7

1.8K 289 45
                                    

Sasori menggeram rendah, seharusnya ia tak perlu ikut reunian konyol bareng teman SMAnya. Seharusnya ia tetap di rumah dan melarang adiknya serta bocah-bocah ingusan itu pergi berlibur. Ia melirik Itachi yang berusaha fokus mengemudi ditengah rasa gundah nasib adiknya.

Sepupu Itachi di kursi belakang nampak tenang, namun ekspresi keras tak lepas dari wajahnya. Sepanjang perjalanan ia hanya terdiam mendengarkan kisah sepupunya Itachi yang bernama Obito. Lima tahun silam.

Sasori mendesah kasar, ia bersandar lelah di pintu mobil Itachi. Memikirkan nasib adiknya yang entah sekarang bagaimana membuatnya menjadi laki-laki lemah.

Gendang telinganya kembali menangkap suara dari sepupunya Itachi. Kemungkinan besar laki-laki dewasa yang bernama Obito itu meminta seseorang di seberang telepon untuk bertemu di Desa Nagoro. Sasori hanya berharap Tuhan melindungi adik dan teman-temannya, dan kembali tanpa kehilangan apapun.

***

Juni, 20xx.

Ditengah kesibukan aktivitas kerja, mereka merencanakan perjalanan di awal musim panas. Uchiha Obito, Hatake Kakashi, Nohara Rin, Maito Gai, Yuhi Kurenai, dan Srutobi Asuma. Kawanan itu dengan semangat berjalan menyusuri hutan menuju Lembah Iya. Tidak ada yang aneh dalam camping mereka.

Setiap pagi sejuknya udara Lembah Iya menyambangi paru-paru mereka. Jika malam tiba, mereka akan bernyanyi dan bermain bersama diiringi petikan gitar dari Asuma. Tak lupa mengambil sebanyak mungkin potret kenangan bersama.

Hari keempat pukul delapan pagi, mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan pulang. Sesuai dengan perencanaan. Siang hari mereka istirahat sejenak di pondok sebelum melanjutkan ke Desa Nagoro, setelahnya mereka akan menyewa penginapan.

Namun itu hanyalah ekspektasi, realitanya mereka terduduk di teras pondok menikmati salah satu siklus air, Presipitasi. Benar, hujan deras di siang hari memaksa mereka untuk berdiam diri di pondok.

"Gimana ni? Hujannya gak reda-reda." Kurenai merapatkan diri ke dinding menghindari tempias yang yang semakin lebat.

"Hujannya semakin lebat. Kita bermalam di sini?" Usul Asuma sembari menatap teman-temannya.

"Heeh Asuma, gunakan semangat masa mudamu untuk melawan hujan." Seru Gai bersemangat membuat Kurenai dan Rin terkikik geli.

Hujan lebat serta jalanan yang licin membuat mereka memutuskan untuk bermalam. Kakashi membuka pintu kayu mempersilahkan teman-temannya masuk. Ia sedikit mengernyit melihat Obito diam menerawang hujan. Hanya perasaanya saja atau Obito terlihat memikirkan sesuatu. "Ayo masuk, mereka menunggu."

Obito menangguk samar dan mengikuti langkah kaki Kakashi.

"Hanya perasaanku." Batin Obito.

Pukul tujuh malam.

Aroma ramen menyeruak memasuki indra penciuman mereka. Berbekal kompor protable dan air hujan, mereka menyeduh ramen semata-mata memenuhi permintaan lambung. Hujan ditemani ramen adalah perfect.

"Siapa yang masih punya cup ramen?" Tanya Obito. Ia hanya mendengus melihat teman-temannya menatap tanya padanya. "Aku masih lapar."

"Bagaikan lumbung yang minta diisi. Itulah perutmu." Sindir Kakashi membuat teman-temannya menahan tawa.

Isyarat[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang