9

1.7K 283 66
                                    

Pendaratan tidak mulus menimbulkan erangan tertahan dari bibirnya. Bau anyir langsung tersangkut di saraf pembaunya ketika ia mengisi paru-parunya. Netra hijaunya bergulir awas menatap sekitar.

Ditemani dengan detak jantungnya, Sakura melangkah pelan berharap menemukan jalan kembali ke pondok. Sungguh, ia bukanlah seorang gadis pemberani seperti Hermione Granger di bacaan novelnya, ia hanyalah seorang gadis penakut dan pengecut. Ia harus segera menemukan jalan keluar sebelum teman-temannya terutama Ino dan Karin menangis.

"Di mana ini?" Gumamnya pada diri sendiri. Sepatunya melangkah pelan melalui lorong kecil, emerald nya menangkap seberkas cahaya yang kemungkinan besar adalah cahaya lampu di ujung sana.

'Haruskah aku kesana? Bagaimana jika berbahaya?'

Emerald nya menajam berusaha memastikan sesuatu di ujung sana.

'Bagaimana jika di sana ada jalan kembali?'

Pergolakan batin menyerang Sakura. Di satu sisi ia ingin mencari jalan keluar, di sisi lain ketakutan menyelimuti dirinya sehingga mengharuskannya berdiam diri.

'Mereka akan menolongku. Bagaimana jika mereka mengabaikan ku? Tidak, setidaknya Ino dan Karin atau Naruto akan menolongku.' Batin Sakura berusaha meyakinkan diri.

Jantungnya hampir saja copot ketika gendang telinganya menangkap dering ponsel. Dengan refleks ia segera meraba semua kantong celananya dan nihil. Ia tidak membawa ponsel.

Jantungnya berdegup kencang ketika ia menyadari ada orang lain selain dirinya. Sedikit beruntung tidak ada pencahayaan di lorong kecil ini. Sakura semakin merapatkan tubuhnya ke dinding, berusaha menyembunyikan diri dari apapun itu.

Gendang telinganya mendengar deheman pelan dari suara laki-laki sebelum menjawab panggilan telepon miliknya.

"Ya. aku masih di kampung halaman. Ada apa?"

Sakura tidak yakin seseorang di sana adalah orang baik. Sepatunya melangkah perlahan menuju celah kecil yang ia temukan. Emerald nya menajam berusaha menangkap sesuatu di sana. Seseorang pria tengah berdiri membelakanginya dengan dua kantong plastik hitam di kedua sisinya.

"Maaf. pekerjaanku sedikit banyak akhir-akhir ini. Ya. aku akan segera mengabari mu. Tentu"

Iris hijaunya masih setia mengamati pergerakan pria tersebut. Dia mengangkat kedua kantong plastik yang menurut Sakura cukup berat. Emerald nya melebar ketika tidak sengaja menangkap tetesan yang merembes dari kantong tersebut.

'Pewarna?'

Ia berjenggit kaget ketika mendengar bantingan pintu yang cukup keras. Gadis itu segera mendudukkan dirinya kala pria tersebut berbalik cepat dan mengedarkan bola matanya seakan mencari keberadaan dirinya.

Sakura menggigit tangannya sendiri untuk menghindari deru napasnya yang memburu. Ia mendesah pelan ketika pria itu telah menjauh, untuk sementara tempat ini adalah yang teraman menurutnya.

Emerald nya kembali mengintip celah kecil dengan awas ketika getaran suara memasuki indra pendengarannya. Ia melihat dua orang dengan tubuh kekar membelakanginya tengah menenteng box yang entah apa isinya.

Sakura melihat dua orang lagi berjalan mendekat, salah satunya pria tadi. Gendang telinganya menajam berusaha menangkap pembicaraan mereka

"Kami akan mengantar ini. Kalian bisa istirahat, kalau bisa cari orang untuk persediaan." Titah pria bersurai pirang.

"Baik Ginkaku-san. Jangan khawatir." Ucap Hidan sembari menyenggol Kakuzu.

Sakura kembali merapatkan diri ke dinding ketika dua orang bertubuh gempal berjalan melewati lorong kecil tempat persembunyiannya. Netra hijaunya kembali ke celah kecil dan ia bernapas lega saat tak mendapati dua orang lainnya.

Isyarat[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang