku pun menjulurkan tangan kepada pangeran seolah ingin menjemput cuan. Oh, tidak. Kali ini dengan senang hati aku mau berdansa dengan putra mahkota. Derap langkah kaki ini mulai mengikuti irama musik dengan tempo yang pelan. Tanganku mulai bersentuhan dengan putra mahkota yang begitu lembut, seperti kapas.

Tatapan putra mahkota kepadaku seolah mengajakku untuk menjelajahi setiap jengkal langkah yang kuayunkan bersamanya. Dada bidang pangeran Ester begitu hangat kurasakan, begitu terasa hingga aku pun merasakan kebahagian ini.

"Kamu pandai berdansa pangeran. Aku betah bersamamu berlama-lama di sini." tatapan Queenara pun seolah memberikan keteduhan.

"Kamu menikmati tarian ini, tuan putri?" Tanya Ester

"Iya, Pangeran. Aku bahagia bersamamu malam ini" kata Queenara

Pangeran Ester dan Edward pun mulai menikmati jamuan para kurcaci. Mereka berdua bahagia di kastil. Tak mau kalah, ratu Queensay pun ikut andil memeriahkan hari penobatan mahkota peri. Kemudian, dia melangkahkan kakinya, lantas berkata, "Pangeran Edward, maukah kamu berdansa denganku?"

Edward yang menikmati buah apel tercengang lalu berkata, "Oh, dengan senang hati Tuan Putri" Ester berdiri berjongkok melambaikan tangannya menjemput Queenara.

Kaki Queenara seirama dengan alunan musik dansa, meriah sekali hingga para kurcaci juga kualahan untuk menyediakan makanan buah untuk hidangan pangeran. "Ratu, adikku begitu menyukai Queenara. Bagaimana kalau kita jodohkan saja?" Tanya Edward

"Mereka berdua begitu menikmati dansa. Biarkan saja mereka yang menentukan jalan hidup ke depan" kata Queensay

🌱🌱🌱


#POV Peter

Kampus mulai terlihat ramai. Terkadang, hidup menjadi anak yang mempunyai kelebihan khusus di dalam bermain musik acap kali dipandang sebelah mata. Apalagi piawai dalam memainkan not musik yang begitu tabu ditelinga dan keras untuk didengar.

Musik underground atau musik punk kerap dinilai negatif ditelinga Masyarakat. Menalu merupakan anak yang baik, memang pandai bermain musik dan memang menyukai musik cadas.

"Musik apaan ini...??"

"Berisikkk...!!"

"Bisa dipelankan sedikit tidak, ganggu banget tau. Aku jadi tidak bisa konsentrasi" gumam Axel

Menalu mencoba untuk merintis group band cadas, tapi selalu gagal. Karena memang minoritas kalangan sahabatnya menyukai aliran dangdut koplo, "Wasekk!! goyang dong" tukas Budi.

Musik Underground memang kerap dipandang sebelah mata. Sangat kontra dimata masyarakat, dan kerap identik ekstrem kalau mendengarnya. Bahkan seramnya lagi ada yang bilang musik horor.

"Minggirkan becak'e Cak Bas...!!"

Budi merupakan anggota organisasi kampus. Dirinya berkecimpung sebagai badan pemilihan ketua senat di kampus.

🌱🌱🌱


#POV Axel

Aku merasa beruntung bisa kuliah. Karena baru ada beberapa anak desa yang bisa mengenyam pendidikan sampai ke jenjang perkuliahan. Aku berharap mendapatkan jodoh yang cantik, baik, dan juga pandai merawat anak.

Sebagai Mahasiswa aktivis, yang juga memperjuangkan emansipasi wanita, Axel pun bersama Koko membentuk sebuah organisasi eksternal kampus bernama Dinamisatoris dan bergerak di semua bidang.

"Hidup Mahasiwa!!" Teriak Axel

"Hidup..!!"

Mahasiswa memang belajar, dan terus belajar untuk menjadi yang terbaik. Bahkan, menjadi Koko pernah ditawari untuk menjadi asisten Dosen di tempat perkuliahannya.

🌱🌱🌱


TBC

#salamwritingmarathon
#challengemenulisbersama_tim3
redaksisalam_ped

MENALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang