Bab 17 Queenara's first Magic

12 0 0
                                    

#POV Queenara
Baju gaun itu begitu indah untuk kukenakan. Warnanya biru muda dan penuh dengan manik-manik. Awalnya, aku tidak yakin bisa bertemu bahkan berdansa dengan pangeran tampan. Karena aku yakin bukan wanita yang secara visual terlihat cantik seperti kakak Queensay. Tapi, Queenara mempunyai suatu hal yang bisa membuat putra mahkota jatuh di pelukanku. Aku bisa membuat pengeran jatuh cinta meski awalnya ragu untuk menjajaki alur percintaan ini. Aku sadar, berdansa dan menari begitu indah, menyanyi, dan membuat sorak sorai para kurcaci terlihat bahagia.

Caraku memperlakukan pangeran begitu sederhana, tapi nanti kalau sudah ada rencana menikah aku akan membahagiakan putra mahkota dengan caraku. Senyum itu terlihat bahagia. Ingus ini terasa tertarik ke dalam dan tidak jadi menetes kembali saat kuhirup dalam-dalam oksigen.

Kakak mungkin akan merasa bahagia kala adiknya menikah. Di saat pangeran selesai berdansa, pangeran menoleh ke arahku. Di saat itu senyum pertamaku mulai terlihat, dan aku akan berjanji akan membahagiakanmu wahai putra mahkota.

Kaki pengeran mendadak terkilir, jatuh usai berdansa, dan memar akibat terbentur benda keras. Tunggu pangeran, jangan berubah wujud dulu kembali menjadi ikan. Aku tahu, kamu hanya membutuhkan air untuk membasuh kedua kaki putra mahkota.

Brukk...!!

Kaki itu terjatuh, dan pangeran pun pingsan. Seluruh kurcaci kebingungan. Queensay pun ada di samping pangeran. Bibir pangeran terlihat ranum, sayang kalau dibiarkan begitu saja. Andaikan aku bisa sedikit mengobati luka itu, aku akan menggunakan sihirku untuk memulihkan kondisimu saat ini.

"Pangeran Ester, apa yang terjadi padamu? Kakimu terkilir dan terluka parah" Queenara panik melihat putra mahkota jatuh pingsan.

Queensay berkata, "Gunakan sihirmu, kamu bisa melakukannya!" Perintah sang kakak.

"Tapi aku tidak bisa melakukannya kak, aku lama tidak lama menggunakan sihir" kata Queenara

Kali ini, pangeran yang membutuhkan bantuan sang peri baik. Entah ciuman? Apa mungkin aku melakukannya dengan rasa ini. Oh, tidak pangeran. Aku tidak bisa melakukan ini. Tapi, aku akan menolohmu dengan sihirku.

"Tongkat ajaib. Berikan aku kekuatan. Sembuhkan kaki Tuan muda Ester!! Hurakuma...hurahiaaa..." Sihir Queenara mulai berhasil.

Ada kumpulan kunang-kunang ajaib menyembuhkan kaki pangeran Ester. Sebelum kaki itu berubah menjadi ekor ikan pangeran mulai membuka mata. Kaki pangeran kembali sembuh. Lantas pangeran membuka mata. "Terima kasih Queenara. Berkat sihirmu aku bisa sembuh" kata Ester

Queenara's first dish

🌱🌱🌱


#POV Koko

Aku adalah Mahasiswa, setelah aku membaca buku karya Tan Malaka yang berjudul Madilog, aku mulai percaya kalau kita tidak perlu percaya dengan sihir, mantra-mantra, atau bahkan pergi ke dukun sekalipun. Kalau sakit ya pergi ke Dokter. Bahkan revolusi kemerdekaan itu terlalu lama, mereka terlalu percaya akan jimat.

Aku adalah Mahasiswa, keluargaku begitu dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hobiku bermain motor. Evi merupakan kekasih yang dulu pernah aku suka ketika di kampus.
"Jangan terlalu percaya tahayul, Bro!" Kata Koko

"Oke"

Koko melanjutkan perkuliahan pagi ini menuju kelas. Dirinya memang pintar. Mempunyai wajah yang putih, dan cukup digandrungi di kelas. Buku itu sengaja dipinjam dan dibaca Koko ketika di kantin.
"Kalau sakit ya ke Dokter" ucap Koko

"Obatmu di atas loker, beo" lanjut Peter

"Hussh, kamu itu, Pet!!" Koko melanjutkan perkuliahan pagi ini ke kelas.

🌱🌱🌱


#POV Firdaus

Membaca buku memang kegemaranku, terakhir kali aku membaca buku yang memperbolehkan berdusta dalam bersastra karya Radhar Panca Dahana. Kebohongan itu akan muncul dengan etika yang baik ketika kita bisa mengambil hikmah dari apa yang sudah kita baca.

Kegemaranku dalam membaca memang membuahkan hasil. Tidak di sangka IPK hasil semeseter terakhir terus naik. Bukan aku sombong tapi memang kenyataan itu. Aku memang tidak terlalu banyak uang, bahkan aku kerap menabung, menyisakan uang jajan untuk membeli buku.

"Bagus sekali, ini bukunya Tan Malaka ya!" Tanya Firdaus

"Iya, bahkan makam Tan Malaka saja sampai saat tidak kutemukan" ucap Koko

Firdaus terus belajar dari buku yang dibacanya. Dirinya rajin pergi ke perpustakaan. Belajar dari setiap orang yang dia kenal.

🌱🌱🌱


#POV Axel

Axel duduk di kantin. Memesan kopi dan menikmatinya. Dirinya bersama temannya sedang menunggu waktu kuliah tiba, sembari minum kopi Axel berkata,
"Sepandai-pandainya tupai pandai, pasti dia melompat" ucap Axel

"Sepandai-pandainya tupai melompat, dia tetap melompat" lanjut Koko

Aku adalah Mahasiswa, belajar memang  merupakan kewajiban bagiku. Mencintai almamater. Berjuang dan berbakti demi masa depan.

Nilai IPK mulai menjadi baik. Dosen juga menjadi ramah. Kegemaranku yang semula menyukai kaos warna hitam mulai ganti kaos warna putih.

🌱🌱🌱

TBC

#salamwritingmarathon
#challengemenulisbersama_tim3
redaksisalam_ped

MENALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang