Pukul setengah tujuh pagi Kiva sudah harus sampai di tempat, Untuk bersih-bersih sebelum jam kantor di mulai, ia cukup akrab pada semua rekan kerjanya yang semuanya hampir kepala 4. Berbeda denganya yang tahun ini berusia 21 tahun.
Tapi itu tak membuatnya di bedakan oleh sesama, justru mereka menganggap Kiva seperti anak sendiri dan mengingatkan jika berbuat kesalahan. Semuanya hidup rukun.
"Neng tolong anter kopi ini keruangan bos ya, mamang kebelet" Kiva yang tengah istirahat duduk di kursi mengangguk patuh pada mang maman yang asli dari Bandung itu.
Kiva mengambil nampan yang di atasnya terdapat gelas khusus buatan seniman handal dengan isi kopi late spesial untuk bos besar mereka.
Kiva sedikit deg-degan karna ini pertama kalinya ia di suruh mengantar kopi kepada pemilik perusahaan, Walaupun ia kerjanya di lantai 20 tetapi selama hampir 10 bulan ia kerja hanya sebatas staff dan sekertaris saja yang ia layani.
Tok~tok
Kiva mengetuk pintu dengan hati-hati dan ia diam sejenak menunggu ada sahutan dari dalam untuk menyuruhnya masuk, hingga hampir 5 menit ia menunggu tetap saja tak ada.
Tok~tok
Kiva mengetuk untuk kedua kali, diam sebentar, ia mengernyit lalu dengan hati-hati menempelkan telinganya pada pintu untuk mengetahui apakah ada kehidupan di dalam sana.
"Khmm"
Kiva hampir saja menjatuhkan nampan dalam genggaman tanganya saat suara deheman pelan terdengar, untung ia memegangnya erat kalo sampe jatuh bisa tamat riwayatnya.
Ia menoleh kebelakang, dan nafasnya langsung sesak saat kedua matanya menatap sosok Dimas sang atasan tertinggi.tubuhnya yang besar membuat Kiva langsung menciut di tempat.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Dimas, matanya meneliti setiap inci tubuh mungil di hadapannya, hal pertama yang ia lihat adalah wajahnya yang pias. Oh sangat menggemaskan. Apa wanita mungil itu takut padanya?.
"Anu..itu.. ini saya...saya di suruh nganter kopi pak" jawab Kiva gelagapan, dekat-dekat dengan bosnya mendadak jadi kikuk.
"Oh" balas Dimas pelan, lalu melangkah dan membuka pintu ruangannya di susul Kiva dari belakang.
Dimas duduk di kursi kebesarannya sambil terus menatap Kiva yang terlihat gemetar saat meletakan cangkir kopi di mejanya.
"Kenapa kau memakai penutup kepala?"
"Hah?" Reflek Kiva bersuara tapi langsung menutup mulutnya dengan tangan, membuat Dimas yang memerhatikannya mengulum senyum.
"Itu kepalamu, kenapa harus di tutupi?" Tanya Dimas lagi.
"Islam mengajarkan untuk memakainya pak" jawab kiva pelan
"Apa tidak ribet, banyak ko yang islam juga disini tapi mereka tak memakai penutup kepala, buka saja tak apa jika itu menghambat pekerjaanmu" Ujar Dimas heran, dan sampai saat ini ia tak mengerti kenapa wanita muslim berkerudung.
"Tidak terimakasih, saya nyaman memakainya. Saya permisi pak" Kiva menunduk pelan sebelum melangkah keluar ruangan sambil merangkul nampan.
##
Dimas berjalan santai menuju dapur kantor sambil bersiul pelan tapi mendadak menghentikan langkah saat mendengar sayup suara perempuan dari arah dapur kantor, mata coklatnya menatap wanita tadi pagi yang mengantar kopinya. Tengah membaca buku tebal berukuran kecil.
Tubuhnya merinding saat mendengar suara alunan tartil Kiva, Dimas tak tau apa yang wanita itu baca karna bukan memakai bahasa indonesia. Tapi efeknya luar biasa pada tubuhnya.
Sampai 30 menit berlalu hingga Dimas melupakan tujuan utamanya untuk ke Ruang meeting di ujung lorong untuk melaksanakan Rapat mingguan.
"Apa yang kau baca?" Kiva mendongkak kaget, membuat Dimas semakin terpesona dengan pancaan wajah Office Girl nya yang nampak penuh cahaya yang menyilaukan.
"Oh, ada yang bisa saya bantu pak?" Bukannya menjawab Kiva malah langsung berdiri dan meletakan Qur'an mini yang selalu ia bawa di atas meja.
"Tidak ada, aku tanya apa yang kau baca?" Balas Dimas, Kiva melirik Qur'annya lalu tersenyum kecil. Jenis senyuman yang langsung membuat Dimas mati kutu saking terpesonanya, ia mengumpati diri sendiri karna baru tau ada wanita yang terlihat begitu menawan di kandangnya sendiri.
"Oh, ini Al-Qur'an" jawab Kiva bingung
Dimas mengangguk pelan, dalam hati berkata 'jadi begini bacaan Al-Qur'an milik orang islam, sangat mengesankan'
"Hmm..apa bapak butuh sesuatu?" Tanya Kiva yang langsung membuyarkan lamunan Dimas.
"Astagaaahh" Desah Dimas spontas, ia melihat Rolexnya dan mendesah saat melihat waktu menunjukan pukul 11 siang, padahal waktu meeting pukul 10. Dia telat satu jam.
Dimas berbalik lalu melangkah pergi, kali ini giliran sekertarisnya yang ia umpati karena tak mengingatkannya.
Kiva melongo menatap kepergian Dimas. Lalu buru-buru ia menyimpan qur'annya di dalam tas. Dan langsung kembali bekerja.
##
Kiva membereskan piring yang sudah di cuci bersih dan menaruhnya di tempat-tempat terpisan sesuai devisi, pekerjaan sebagai OG mengharuskanya mengetahui cangkir-cangkir dari pemiliknya, tak boleh tertukar apalagi menghilang.
Menghela nafas pelan sambil mengucap syukur atas selesainya bekerja hari ini, dan berdoa semoga besok akan lebih baik lagi.
Kiva mengambil sweater hitamnya untuk melapisi tubuhnya agar lebih hangat dari dinginnya petang yang kembali di guyur hujan.
"Neng, mamang duluan ya"
"Iya mang, hati-hati salam buat bibi di rumah" balas Kiva , Mang maman tersenyum cerah seraya mengangguk.
"Iya Neng, Assalamualaikum"
"Waalaikumsallam" kiva tersenyum tulus menatap kepergian pria paruh baya rekan satu ruangan di lantai 20.
Lalu ia juga bergegas mengambil Tas tangan sederhana tempat mukena dan Qur'an mini yang tersimpan rapi berdempetan.
Kiva Berdiri di ambang pintu utama kantor menatap rinai hujan yang cukup deras dengan pandangan menerawang, Tangan mungilnya memegang gagang payung yang ia pinjam milik kantor. Kakinya melangkah maju hingga menembus hujan yang menimbulkan bunyi bising ditelinganya saat menjatuhi payung.
Dimas yang dari tadi berdiri agak jauh kini melangkah hingga ambang pintu, tempat Kiva tadi berdiri, mata elangnya menatap prihatin saat tubuh kecil itu berjalan sendirian di malam yang berhias hujan.
##
TBC.
Bab 2 selesai, mohon kritik dan sarannya yah ^^
![](https://img.wattpad.com/cover/36108846-288-k916625.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Hati (Dimas-Kiva)
SpiritualKisah 2 Hati yang berbeda. ketika keduanya di pertemukan, akankah menjadi penyatuan yang indah atau malah terasa seperti api yang membakar tubuh. panas dan menyakitkan.