Ternyata

1.5K 158 76
                                    

🌷 NIKAH SIRI🌷
Bab 3

     Andin keluar dari gerbang sekolah, ia menunggu jemputan dari Aldebaran. Seseorang memegang pundaknya. Andin menoleh.

"Hai, kau murid baru ya?" seorang murid perempuan menyapa akrab. Andin tersenyum manis.

"Iya," jawabnya singkat.

"Kenalin, aku Neneng. Aku duduk di bangku ssbelahmu tadi, masih ingat 'kan?" ucap Neneng dengan percaya diri. Andin mengangguk.

"Sedang menunggu jemputan ya?"

"Kalau kau?" tanya Andin balik.

"Sama, aku juga lagi nunggu jemputan. Biasanya jam segini udah di jemput, tapi tumben nih pak Asep supir aku belum datang. Oh iya rumah kamu dimana?" Neneng sangat cerewet dan bersikap sok kenal sok dekat dengan Andin. Andin sebetulnya cukup risih tapi melihat sikap Neneng yang supel membuatnya nyaman. Tidak seperti murid murid lain sebelumnya. Ada beberapa yang menatapnya sinis tadi. Dan ternyata murid sinis itu melewati Andin juga Neneng masih dengan sikap yang sama.

"Hih, main nyelonong aja. Dasar nggak ada sopan santun, mentang mentang anaknya wakil bupati. Nih Neneng, anaknya juragan Mochi. Mochi khas Sukabumi yang udah mendunia aja nggak sombong," ucapnya lantang. Andin mengerut, sedang Neneng terkekeh.

"Wah, itu jemputan Neneng udah datang. Besok kita lanjut ya," ujar Neneng yang menepuk pundak Andin kemudian meninggalkan Andin dan menuju mobil yang menjemputnya. Andin tersenyum seolah menandakan iya. Gadis yang lucu pikirnya. Neneng.

Di perjalanan, Andin mengingat sikap Neneng tadi. Ia senyam senyum karena merasa lucu. Bukan lucu karena sikapnya, tetapi lucu karena ia bisa masuk ke sekolah itu. Sekolah yang paling banyak diminati di kotanya bahkan oleh anak pejabat kota sekalipun. Andin satu kelas dengan Neneng juga beberapa gadis yang tadi melewatinya dengan ketus. Wajar saja mereka bersikap begitu, karena mereka anak anak berada tidak seperti dirinya. Rupanya Al melihat ekspresi Andin dan menoleh.

"Ada apa? kau boleh cerita tentang hari pertama mu pindah sekolah."

"Terimakasih, sudah mengizinkan aku melanjutkan sekolah. Tapi kenapa aku harus sekolah di sana?"

" Itu sekolah terbaik di kotamu 'kan? kau tidak suka? baiklah besok kita cari sekolah lain lagi."

"Ti---tidak, bukan itu. Hanya saja di sana banyak anak-anak orang ternama di kota ini. Aku merasa tidak enak."

"Belajarlah yang baik, jangan pedulikan mereka. Pikiranmu sekarang ada dua, selain memikirkan sekolah kau harus memikirkan suamimu juga."

"Maaf, aku bukan memikirkan hal lainnya. boleh tahu, apa alasan kau mengizinkan aku sekolah lagi?"

"Supaya tidak ada yang curiga dengan keadaan dan hubungan kita." Andin terkejut

"Maksudmu?"

Al menghentikan mobilnya sejenak dan menepi.

"Kita menikah secara siri, itu artinya pernikahan ini belum di akui secara resmi oleh pemerintah dan juga keluargaku. Kau juga masih dibawah umur, makanya aku mengizinkan kau melanjutkan sekolah."

"Kenapa kau menikahi ku tuan Aldebaran Alfahri? apa yang membuatmu menarik dari seorang Andini Karisma Putri?"

"Sederhana, karena kau cantik dan sudah terpilih."

"Terpilih? terpilih dari apa?"

"Besok aku kembali ke Jakarta, kau akan di antar Irvan pamanmu ke sekolah. Mungkin  minggu depan aku kembali. Jaga diri juga sikapmu selama itu." Seru Al.

Andin cukup penasaran dengan akhir jawaban Aldebaran, namun lelaki itu tidak melanjutkan jawaban dan kembali melajukan mobilnya. Setelah di mobil itu, rupanya menjadi percakapan Andin dan Aldebaran yang terakhir kalinya sebelum akhirnya mereka berpisah di daerah masing-masing. Aldebaran kembali ke Jakarta dan Andin tetap di desa Cikembang bersama pamannya yang akan selalu mengantar jemputnya ke sekolah selama Aldebaran tidak ada.
.
.

🌷 NIKAH SIRI 🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang