2

2.7K 350 39
                                    

"Kau gila."

Sapphire nya melotot sempurna. "Ini kesempatan sialan." Pemuda kuning itu segera membereskan peralatan belajarnya kala melihat Sasuke melangkah pelan.

"Woi tungguin." Sepatu hitamnya segera menyusul langkah sang sahabat.

"Mau kemana Sas?" Naruto mendecih keras kala tak kunjung mendapat jawaban dari empunya. "Kalau ditanya itu jawab, jangan seperti batu kali karatan."

Kedua alisnya berkedut kesal. Sasuke melangkah lebar meninggalkan Naruto yang mengekor di belakangnya. Langkah sepatunya ingin segera sampai di tempat tujuan, lalu pulang dan tidur.

Pemuda tampan itu sedikit menggerutu mengenai peraturan yang tidak memperbolehkan kendaraan bermotor memasuki area kampus, hanya sebatas area parkir. Namun, pihak kampus menyediakan bus trasnportasi dan puluhan sepeda di setiap fakultas.

"Buruan, lelet banget."

Manik kelamnya melirik malas sahabat kuningnya yang melaju dengan sepeda kampus. Sasuke cukup waras untuk tidak ikut serta dalam kegilaan Naruto, meskipun tidak dipungkiri jarak tempuhnya menjadi lebih singkat.

Sasuke masih setia melangkah lebar hingga sampai di tempat tujuan. Mengabaikan Naruto yang menunggunya di parkiran sepeda, Sasuke segera memasuki gedung yang nampak tenang.

Sepatunya melangkah pelan, disusul sepatu hitam milik Naruto di belakangnya. Manik kelam itu memindai setiap penjuru lantai satu perpustakaan. Tiga orang duduk berjauhan, tengah berkutat dengan layar persegi panjang di depannya masing-masing.

"Sepi." Gumam Sasuke pelan.

"Apa?" Bisik Naruto. Helaan napas kasar keluar dari mulutnya kala Sasuke lagi-lagi mengabaikannya. Dan ia cukup waras tidak melontarkan beribu umpatan di tempat ini.

Tangan kanan Sasuke terulur menekan tombol lift, sepatunya melangkah ke dalam dan tangannya kembali terulur menekan tombol angka tiga. Pemuda itu menyembunyikan onyx nya ketika perasaan aneh menghampiri hatinya.

Sedikit bersyukur kala siulan ringan Naruto memasuki gendang telinganya, ia tidak sendiri. Dentingan lift membuat Sasuke segera bergegas keluar. Netra hitamnya sedikit nakal melirik ruangan dengan pembatas kaca transparan.

'Sepi.'

Mengabaikan perasaan aneh yang bersarang di hatinya, Sasuke segera mengarah ke pintu bertuliskan ruang Teleinformasi. Tangan kanannya terulur mencapai gagang pintu, berniat membuka namun ketukan tangan Naruto pada daun pintu membuatnya berhenti.

"Ketuk dulu. Barangkali sensei sibuk di dalam." Cerocos Naruto.

Sasuke mengangkat sebelah alisnya. "Aku tidak yakin dia bisa sibuk."

Seorang laki-laki dengan perawakan tinggi muncul dari balik pintu. Bola matanya menelisik dua muridnya dari Fakultas Bisnis Ekonomi yang tengah menunduk singkat.

"Kalian. Ayo masuk." Ia berjalan ke arah kursinya. "Duduk di sini." Perintahnya sembari menunjuk kursi di seberang mejanya.

Naruto mengangguk mantap, sementara Sasuke duduk tenang kemudian mengeluarkan tumpukan kertas setebal 2 inchi. Pemuda tampan itu dengan perlahan membuka laporan di bagian lembar pengesahan. Tanpa banyak kata ia menyodorkan laporannya di atas meja sang guru, membuat sang empu mengernyitkan kedua alisnya.

"Ini laporan kami yang sudah di revisi. Mohon sensei menandatanganinya." Ucap Naruto sopan sembari memberikan sikutan pelan di lengan Sasuke.

"Tentu. Aku periksa dulu."

Diam-diam mata Sasuke bergerak liar memindai ruangan sang guru. Meja, kursi, beberapa lemari berisi dokumen, dan dua pintu yang entah menuju kemana. Onyx nya bergulir ke arah sang guru yang tengah fokus memeriksa laporannya.

Isyarat[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang