Bab 13 Butterfly

17 1 0
                                    

Assalamualaikum, apa kabar semua...? Udah pada nunggu part selanjutnya ya. Baiklah, meski sepi vote dan yang lain pada sibuk. Kali ini aku publish cerita masa anak kuliah.

Kantin kampus mulai buka jam 7 pagi. Ibu kantin terlihat menyapu di teras kantin. Perkuliahan akan dimulai pukul 2 siang, namun Axel sudah bangun pagi dan hendak bertemu dengan teman sekelasnya. Axel lelaki yang duduk dibangku kuliah. Mencari biaya sendiri, meski seluruh beban biaya perkuliahannya ditanggung oleh orangtuanya. Mempunyai wajah yang ganteng dan banyak diincar oleh teman wanita di kampus, meskipun kerap dipandang sebagai playboy kampus akibat ganta-ganti kaos oblong ketika pergi ke kelas untuk kuliah. Bahkan nyaris menjadi bahan omongan teman lainnya karena memang laki-laki ini kerap memakai kaos yang sama, yakni warna hitam.

"Kamu itu tidak punya kaos, atau memang tidak pernah ganti? Setahuku itu-itu saja kaos yang kamu pakai setiap pergi ke kampus" tanya firdaus langsung to the point di depan Axel.

"Bukan apa-apa, kawan. Memang aku suka warna hitam. Bahkan nyaris di dalam lemari isinya kaos warna hitam" ungkap Axel

"Kamu kan calon sarjana, masa tidak bisa beli celana kain atau pakai kemeja apa gitu" cecar Firdaus

"Bagaimana ya, kalau ada uang nanti tak beli dah" jelas Axel

Axel Mahasiswa kampus yang aktif. Rajin dan kritis ketika diskusi di kampus.  Banyak teman wanita yang suka. Meski kadang nyambung kalau diajak ngobrol tapi dirinya juga suka kalau diperhatikan. Karena memang dirinya anak pertama dari dua bersaudara.

Jujur kacang hijau, dirinya juga pernah ciuman. Tapi, itu tidak bertahan lama. Dirinya langsung diputusin dah sama kekasihnya. Yasalam, padahal itukan tidak boleh. Ehm, bagaimana ya. Dosa loh, dosa. Sabar ya Axel.

Itu tadi tentang dosa Axel sebagai Mahasiswa. Nah, kali ini biarkan Axel sedikit bercerita tentang peri Queensay yang ada diperpustakaan. Emang sih, dunia peri itu kadang bikin orang bingung. Bahkan ah entahlah. Minta bantuan teman satu kelas saja. Batinnya dalam hati.

"Kamu mau kemana?" Tanya Firdaus

"Aku mau pergi ke kampus" kata Axel berlalu

"Iya, mau kemana?"

"Perpust. Aku mau kepoin buku baru yang ada di sana" kata Axel

Kali ini Axel tidak mau bercerita tentang ciuman. Dosa ya teman-teman. Axel melaju menuju perpustakaan. Dirinya merasakan ruangan yang dingin. Beberapa rak buku terjajar rapi. Dosa kalau dirinya mengambil buku yang bukan miliknya. Apalagi meminjam tanpa dikembalikan. Kebiasaan siapa hayo. Nah, kan. Pada tidak ada yang mengaku. Dosa loh!

"Kamu ada di sini, Axel. Aku mencarimu"  peri Queensay  datang ketika Axel membuka buku dan ada dipojok rak perpustakaan.

Axel kaget lalu berkata, "Eh, peri Queensay ngapain kamu ada di sini. Di sini sepi tidak ada yang tahu"

Peri Queensay pun menjawab, "Aku minta kamu baca baik-baik buku ini. Sampai kamu menemukan petunjuk"

Axel heran bertanya-tanya, di sini tidak ada satupun Mahasiswa lainnya. Dia menengok kanan dan kiri, "Jangan di sini. Aku malu kalau ketahuan teman yang lain" ungkap Axel

Peri Queensay semakin mendekat, lebih dekat, bahkan hampir bertatapan dengan Axel, kemudian berkata, "Axel, kamu anak yang baik. Kenapa kamu suka merokok" keluh peri Queensay

"Maafkan aku ibu peri. Axel tidak bisa berhenti merokok. Kalau ada saran tolong ibu peri beri petunjuk" kata Axel

Kemudian ibu peri membawa Axel masuk ke dalam buku yang dibacanya, Axel pun ada di atas awan, Negeri yang sangat indah, mempunyai kastil yang sangat luas. Sampai capek mengelilingi kastil itu. Axel bertemu dengan angsa raksasa yang bisa bertelur emas itu. Konon, ibu peri akan memberikan telur emas itu kepada siapa saja yang pernah berbuat baik.

🌱🌱🌱


Hal yang diinginkan Axel juga Mahasiswa lainnya tak lain yaitu lulus tepat waktu. Peri Queensay pun memberi sebuah bibit tanaman yang bisa Axel tanam di pekarangan rumahnya.

Axel melihat tumbuhan di pekarangan banyak yang layu. Kemudian dirinya menyiraminya dengan air. Seperti apa yang diajarkan King Erick pada waktu itu. Sesuai dengan apa yang diperintahkan Axel segera mengambil gayung untuk menyiram tumbuhan itu dengan air. Berharap bisa kembali segar.

"Aku harus segera cepat lulus kuliah. Huh, capek rasanya!" keluh Axel. Cangkang telur itu masih dipakai Axel untuk menyirami tumbuhan aglonema miliknya.

"Aku tanam saja tumbuhan ini" kata Axel

Selanjutnya, Axel kehilangan HP miliknya. Loh, kok bisa? Waktu itu dirinya sedang tidak sadarkan diri, ketiduran di dalam ruangan.

"Aku pinjam HP kamu sebentar!" Suara itu terlihat jelas.

"Bro, boleh pinjam HP kamu sebentar!" Entah siapa yang pinjam, tapi itu jelas suaranya.

Dirogohnya saku celana Axel, diberikan kepada temannya. Eh, siapa itu tadi. Ah, Sudahlah, "Nih, silakan!!" Axel tidak sadar kalau dirinya memberikan HP miliknya.

Keesokan harinya, Axel terbangun dan tersadar dirinya kehilangan HP. Wah, rejeki! Rejeki kepalamu. Orang tidak sadar kalau dipinjami HP. Auto bingung deh.

Axel pergi ke orang pintar, berharap mendapatkan kembali HP itu kembali.

"Ambillah cangkang telur ini. Aku memberinya tulisan lalu kamu tanam dan kamu tindih pakai batu ya" kata orang pintar itu.

Alhasil, ditanamlah itu cangkang telur berserta tulisan yang entah apa yang ada di dalamnya. Dirinya meyakinkan dirinya agar HP itu bisa kembali.

Sambil mengingat-ingat siapa yang meminjam HP itu, Axel menanam cangkang telur yang berisi mantra, "Mudah-mudahan HP itu bisa kembali"

Beberapa hari kemudian, Axel tidak mendapati HP itu kembali. Apa mau dikata. Seluruh data dan nomor HP di kontak itu hilang. Dasar cerobong asap! Tahu rasa kan kalau HP itu hilang. Hiks..hiks..hiks...

Axel tidak tahu mantra itu.
Pak Satpam mengetahui kelakuan Axel, dan meminta temannya mengambil cangkang telur itu, sambil membaca tulisan dalam cangkang telur itu.
"Anda belum beruntung"

Apa mungkin Huda Sabahatnya? Axel tidak berani memintanya kembali. Biar itu menjadi catatan hariannya. Axel merenung meratapi hilang HP itu.

🌱🌱🌱


Kupu-kupu itu sangat indah. Para kesatria datang ke kampus. Berharap bisa lulus tepat waktu. Kini, Axel sudah membeli pakaian yang dianjurkan oleh kampus, memakai almamater. Rapi. Nah, begini kan sedap untuk dipandang. Beberapa rekan yang lain juga memakai kemeja putih, celana kain, dan memakai almamater. Hebatnya, tidak pakai sandal jepit lagi, melainkan pakai pantovel.

TBC

#salamwritingmarathon
#challengemenulisbersama_tim3
redaksisalam_ped

Udah dulu ya, nanti kalau ramai lanjut lagi. Semoga suka degan ceritaku. Jangan lupa vote ya...

MENALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang