8

1.7K 289 66
                                    

Setelah berbagai teriakan dan umpatan keluar dari bibir mereka yang tak terkendali. Ketegasan Sasuke membuat mereka terdiam dan mengubah kondisi menjadi menegangkan. Kombinasi antara hujan lebat, berangin, dan petir, serta terjebak dalam pondok persinggahan adalah sempurna, menyeramkan.

Beberapa dari laki-laki masih berusaha mempertahankan ketenangan diri mereka, meskipun kegelisahan bersarang di hatinya. Sasuke melirik rolex yang menunjukkan pukul empat lebih dua puluh. Ia cukup frustasi memikirkan nasibnya dan teman-temannya.

"Kita tidak bisa berdiam seperti ini," Ucap Sasuke sembari menatap Shikamaru yang mengangguk samar. "kita harus melakukan sesuatu." Sambung Sasuke

"Lalu apa yang bisa kita lakukan sial." Teriak Kiba menahan amarah.

Sasuke menggeram rendah, siapa dia berani mengumpatinya. Pemuda itu beranjak berdiri, berniat memberi satu pukulan pada Kiba namun tarikan pada kaosnya membuat gerakannya terhenti. Ia menoleh, mendapati Sakura tengah menarik kaosnya dengan pandangan tetap lurus. Sasuke mendesah pelan dan kembali mendaratkan bokongnya.

"Bisakah kau berhenti berteriak dan mengumpat?" Sai melirik Kiba tajam sembari mengepalkan tangan kanannya ke arah Kiba. "aku tidak tahu kapan tangan ini akan membekas di wajahmu yang pas-pasan itu."

"Kau!!" Geram Kiba. Wajahnya memerah menahan kesal. Sebelum bertambah rumit, Shikamaru segera menarik dan memaksa bokong Kiba mencium lantai.

"Kau memperburuk suasana." Naruto berbisik pelan sementara Sai hanya mengedikan bahunya acuh.

Shikamaru mendesah kasar ketika teman-temannya mulai membangun dinding tipis tak kasat mata.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi di sini. Terdengar merepotkan, tapi ..." Shikamaru menatap tegas teman-temannya. "bisakah kalian mengesampingkan masalah pribadi? Kita harus melakukan sesuatu dan keluar dari sini." Sambung Shikamaru.

"E-tto, bagaimana jika mau ke kamar mandi?" cicit Hinata.

"Sebelum malam paksa keluar sampah perut kalian," Ucap Karin tanpa basi-basi. Senggolan di lengan kanannya membuat Karin melirik Ino dengan raut terlihat bingung. "Apa?! aku benar kan?" Kali ini ruby nya mengerling remeh ke arah Hinata. "daripada nanti kau nangis babak belur seperti Sakura."

"Bisa kau perbaiki bahasa mu?" Neji menatap Karin tajam. "Hinata bertanya baik-baik. Seharusnya kau juga menjawabnya dengan baik."

Karin hanya memutar bola matanya bosan mendengar kekesalan Neji.

Tak ingin memperkeruh suasana, Shikamaru hanya mendesah pelan. "Masih ada sekitar satu jam lebih sebelum jam enam. Lebih baik kita mencari jalan keluar sekarang. Bagaimana?" Tawar Shikamaru.

"Hn. Jam enam tepat harus sudah kembali." Imbuh Sasuke.

Mereka membentuk tiga kelompok setelah melalui perdebatan alot. Beberapa dari mereka berharap untuk tetap bersama demi keselamatan. Namun sebagian lagi memilih berpencar dengan alasan efisiensi waktu dan kondisi pondok yang lumayan luas.

Sisi timur ada Gaara yang memimpin. Neji berada di sisi barat bersama Hinata, Tenten, Kiba, dan Lee. Sementara Shikamaru memilih bagian belakang.

Sakura berniat melangkah diam-diam mengikuti Ino dan Karin. Ia tak bisa membayangkan betapa tidak nyamannya bersama tiga laki-laki dan ia sendiri perempuan.

"Kau bersama ku Sakura," Sakura mendengus malas, baru langkah pertama dan cekalan di lengannya membuat ia terhenti. "tetap bersamaku." Ulang Sasuke.

"Baiklah ayo jalan. Shikamaru kau duluan." Perintah Naruto membuat Shikamaru mendengus malas.

Mereka menyusuri lorong menuju sisi belakang ditemani suara langkah kaki yang selaras. Naruto berkali-kali mengusap tengkuknya dan menoleh ke belakang sekedar memastikan Sakura dan Sasuke masih di belakangnya.

Isyarat[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang