6

967 164 5
                                    

"Tidak mungkin!"



"Kau pikir Sakura-chan mau melukai dirinya sampai begitu?" Sungut Naruto

"Bukanya aku tidak percaya. Hanya saja ini sedikit," Suigetsu mengedarkan iris amethystnya. "tidak masuk akal"

"Sudah ku duga." Iris hitamnya mendapati perhatian teman-temannya tertuju ke arahnya. "Merepotkan. Aku tidak sebodoh Naruto untuk menyimpulkan itu luka biasa." Sai dan Gaara mengangguk membenarkan, sementara Naruto mendelik protes. "Jika Sakura hanya jatuh biasa, luka ditangannya tidak mungkin sedalam dan sepanjang itu. Lagipula, seharusnya dia mengeluhkan pinggang atau pantatnya jika dia benar-benar terpeleset." Ungkap Shikamaru.

"Kau memerhatikannya?"

Iris hitam itu saling bertumbukan. Shikamaru menyeringai sejenak. "Aku selalu memerhatikannya Sasuke."

Tch

"Jadi apa yang harus kita lakukan?" Tanya Sai.

"Bagaimana dengan bersiap?" Iris peraknya melirik pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul dua lewat tiga puluh pagi. "Jadi, pukul enam atau tujuh nanti kita bisa kembali."

"Tidak bisakah kita istirahat sejenak?" Ucap Kiba memelas. "Aku baru saja tidur dua jam yang lalu."

"Ku rasa lebih cepat lebih baik. Bagaimana Sasuke?"

Sasuke mengangguk mantap. "Apa yang dikatakan Gaara benar. Kita tidak bisa di sini lebih lama sementara nyawa kita taruhannya." Tegas Sasuke.

"Baiklah semua bersiap. Siapapun yang sudah selesai lekas membantu yang lain." Perintah Shikamaru.

Mereka mengangguk lalu bergegas membereskan tenda masing-masing. Tangan mereka bergerak lebih cepat dari biasanya seakan ada sesuatu yang selalu mengintai pergerakan mereka. Sai segera menghampiri Ino yang terlihat bergetar sembari memasukkan barang ke tas carier nya. Neji yang sudah selesai bergegas ke arah sepupunya yang tengah terisak pelan. Shikamaru terduduk diam kemungkinan memikirkan sesuatu dengan otaknya. Dan itu semua terekam jelas oleh iris hijaunya. Sakura mendesah pelan, ia mengacaukan semuanya.

"Sudah selesai?"

"Ah ya." Suara Sasuke menariknya kembali dari lamunan beralasannya.

"Kau melamun?"

"Hanya perasanmu saja."

"Perasaanku mengatakan kau melamun." Iris hitamnya melirik Sakura yang kembali mengabaikannya. "Ada yang mengganggu pikirkanmu?"

"Tidak ada."

"Aku akan mendengarkan."

"Tidak ada yang perlu didengarkan." Sakura menghela napas pelan. Ia segera beranjak menghampiri Karin untuk membantunya melipat tenda. Meninggalkan Sasuke dengan tatapan sendunya.

"Ia butuh waktu untuk menerima mu kembali." Sasuke mengangguk samar menanggapi ucapan dan tepukan ringan di pundaknya. "Kau hanya harus berusaha lebih keras lagi teme."

"Hn."

***

"Tolooong."

Jeritan itu membuat ia tersentak kaget. Jendela matanya seketika bergulir tanpa arah. Sial, ia berjalan terlalu jauh. Rasa penasarannya membuat ia mengurungkan diri untuk kembali bersama teman-temannya. Ia sangat yakin sumpah serapah tertuju padanya sekarang.

"To-looong."

Gendang telinganya terpasang apik. Jeritan itu semakin menguat seiring suara gesekan yang mendekat. Sepatunya melangkah pelan ke pinggiran sungai, ia segera merunduk berusaha menyembunyikan dirinya dibalik batu besar. Jantungnya berdegup kencang, perasaan aneh mulai menyelimuti hatinya. Kepalanya mendongak sekedar mengintip sesuatu di sana. Matanya terbuka lebar, dan demi apapun ia menyesal.

Isyarat[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang