10

1.8K 291 126
                                    

 "Siapa Kakuzu?"

Itachi mengernyit heran atas pertanyaan yang dilontarkan sepupunya. Tumben sekali Obito mau bertanya tentang sesuatu yang tidak penting. Ekor matanya melirik Sasori yang menampilkan raut tak tahunya dan menyuruhnya menjawab. Kakashi memejamkan matanya namun gendang telinganya terpasang dengan apik.

"Teman semasa kuliah." Jelas Itachi.

Obito mengangguk samar "Dan untuk apa teman bocah mu itu menghubunginya." Dagunya menunjuk Sasori yang terlihat tak terima di juluki bocah.

"Menghubunginya untuk meminta bantuan, kebetulan dia tinggal di Nagoro." Jelas Itachi sekali lagi.

"Dan menjadikan adikmu umpan?" Kedua alis Itachi menukik tajam mendengar pertanyaan ambigu dari Obito.

"Apa maksudmu obito-san?" Sasori yang sedari tadi diam mendengarkan akhirnya membuka suaranya. Ia mengepalkan kedua tangannya erat, firasatnya mengatakan jawaban yang akan di berikan Obito tak mampu diterimanya dengan baik.

"Kau tahu apa maksudku bocah. Kau dan Itachi cukup cerdas untuk menangkap pertanyaan ku bukan?"

"Tidak mungkin." Desis Itachi.

"Kau benar," Kakashi membuka kelopak matanya. "selama ini kami diam-diam melakukan penyelidikan dengan bantuan Asuma dan Gai tentunya, mereka adalah paket komplit yang dapat diandalkan. Gai yang pertama kali menemukan dokumen yang teronggok di ruang tunggu intel kepoli–"

"Kakashi." Desis obito pelan.

"Ah kalian tahu apapun bisa terjadi di dunia ini," Kakashi berdeham pelan. "dan seseorang yang bernama Kakuzu terlibat dalam hal ini. Aku hanya berharap dia bukan Kakuzu teman mu." Jelas Kakashi.

Itachi mengeratkan gengaman pada setirnya. Otaknya masih menyangkal apa yang dibicarakan oleh Kakashi seniornya semasa kuliah.

Kakuzu hanyalah pemuda desa yang bekerja keras untuk menyelesaikan kuliahnya. Dia memutuskan kembali ke kampung halaman untuk menghidupi adik dan merawat ibunya yang katanya tengah sakit keras.

Mereka bertemu dalam organisasi Akatsuki, organisasi yang bergerak dalam bidang kemanusiaan dan perlindungan satwa langka. Kelompoknya sempat menawarkan bantuan, namun ia menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan. Itachi menambah laju mobilnya, ia akan menghajar siapapun itu jika menyentuh adiknya meskipun hanya seujung kuku.

***


"Jangan berisik bodoh," Desis Sasuke. "sial dobe." Iris hitamnya bergulir mencari tempat persembunyian. Ia segera menarik Sakura, Naruto segera bergegas mengikuti mereka. Aroma kopi segera menyambut indra penciuman mereka ketika sepatu mereka memasuki ruangan.

"Siapa?"

Iris berbeda warna itu saling menatap satu sama lain seolah mengatakan 'kita akan baik-baik saja.'

Sasuke membekap erat mulut Sakura, ia melirik Naruto yang tengah menatapnya horor. Ya Tuhan, ia hanya ingin pulang dan menulis kembali kisahnya dengan gadis di sampingnya.

"Kau sudah mengunci pintu itu?"

Jantung mereka saling berdebar. Sasuke mengernyit heran ketika mendapati banyak kantong plastik di dalam ruangan mereka bersembunyi. Jelaganya menemukan sebuah tangga gantung yang menuju ke atas.

'Tidak salah lagi ini yang dimaksud Kiba'

"Sudah. Mungkin hanya tikus ayo kembali."

Mereka mendesah lega ketika mendengar langkah kaki menjauh. Sasuke membuka bekapannya dari mulut Sakura, gadis itu meraup udara sebanyak mungkin seakan alveolusnya kehilangan oksigen.

Isyarat[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang