Bab 19 Queenara First Kiss

24 0 0
                                    

#POV Queenara

Merasa beruntung sekali, seketika aku membuka mata bunga-bunga ikut bermekaran, ketika jamur juga mulai bermekaran, saat itu pula matahari terbit dari ufuk timur. Burung-burung bernyanyi di atas ranting pohon. Dalam benakku, kali ini aku harus melakukan kebaikan, entah itu menyirami bunga-bunga yang sudah mulai layu.

“Dalam hujan hanya ada dua hal, pertama genangan, sedangkan yang kedua kenangan” Queenara.

Mata Queenara mengamati sekelilingnya, rupanya matahari masih tampak malu-malu bersinar, sinar matahari terhalang oleh ranting dan dahan yang sangat rindang. Rasanya, dingin sekali pagi ini. Menggeliat merupakan cara salah satunya untuk melenturkan otot-otot yang mulai terasa kaku. Badan terasa capek semua. Perlahan Queenara mulai menggerakkan lehernya menikmati udara segar pagi ini. Queenara juga mendengarkan alunan dari dedaunan yang berhembus di sekelilingnya.

Menginginkan suatu hal yang mungkin tidak mungkin itu merupakan usaha yang yang perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh, apalagi itu tentang cinta. Queenara percaya bakal ada keajaiban yang bakal turun. Seperti sihir yang mustahil, tapi itu benar nyata adanya. Peri itu memang antara dan diantara, antara hanya sebuah dongeng perlahan menghilang, dan diantara kita ada dan tiada seperti sebuah keajaiban yang perlahan datang.

Terus melangkah untuk melanjutkan kehidupan ini. Queenara bahagia hari ini, apalagi bertemu dengan pangeran yang tampan. Mimpinya untuk hidup satu atap, membangun kastil yang sangat megah, serta bahagia menjadi manusia.

Cup…!!

Eh, ini apa ya? ini beneran dicium. Rasanya ada buah leci yang manis menempel di bibir. Bibir Queenara basah. Mulai rasa ini, raga ini ingin rasanya berlabuh pada sosok yang tampan pagi ini. Harapan ini kubiarkan untuk mencintaimu, hingga ujung usia pangeran yang mulai dewasa.

Queenara berharap pangeran Ester merupakan jawaban atas ketidakyakinannya. Jika suatu saat nanti Queenara berubah, dan jatuh cinta kepada salah seorang pangeran, Queenara ingin mencintai laki-laki itu apa adanya. Hingga Queenara bangkit dan mulai melangkah, kubiarkan kaki ini menapaki jalan setapak yang mulai basah karena hujan yang mengguyur. Kusandarkan kepala ini di pundak pangeran Ester.  Ada putra mahkota di sini, membuka mata dan merasakan banyak orang yang perduli kalau putra mahkota mampu memimpin kerajaan.

Queenara masih menggigit bibir bawahnya.

Cup…!!

Queenara tidak ingin membuka matanya. Ada pangeran Ester di sini. Aku tidak menyesali apa yang sedang terjadi pagi ini. Eh, rasa ini semakin dalam. Queenara tidak ingin berlama-lama melepaskan apa yang sudah dirasakan. Queenara masih menutup mata dan membiarkan bibir bawahnya dilumat perlahan oleh pangeran Ester.

Queenara mengangkat tangannya, mengalungkan di leher pangeran Ester.

Sepi sekali rasanya kalau tidak ada pangeran. Queenara tidak ingin meninggalkan pangeran Ester di sini sendirian. Perlahan Queenara membuka matanya, tampak terlihat sosok pangeran di depan matanya. Queenara membungkukan kepalanya, kemudian pangeran mengecup kening Queenara.

Queenara berdiri. Pangeran Ester berjongkok mengulurkan tangannya.
Pangeran Ester berkata, “Kalau ciuman mampu mengubah dirimu menjadi lebih baik, aku ingin berdiri di depanmu untuk mengelilingi kastil” mencoba untuk meyakinkan.

Queenara tersenyum sembari berucap, “Aku akan menjadi manusia di sisimu, meski keberadaan ini terkesan ada dan tiada. Aku ingin menjadi manusia yang bisa merasakan sakit, agar kamu juga bisa mengerti” dada Queenara bergetar merasakan. Mungkinkah ini yang dinamakan cinta.

Senyuman itu mengartikan, bahkan tanpa aku sadari aku tidak sempat menanyakan cinta pangeran mampu bertahta di hati Queenara. Senyum milik pangeran Ester. Dirinya bangkit lantas tersenyum melihat Queenara mempunyai mimpi yang kelak akan menjadi terwujud untuk membangun kastil dan hidup satu atap bersama putra mahkota.

MENALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang