11

1.9K 295 78
                                    

Tokuma melangkah lambat mengambil pisau yang diyakini Sakura sebagi pisau bedah. Kepala gadis itu berdenyut merasakan tarikan yang tak kunjung lepas dari surai merah mudanya. Pria gila itu menyeretnya dengan perlahan, seakan menyuruhnya meresapi setiap tindakan yang dia lakukan.

"Paman ayo cepat aku sudah tidak sabar." Girang Hinata.

Tokuma menarik surai merah muda Sakura hingga gadis itu berdiri. Ringisan tertahan keluar dari bibir pucat Sakura ketika tubuhnya membentur keras meja beton.

"Dalam hitungan ke tiga." Bisik Kakuzu.

Dengan gerakan cepat Hidan dan Kakuzu memberikan pukulan pada Ginkaku dan tendangan pada Kinkaku.

Sasuke berlari cepat menuju Sakura, ia sedikit terkesiap ketika Tokuma dengan gerakan tak kalah cepat menarik kasar Sakura. Pria brengsek itu memaksa gadisnya kembali berdiri dan mendongak akibat tarikan pada surainya.

Iris hijau Sakura bergulir lamat pada benda dingin yang menyentuh pelipisnya. Jantungnya seakan terhenti ketika menyadari sebuah mulut pistol yang menyentuh pelipisnya. Ya Tuhan ia bisa mati kapan saja.

"Lepaskan keponakan ku atau aku akan membunuhnya sekarang juga," Tokuma menarik pelatuk pistolnya perlahan. Ia menatap garang Sasuke yang tengah mengarahkan pisau lipat pada leher keponakannya.

"Hidan Kakuzu brengsek kalian!!" Tokuma geram kala melihat anak buahnya sendiri yang tengah menghajar kawannya dan membebaskan pemuda pirang itu.

Sasuke meringis melihat lebam yang menghiasi wajah mulus itu. Ia menatap tajam Tokuma. "Lepaskan Sakura dan aku akan melepaskannya."

"Sialan kau!!" Geram Tokuma.

"Paman jangan khawatir," Hinata tersenyum manis ke arah Tokuma. "Sasuke-kun sangat mencintaiku, dia tidak akan sanggup membunuhku. Benar kan Sasuke-kun?" Hinata memiringkan kepalanya membuat Sasuke mengernyit jijik.

"Tetap tenang Sasuke, dia bisa menariknya kapan saja." Bisik Naruto yang sudah berdiri di samping Sasuke.

Sasuke melangkah pelan berniat memperpendek jaraknya, Tokuma yang menyadarinya melangkah menjauh. Sasuke melirik gadis Hyuga di sampingnya yang terlihat senang.

'Dasar gila.'

Duagh.

Pukulan keras dari kursi besi menghantam kepala belakang Tokuma. Naruto bergegas menendang tangan kanan serta menonjok wajah tokuma hingga senjata itu terlepas.

Sasuke segera mendorong Hinata dan menarik Sakura dalam dekapannya. Sementara si pelaku pemukulan, Tenten berlari untuk bergabung dengan mereka. Ia bersyukur menguasai teknik bela diri sehingga bisa melepaskan diri dari ikatan bodoh yang rumit.

"Maaf ... aku ..." Sasuke membingkai wajah Sakura, mengusap jejak darah pada sudut bibir dan leher gadisnya. Ia melepas ikatan tangan Sakura lalu mendekap kembali tubuh yang masih bergetar itu. Sasuke mengecup pucuk kepala gadisnya, mengelus pelan punggungnya seraya membisikkan kata-kata penenang.

"Aku tidak menyangka kau sepicik ini Hinata," Ujar tentan sembari menahan amarah. "aku membela mu selama ini karena aku pikir apa yang kau bicarakan adalah kebenaran. Sialnya aku percaya pada kebenaran yang nyatanya bualan semata."

"Tenten-chan i-tu tidak be-nar." Ucap sesenggukan Hinata.

"Halah kau penipu ulung. Aku tidak akan tertipu dengan wajah busuk mu itu lagi."

Naruto menodongkan pistol ke arah Tokuma yang tengah menyeringai. Sungguh tangannya sedikit bergetar karena ini pertama kalinya ia memegang pistol yang sedikit berat. Ia hanya mengikuti apa yang pernah dilihatnya di game PS yang pernah ia mainkan.

Isyarat[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang