13

3.4K 320 116
                                    


Terhitung sudah dua hari Sasuke mendekam di Konoha International Hospital. Neneknya segera mengurus pemindahan tempat rawat inapnya saat pertama kali menginjakkan kaki di Nagoro Hospital.

Sasuke sebagai cucu yang baik hati hanya bisa menuruti kemauan neneknya. Neneknya itu tak pernah sekalipun meninggalkannya sendirian, bahkan rela tidur beralaskan kasur tipis untuk menemani Sasuke. Sebenarnya siapa ibu kandungnya? Neneknya atau ibunya?

"Nenek istirahatlah di rumah."

Kilatan tajam muncul di manik perak Kaguya. Ia menegakkan dari sandaran sofa rumah sakit. "Kau mengusirku?"

Sasuke menghela napas pelan. Butuh kesabaran ekstra untuk meluluhkan neneknya. "Aku sudah sehat, ayo pulang sekarang."

"Pulang gundul mu," Kaguya melangkah pelan menghampiri Sasuke yang bersandar pada bangsal rumah sakit. "tunggu jahitan dan semua luka-lukamu hilang baru bisa pulang."

Sasuke mendengus pelan. Ya kali kalau mau menuruti kemauan neneknya bisa berminggu-minggu di sini. "Bisa sambil jalan."

Kaguya memukul pelan lengan Sasuke yang di perban, membuat empunya meringis tertahan.

"Begini mau pulang?"

Kaguya menatap miris cucu kesayangannya. Meskipun ia memiliki hubungan darah dengan Hyuga sialan itu, namun ia dengan senang hati mengutuk semua perbuatan yang melukai cucunya.

"nenek benar-benar tak habis pikir dengan semua Hyuga itu. Kelakuan busuk seperti itu mau menjodohkan putrinya dengan mu? Mau jadi apa masa depanmu jika beristri gadis gila itu," Kaguya menimang apel, sementara Sasuke mengangguk menyetujui. "kau juga pakai acara putus-putusan segala. Putus beneran kalang kabut sendiri, makanya jadi orang jangan kegatelan."

Sasuke memberengut sebal. "Tidak ada hubungannya nek."

Kriett

Dua iris berbeda warna itu serempak bergulir pada pintu yang terdorong masuk. Membuat sang pelaku berdiri canggung dan sedikit terkesiap.

"Sakura." Gumam pelan Sasuke.

"Uh maaf." Sakura tertawa canggung. "Saya pikir tidak ada orang jadi–"

"Tidak perlu terlalu formal, anggap seperti biasa," Kaguya beranjak dari duduknya. "bisa jaga cucuku? aku akan pulang sebentar mengambil sesuatu,"

Kaguya menyerahkan sebuah apel ke tangan Sakura, membuat si gadis berkerut samar. "Ia merengek ingin makan apel, kau bisa mengupas untuknya?"

Sasuke mendelik menanggapi perkataan neneknya, demi Tuhan ia tidak pernah seperti itu.

Sakura mengangguk pelan. "I-iya."

Sakura melangkah pelan menuju bangsal Sasuke. Entah kenapa ubin rumah sakit sangat menarik perhatiannya. Ia merasakan tatapan yang setia mengikuti gerak-geriknya sampai mendudukkan diri di kursi dan mengupas buah apel. Hingga suara dari wanita paruh baya berhasil merebut atensinya.

"Kalian ini seperti suami istri yang saling merajuk," Kaguya memegang gagang pintu. "kenapa tidak menikah saja?"

Blam.

"Jangan di ambil hati."

Sakura melirik sebentar pada iris onyx yang tak kunjung lepas darinya. "Oke."

Keheningan menyelimuti dua insan tersebut. Sakura yang masih menyibukkan diri dengan kulit apel dan Sasuke yang hanya merekam segala tingkah dari gadis di sampingnya. Hingga ia sendiri tak tahan dengan keabu-abuan yang terjadi di antara mereka.

Isyarat[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang